♡Love At The First Sight♡~"Jaerosé"

14

Sakit kepala membangunkan Rosé dari tidurnya.

'Apa aku salah tidur'

Ketika membuka matanya, tiba-tiba Rosé merasakan sakit di dadanya. Lalu kemudian menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Huuh"

"Kenapa bangun tidur langsung menghela nafas panjang?"

Wendy memandang Rosé sambil membalikkan badanya, lalu tengkurap. Wendy yang sudah mandi itu sedang membaca buku sambil tengkurap.

"Kapan bangun?"tanya Rosé pada Wendy.

"Sekitar 2 jam yang lalu."

"Wah, pagi sekali."

"Iya, sudah terbiasa. Mungkin kalau sudah tua jadi tidak bisa bangun siang."

"Bodoh."

Sambil terkekeh, Rosé menarik selimut sampai dagunya. Wendy ikut masuk ke dalam selimut yang sama.

Hari ini tepat seminggu setelah pertemuan pertama Rosé dengan Jaehyun. Walaupun selama itu Rosé tidak melihatnya lagi, tapi wajah Jaehyun masih tampak jelas dalam ingatannya.

Suara dan aroma tubuh Jaehyun yang maskulin juga masih diingatnya.

Rosé tidak menceritakan masalah Jaehyun pada Wendy.

"Mau sarapan dulu baru pergi?"

"Eum. Tidak, lain kali saja. Aku harus pulang dan mengerjakan PR. Sebentar lagi kan ujian. Aku harus membawa buku-bukuku ke tempat kerja."

"Kamu sering belajar ya?"

"Yah, begitulah."

Pertengahan semester lalu, Wendy mendapat peringkat 1 di sekolah. Rosé benar-benar kagum pada Wendy. Padahal sepulang sekolah, Wendy langsung berangkat kerja. Entah kapan waktu belajarnya.

Hari Sabtu, hari libur sekolah.

Rosé tidak nyaman bertemu dengan Taehyung dan Lisa, maka dari itu Rosé sangat menantikan hari libur sekolah.

Sejak pertama kali Rosé bertemu Jaehyun Rosé sudah bertekad untuk memutuskan hubungannya dengan Taehyung.

Sudah beberapa kali Rosé berusaha untuk membicarakannya pada Taehyung. Tapi saat melihat senyuman ceria Taehyung, bibir Rosé menjadi kelu. Kejadian sama terus berulang selama seminggu penuh, hingga akhirnya tiba hari ini.

"Rosé."

Tangan Wendy masih menggenggam pegangan pintu.

"Aku akan selalu mendukungmu. Makanya kamu...eum, pokoknya begitulah. Aku pergi dulu, ya."

Klek

Pintu tertutup.

Setelah kepergian Wendy, Rosé tetap berbaring sambil merenung permasalahan yang sedang dihadapinya. Tidak lama kemudian, terdengar suara bel. Tidak biasanya ada tamu yang datang ke rumahnya di jam itu.

Apa Wendy kembali lagi?

Rosé bangun perlahan, lalu berjalan untuk membuka pintu rumahnya.

"Siapa, ya?"

"Aku pemilik rumah baru ini."

"Apa?"

"Di rumah ada orang dewasanya?"
Wanita itu mengerutkan dahi melihat Rosé, lalu bertanya dengan ketus. Rosé menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin membicarakan soal pengosongan rumah."

"Apa?"

Rosé tidak mengerti apa yang wanita itu bicarakan. Rumah yang Rosé tinggali itu adalah rumah yang dibelikan ayahnya, sebagai syarat Rosé mau pergi dari rumah lama.