03

1K 105 0
                                    

"Bagaimana? Bagaimana?"

Murid-murid perempuan menarik Lisa keluar kelas sambil bertanya antusias. Lisa mengerutkan dahi.

"Apanya yang bagaimana? Kalau bertanya itu yang jelas dong."

"Ih, tentu saja anak baru itu."

"Ooh, Rosé? Ya...dia itu cantik sekali."

"Lalu?"

"Suaranya luar biasa, benar-benar merdu."

"Lalu, lalu?"

"Kakinya bagus sekali...kalau aku laki-laki, pasti sudah aku jadikan pacar."

"Ah, bukan itu! Maksud kami sifatnya! Pasti menyebalkan kan? Tadi saja saat kamu bertanya, dia sama sekali tidak menjawabnya."

"Dia tidak menyebalkan kok."

Melalui kaca jendela kelasnya, Lisa menatap Rosé. Dilihatnya Rosé sedang duduk tegap menghadap papan tulis. Sinar matahari yang masuk lewat jendela seakan menyamarkan keberadaannya, tampak sedikit menyeramkan.

"Dia seperti orang yang terluka."

"Terluka?"

"Dia tidak jahat kok."

"Kamu bilang dia tidak jahat?! Kamu terlalu baik kalau menilai orang lain Lisa."

"Tidak juga. Menurutku, orang jahat itu orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain di belakangnya."jawab Lisa dengan nada yang ceria.

"Jadi, kalian jangan suka membicarakan orang lain dari belakang. Rosé kan tidak pernah berbuat salah pada kalian, tapi kenapa kalian malah mencari-cari kejelekannya?"

"Hey...kapan kami begitu? Hahaha."murid-murid perempuan tadi menyangkal dengan candaan, Lisa hanya bisa menganggukkan kepalanya.

***

"Serius banget."

Wendy mengatakannya sesaat setelah membalikkan kepalanya yang dia telungkupkan di atas meja. Rosé hanya diam.

"Lisa itu anak yang baik. Dia setia kawan, dan sifatnya juga baik. Dia tidak suka mengganggu anak yang lain."

"...."

"Kamu tidak akan rugi jika akrab dengan Lisa."

"...."

"Kekh, sombong."sambil terkekeh Wendy menelungkupkan kepalanya lagi.

Dalam hati Rosé bertanya, apa Wendy tidak perlu makan? Tapi tidak lama kemudian, matanya menangkap bungkus roti kosong di sisi jendela dekat Wendy. Rosé menduga itu bungkus roti yang dimakan Wendy.

Tanpa pikir panjang Rosé mengambil bungkus roti itu dan membuangnya ke tempat sampah, lalu kembali ke tempat duduknya lagi. Wendy yang memperhatikan gerak-gerik Rosé, tersenyum.

"Baik banget."

"...."

Walau nada bicara Wendy seperti ditujukan kepada anak kecil, itu tidak membuat Rosé tersinggung.

***

Pelajaran sejarah yang benar-benar membosankan. Sehabis makan siang, banyak murid yang terlihat sangat mengantuk. Ditambah lagi dengan guru sejarah yang menjelaskannya dengan suara kecil dan perlahan.

♡Love At The First Sight♡~"Jaerosé"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang