Di sekolah, Chaewon mengajar di kelas bunga matahari dimana merupakan kelas dari anak kekasihnya.
Chaewon mengajarkan tentang berbahasa yang baik dan benar. Hari ini mereka diajarkan membuat pantun.
Chaewon langsung mengawasi anak anak muridnya yang sedang mulai menulis pantun mereka.
Kecuali satu orang anak yang hanya duduk menidurkan kepala diatas meja sambil menguap.
"Hyewon, apa sudah selesai buat pantunnya?" tanya Chaewon berjalan mendekati bocah itu.
"Hoaaammm enggak, masih mikir" jawab Hyewon sambil menguap males.
"Kenapa tidak sambil menulis? sambil corat coret mungkin akan memunculkan ide" saran Chaewon.
"Hyewon malas bu!" celetuk teman dibelakang bocah itu berkomentar.
"Aku itu tidak malas! Aku cuma mode hemat daya" jawab Hyewon ngeles. Chaewon gelengkan kepalanya menatap anak itu.
"Ayo, coba ambil pensilnya dan coret coret dikertas" kata Chaewon menyuruh Hyewon.
"Tidak mau bu, katanya memegang pensil terus lama lama bisa buta, bu!" kata Hyewon.
"Kok bisa buta?"
"Iya, kalau pensilnya dicolok colok kemata bu" jawab Hyewon lagi.
Chaewon langsung menggelengkan kepalanya dan membiarkan anak itu untuk mengerjakan pekerjaannya.
Sepuluh menit, Chaewon langsung memanggil anak muridnya untuk membacakan pantun didepan kelas.
"Hyewon-ah, ayo coba baca kedepan pantunmu!" suruh Chaewon pada anak itu.
Hyewon lalu menguap dan maju kedepan tanpa membawa kertas atau apapun karena sejak tadi anak itu tidur dimejanya.
"Ayo tampilkan pantunmu, Hyewon-ah!" suruh Chaewon pada anak itu.
"Buah durian, buah manggis"
"Buah apel, buah semangka"
Chaewon tersenyum karena sepertinya Hyewon diam diam mengerti apa yang ia ajarkan, tapi..
"Buah nanas, buah jeruk"
"Itulah nama nama buah bu, sekian!" kata Hyewon langsung berjalan kembali kekursinya padahal Chaewon belum menyuruh anak itu kembali.
Teman teman yang lain tertawa menertawai bocah lempeng itu membuat Chaewon tersenyum, setidaknya anak muridnya tertawa dengan ulah anak itu.
Namun matanya terhenti pada anak perempuan yang hanya menunduk tidak ikut tertawa dengan teman teman lain.
Anak itu hanya duduk sambil memegang selembar kertas yang ia berikan tadi untuk corat coret.
"Wonyoung-ah...apa kamu sudah siap dengan pantunmu?" tanya Chaewon membuat Wonyoung mendongak dan mengangguk lemas lalu maju kedepan kelas.
Wonyoung memegang kertasnya lalu berddiri didepan kelas sambil menunduk.
"Ayo, silahkan dimulai" kata Chaewon pada Wonyoung, namun anak itu hanya diam saja dan tidak mulai berbicara.
"Ya! mulailah!! cepat mulai!" teriak anak anak kelas mulai tidak sabar dengan Wonyoung yang hanya diam saja.
"Semuanya tenanglah! jangan ribut!" kata Chaewon langsung berjongkok menatap anak muridnya itu.
"Wonyoung-ah, kenapa? pantunnya belum selesai?" tanya Chaewon hingga Wonyoung langsung menyerahkan kertasnya pada Chaewon.
Chaewon langsung menatap kertas yang diberikan oleh Wonyoung padanya dimana terdapat gambar sebuah keluarga, appa, eomma, dan putri mereka.
"Bu guru, apa Wony emang gak bisa punya keluarga utuh lagi? Apa kalau Wony dapet seratus, appa bakal pulang kerumah?" tanya Wony sambil terisak.
"Wonyoung-ah..."
"Bu guru, kalau ibu guru kasih tau Wony dapet nilai seratus ke appa, terus Wony gak nakal lagi disekolah, appa bakal pulang kerumah kan bu guru?" tanya Wonyoung membuat Chaewon ikut bersedih.
Chaewon berkaca kaca menatap bagaimana anak itu terisak bertanya pada dirinya. Tangan Chaewon langsung bergerak menghapus air mata dari pipi tembam kecil anak itu dengan ibu jarinya.
"Ibu guru, ibu tau gak appa pergi kemana? Appa dibawa sama mobil orang kaya waktu Wony mau bawa appa pulang dari rumah sakit. Bu guru ada di rumah sakit waktu jenguk appa, jadi bu guru tau gak appa dimana?" tanya anak itu bertubi tubi.
"Wony mohon bu guru, Wony mau ketemu sama appaaa" Isak anak itu membuat Chaewon langsung membawa putri kecil itu kedalam pelukannya.
Chaewon benar benar bersedih dan merasa bersalah saat ini, dirinya benar benar kembali dilemma dengan apa yang harus dia lakukan saat ini.
******
Siang hari di Hyundai Company, Yujin berjalan keluar dari gedung kantor untuk pergi makan siang.
Yujin berjalan seorang diri untuk menuju restauran mewah dekat perusahaannya sambil menelfon Chaewon yang juga beristirahat makan siang.
Yujin telfon hingga akhirnya laki laki itu sampai dan duduk di sebuah meja kosong sambil menutup telfonnya.
"Selamat siang, ini menunya" kata seorang wanita membuat Yujin mendongak dan mendapati seorang wanita itu berusaha bersikap profesional, namun ada kesedihan dan kecanggungan yang terlihat di wajah wanita itu.
"Oh, Kim Minju-sshi! aku mau...hmm apa ada rekomendasi yang bisa aku ambil?" tanya Yujin pada Minju.
"Kami punya masakan korea disini, ada kaki ayam pedas tapi jujur saja kaki ayam pedasnya tidak terlalu enak" jelas Minju membuat Yujin mengerutkan keningnya.
"Kaki ayam pedas...lalu dimana yang enak menurutmu?" tanya Yujin lagi penasaran.
"Di Myeongdong, dekat bengkel mobil AyenDucky. Makanannya murah, tapi tempatnya kecil, terus banyak asa dan bising karena banyak orang orang makan disana" jawab Minju.
Yujin terdiam dna tiba tiba beberapa besitan memori muncul dalam kepalanya mendengar itu.
"Aku suka makan kaki ayam pedas di dekat bengkel tempatku biasa service mobil"
"Kaki ayam pedas itu enak sekali, aku ingin istriku bisa masak kaki ayam pedas setiap hari! Kamu bisa kan masak kaki ayam pedas kalau kamu jadi istriku, Kim M--"
"HA?! GIMANA GIMANA?!"
"Akhhhh!" ringis Yujin memegangi kepalanya membuat Minju langsung menahan Yujin yang hampir jatuh.
Bukan itu saja, semua mata melihat kearah mereka membuat Minju langsung berusaha meminimalisir perhatian yang tertuju pada mereka.
"Yujin, kamu gapapa?" tanya Minju pada Yujin.
Yujin langsung menatap kearah Minju sambil menstabilkan nafasnya yang terengah engah sambil berusaha mengingat kembali memori yang dulu.
Tapi entah mengapa semakin ia paksa akan semakin sakit kepalanya, maka itu Yujin akhirnya memutuskan untuk tidak berusaha terlalu keras.
"Kim Minju..."
"Iya?"
"Kamu tau dari mana soal saya suka kaki ayam pedas?"
To Be Continued
Terima kasih yang sudah mau membaca…
🐱🐈😸
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance (END)
FanfictionHanya kisah tentang perjuangan hidup supir taksi dan perceraiannya...