"Karena keputusan penggugat dan juga penerimaan dari tergugat, atas saksi dan juga beberapa prosedur yang telah dijalani, kedua belah pihak setuju untuk bercerai! Jadi saya putuskan perceraian secara resmi!" kata seorang laki laki paruh baya dengan jubah hakim sambil mengetuk palu.Dua orang berbeda jenis kelamin duduk di depan hakim sambil menerima putusan hakim. Seorang wanita disana tersenyum cerah karena mendapatkan apa yang ia mau, sedangkan satu orang laki laki terus menunduk sesekali menatap wanita disebelahnya.
Kini kedua orang itu, Ahn Yujin dan Kim Minju telah resmi bercerai setelah lima tahun Bersama dan membina rumah tangga bersama. Dari pernikahan keduanya, lahir seorang anak perempuan cantik bernama Ahn Wonyoung yang saat ini berusia empat tahun.
Dan anak itu akhirnya resmi ikut dengan sang ayah dan Ahn Yujin menerima sepenuhnya hak asuh dari putri semata wayangnya itu.
Setelah siding dilaksanakan, keduanya lantas bertemu di luar gedung sambil berhadapan tersenyum kearah masing masing. Yujin sebagai mantan suami itu langsung mengulurkan tangannya berharap tangan itu akan di jabat oleh sang mantan istri.
"Terima kasih atas lima tahunnya, terima kasih atas kesabaranmu, terima kasih atas semua pengorbananmu untuk hidup bersamaku. Semoga kamu bahagia dengan hidup barumu dan pilihanmu, terima kasih Minju-ya" kata Yujin yang tangannya akhirnya di jabat oleh sang mantan istri.
"Terima kasih juga Yujin-ah, semoga setelah ini kamu bisa perbaiki hidupmu dan rawat anak kita baik baik. Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dariku, Yujin!" jawab Minju menjabat sebentar tangan Yujin lalu melepaskan jabatan tangan itu.
Wanita itu tersenyum lalu berjalan pergi menuju sebuah mobil mewah hitam bermerk BMW yang sudah menunggunya dimana seorang laki laki duduk di kursi kemudi sambil tersenyum kearah Minju lalu beralih memberikan smirk kearah Yujin.
Yujin hanya bisa tersenyum kecil melihat sang mantan istri yang pernah mencintai dia, namun senyuman itu menurun saat mobil hitam itu melaju pergi. Yujin yang selesai langsung berjalan kearah mobil taksi kuning miliknya yang mana mobil itu adalah sumber penghasilannya selama ini.
Yujin masuk kedalam taksinya sambil mengusap pelan kemudi dan pelan pelan ia usap. Air mata lolos kala melihat figura figura kecil yang berada disana tidak sedikitpun ia rombak.
Yujin lajukan mobilnya pelan sambil menitikan air matanya dan berfikir, sebagai seorang suami ia tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk istrinya. Itu juga alasannya terima di gugat cerai karena melihat semua kebahagiaan yang laki laki lain dapat berikan pada istrinya.Selama pernikahan, rumah kecil dan penghasilan pas pasan yang selalu dapat ia berikan pada istrinya, kala istrinya berkumpul dengan teman teman, istrinya selalu menanggung malu untuk memiliki suami seorang supir taksi.
Menyadari hal itu, Yujin dengan hati ikhlas berusaha melepaskan istrinya. Namun hal yang masih berkecamuk dalam pikirannya, bagaimana cara dirinya menjelaskan pada putri mereka nanti.
Apakah anak usia empat tahun itu bisa mengerti dengan keadaan dimana ia harus dipisahkan dari sang ibu? Apakah Yujin mampu untuk membahagiakan putri semata wayangnya? Apakah Yujin mampu membagi dirinya untuk mengurus putrinya dan juga bekerja?
Tapi satu hal yang Yujin tau, bahwa dirinya tidak bisa mengeluh. Semuanya mau tidak mau harus dilalui, tidak ada yang bisa ia lakukan karena ia merasa bahwa ini juga kesalahannya.
Setelah perjalanan sekitar 30 menit dari pengadilan menuju kediaman laki laki itu, Yujin parkir mobil taksinya dan berjalan masuk kedalam rumahnya dimana sepasang suami istri sedang bermain bersama putrinya.
"Hyung, noona! Maaf lama, ternyata putusannya harus melalui sidang panjang lagi. Kalian sudah makan siang?" tanya Yujin ikut bergabung dengan mereka.
"Appaaaa" rengek anak perempuan langsung berhambur kepelukan Yujin yang langsung memeluk anak itu dengan erat.
"Makan siang itu gak penting. Yang penting tu gimana perasaan lo sekarang! Perasaan lo gimana, Jin?" tanya laki laki moncong panjang.
"Entahlah, gue sedih tapi bahagia. Setidaknya alasan dia ninggalin gue memang karena kesalahan gue, gue gak bisa bahagiain dia" jawab Yujin santai.
"Terus lo mau gimana sehabis ini? Lo yakin mau urus Wony sendirian? Apa gak sebaiknya lo juga cari pengganti Minju?" tanya wanita berwajah hamster pada Yujin.
"Sekarang gue cuma mau fokus sama Wony, juga gue gak ada rencana untuk cara ganti Minju. Dia tetep eomma satu satunya buat Wony, dan juga siapa wanita yang mau sama gue? Gue Cuma gak mau mereka berakhir hidup susah dan gak bahagia kayak yang Minju rasain waktu sama gue" jawab Yujin sambil mempuk puk bokong putrinya.
"Yujin-ah, inget lo punya kita! Jangan berhenti berharap, suatu hari semua bakal jadi indah pada waktunya, percaya sama gue!" kata Yuri menepuk pundak Yujin pelan. Yujin hanya mengangguk sambil terus berusaha menenangkan putrinya yang menangis dipelukannya.
Yujin lalu gendong putrinya lalu kecup pipi putrinya lembut sambil berusaha tersenyum dengan hati terluka.
"Appa akan besarkan kamu dan berusaha berikan kamu kebahagiaan, karena kamu satu satunya harta berharga yang appa miliki, Wonyoung-ah"
******
To Be Continued
Terima kasih yang sudah mau membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance (END)
FanfictionHanya kisah tentang perjuangan hidup supir taksi dan perceraiannya...