Distance : Rain

661 105 21
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Yujin masih duduk disofa apartemen Minju. Sejak siang, kegiatan laki laki itu hanya menjemput Wonyoung dan seharian bersama mantan istri dan anaknya.

Yujin duduk di sofa ditemani secangkir kopi hitam tanpa gula sambil berfikir dengan otaknya yang sebenarnya gak bisa di pakai mikir.

Yujin terdiam sambil menunggu Minju yang sedang menidurkan Wonyoung sehabis membuat PR bersama. Ditemani suara TV menayangkan pertandingan baseball, Yujin terdiam.

Di kamar, Minju nyiku lengannya menopang kepalanya sambil menepuk pelan punggung putrinya yang berusaha tidur.

Namun Wonyoung yang masih belum berhasil tertidur langsung membuka matanya lalu menatap Minju.

"Eomma.."

"Emm? kenapa sayang?" tanya Minju masih menepuk pelan punggung putrinya.

"Appa gak akan pulang kan? Appa bakal bobo disini kan sama kita?" tanya Wonyoung. Minju  menjawab dengan anggukan laku tersenyum kecil.

"Wony pasti sedih ya waktu gak ada mama?" tanya Minju pake ditanya. Wonyoung langsung mengangguk dengan tampang sedihnya.

"Emm, sedih. Tapi appa selalu bilang kalau Wony gak boleh cengeng. Wony harus doain mama dan gak boleh marah sama eomma, Wony harus banggain eomma" jawab Wonyoung.

Minju yang mendengar itu jelas tersentuh. Disaat banyak mantan suami akan membeberkan soal kelakuan buruk mantan istrinya pada sang putri.

Bahkan mereka kadang melarang putrinya untuk bertemu, bahkan mendoktrin putrinya untuk membenci ibunya.

Tapi Yujin malah berbuat sebaliknya. Yujin menutupi aibnya dari sang putri agar putrinya tidak marah padanya.

Selalu mengajarkan putrinya untuk tidak membenci ibunya karena mau seburuk apapun ibunya, kalau bukan karena Minju, Wonyoung tidak akan ada di dunia ini.

"Eomma kapan pulang? ayo kita tinggal sama sama aja lagi, jangan pergi lagi. Apa eomma harus tinggal disini? eomma jangan tinggal disini, nanti dipukul om jahat lagi" kata Wonyoung.

"Doain eomma ya, eomma akan berusaha untuk appa kamu, untuk pulang" kata Minju tersenyum.

Wonyoung langsung menutup matanya lagi berusaha tertidur hingga tidak butuh waktu lama, Minju sudah mendengar nafas halus dari putrinya.

Minju yang mendengar itu langsung menaikan selimut putrinya lalu berjalan menutup pelan kamarnya agar tidak menggangu tidur putrinya.

******

Minju keluar kamar dan melihat Yujin yang masih duduk disofa apartemennya. Minju langsung bergerak untuk duduk di sofa sebelah Yujin.

Minju langsung posisikan dirinya disofa mendekati Yujin lalu memeluk pinggang laki laki itu sambil menyandarkan kepala di dada laki laki itu.

Yujin yang disandari oleh Minju juga membalas dan memeluk Minju sambil berusaha menghangatkan tubuh mantan istrinya itu.

Yujin menoleh menatap kearah balkon dimana hujan lebat mulai turun dan malam semakin larut.

Jam menunjukkan pukul 10 kurang 5 menit dan mereka masih betah berdiam saling memeluk tanpa ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mereka.

Pelukan Minju mengendor karena pergerakan Yujin, laki laki itu memilih melepaskan pelukan sebentar lalu mengambil ponselnya yang berada di depan TV setelah ia charge.

Yujin kembali duduk disofa dan kembali dipeluk erat oleh Minju. Yujin buka ponselnya dan melihat beberapa notifikasi.

"Notifikasi kamu banyak, tapi aku salah fokus sama foto wallpaper kamu. Kamu masih pake foto pernikahan kita sama foto Wony waktu masih bayi" kata Minju ikut melihat ponsel Yujin.

"Ini bagus, jadi aku gak mau ganti" jawab Yujin lalu mengecek notifikasinya.

Mata Yujin membulat lebar lalu dengan segera melapaskan pelukannya dari Minju membuat Minju yang sudah tidak ikut menatap ponsel Yujin kebingungan.

"Ehh kenapa? kok panik gitu? ada apa, Jin?" tanya Minju melihat Yujin yang dengan segera memakai jaketnya lalu mengambil kunci mobil taksinya.

"Aku keluar dulu ya, aku sebentar aja. Aku lupa harus jemput orang" kata Yujin bergerak cepat memakai sepatunya.

"Tapi diluar hujan deres, kamu hati hati ya" kata Minju yang diangguki Yujin. Yujin langsung bergerak keluar dari apartemen Minju pergi untuk menuju mobil taksinya.

Yujin menyetir cepat menuju tempat dimana dirinya harus menjemput seseorang. Yujin lakukan mobilnya menuju Seoul National University untuk menjemput malaikat yang memberi uang lebih padanya.

Yujin menyetir cepat lalu parkir didepan gerbang. Laki laki itu keluarkan payung lalu berjalan masuk kedalam gerbang sambil bertanya tanya pada satpam hingga murid yang masih belajar malam.

Yujin bertanya panik soal keberadaan Chaewon namun semuanya menjawab tidak tau keberadaan wanita itu. Salah Yujin yang bloon, karena kebanyakan yang laki laki itu tanyai adalah MABA.

Sedangkan Chaewon adalah mahasiswi S3 dan pastinya tidak pernah satu kelas atau kegiatan dengan MABA.

Yujin terus mencari kanan kiri kesekitar kampus hingga akhirnya laki laki itu menuju halte bus dekat kampus.

Laki laki itu hembuskan nafasnya kala menlihat seorang wanita yang duduk sendirian sambil menggigil kecil menatap sekitar.

Yujin langsung berlari tanpa basa basi mendekati Chaewon lalu memayungi wanita itu yang menunduk sambil menatap air hujan yang jatuh.

Namun karena melihat sepatu hitam seseorang berdiri dihadapannya, Chaewon langsung mendongak dan menatap Yujin dengan senyum pucat dan wanita itu menggigil kedinginan.

"Yujin? kamu dateng?" tanya Chaewon menarik ujung bibirnya tersenyum melihat Yujin benar datang menjemputnya.

"Maaf"

"Kenapa minta maaf? kamu kan sudah penuhin janji kamu buat jemput aku, ngapain minta maaf?" tanya Chaewon tersenyum tipis.

"Aku terlambat"

"Seenggaknya kamu penuhi janji kamu, aku tau gak gampang untuk kamu keluar jam 10 malem untuk jemput aku ditengah hujan" kata Chaewon dengan mata polos tapi lemahnya.

Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, kelas Chaewon selesai pukul 6 sore dan Yujin baru menjemput Chaewon pukul 10 malam.

Sudah empat jam wanita itu menunggu Yujin tanpa berniat untuk pergi dari sana dan memasang harapan penuh bahwa laki laki tiu akan datang menjemputnya.

Ditengah hujan...

Grepp!

Chaewon terkejut saat tiba tiba Yujin membawa dirinya kedalam pelukan laki laki itu.

Hangat, itulah satu kata yang bisa ia pikirkan sebagai gambaran bagaimana hati dan tubuhnya.

"Maafin aku, aku selalu buat kamu sakit" kata Yujin pelan sambil mengusap punggung dingin Chaewon.

Chaewon hanya mengangguk kecil di pelukan Yujin sambil memejamkan matanya berharap waktu dapat dihentikan.

"Aku berharap waktu dapat dihentikan saat ini, Yujin-ah. Aku ingin selalu seperti ini dengan kamu, tapi apa bisa kita bersama?"

To Be Continued

Terima kasih yang sudah mau membaca…

🐱🐈😸

Distance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang