"ayah" panggil seorang bujang 21 tahun. Tapi yang dipanggil hanya diam menatap jendela kamar yang sudah sejak lama ia huni.
Pemuda yang kerap disapa Raka itu menepuk pundak lesu sang ayah hingga membuatnya kaget.
"ah, ada apa Raka? " tatapan sendu itu menyambut kedatangan putra ke duanya. Melihat tatapan itu, Raka ikut merasakan sakit.
"ayah kenapa? Ayah rindu sama bunda dan adek? " Rey -sang ayah- hanya tersenyum, tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Pikirannya kembali pada masa itu. Masa diman ia melakukan kesalahan besar hingga sekarang harus ia sesali.
"apa ada kabar? " tanyanya balik. Raka menggeleng pelan. Ia memeluk ayahnya, memberi kekuatan. Ia tau, ayahnya sangat rapuh. Ia harus kehilangan istri dan anak bungsunya beberapa tahun silam karena kesalah pahaman.
Rey membalas pelukan Raka, keduanya sama sama merindukan orang yang sama. Sudah 9 tahun sejak kejadian itu, semuanya berubah. Kebenaran terkuak dan menyisakan penyesalan terdalam bagi keluarga Adhitama.
●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●
Cklek
Kriiieeet
Suara nyaring itu mau tak mau membuat Arka kembali membuka mata indahnya. Ia mengambil napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. Sedangkan Gevan dan Abhi -si pembuka pintu- duduk mengapit Arka.
"lo kalo mau bolos bilang dong, kan kita juga pengen ikut dugong"
Hening. Baik Arka, Gevan, maupun Abhi, ketiganya diam. Hanya diam menikmati pemandangan indah dari rooftoop sekolah bergengsi itu. Hingga suara arka menarik atensi kedua sahabatnya.
"kayaknya gue bakal pindah." sepenggal kalimat itu sukses membuat dua orang disamping Arka terkejut dan menatap Arka bersamaan.
"maksud lo? Pindah sekolah? " tanya Abhi heboh.
"hm"
Gevan berdecak kesal. Tidak. Tidak boleh terjadi. Sudah cukup Arka bersembunyi, Arka tidak boleh terus terusan pergi dan merelakan dirinya dirugikan.
"lo gak boleh terus terusan gini Ka"
Arka hanya diam. Sebenarnya dia juga tak ingin, tapi masih ada rasa takut dalam dirinya untuk bertemu orang-orang berkuasa itu, takut untuk kembali tersakiti. Maka, bukankah mengindar adalah pilihan terbaik?
"lo mau menghindar sampai kapan?"
Arka mengedikkan bahunya, ia tak berniat menjawab pertanyaan Gevan. Karna ia sendiri tak tau sampai kapan ia akan terus seperti ini. Toh, mereka juga tak menginginkannya kembali bukan?
"lu jahat Ka. Kalo lo pindah terus gue dapet contekan dari mana? Jangan pindah ya? Plis Ka.. Hiks " tangisan palsu Abhi memotong perdebatan mereka (eh, perdebatan dari mana?) dan sekarang lihatlah wajah memohon itu yang hanya ditatap datar oleh Arka.
Arka langsung berdiri dan membenarkan pakaiannya, menyisakan Gevan dan Abhi yang bertanya tanya.
"mau kemana? " tanya Gevan to the point.
"warung"
Gevan dan Abhi ber oh ria, kemudian mengikuti langkah Arka menuju warung yang ia maksud. Warung belakang sekolah yang harus melalui tembok setinggi 3 meter jika ingin pergi kesana disaat jam sekolah berlangsung. Untung saja pihak sekolah menanam dulu menanam pohon mangga didekatnya yang memudahkan para siswa yang ingin melompati pagar itu.
Dengan lihai Arka, Gevan, dan Abhi menaiki pohon mangga milik sekolah dan duduk diatas tembok pembatas sekolah.
Bruk
Arka mendarat dengan sempurna, disusul kedua temannya. Mereka langsung menuju warung terdekat yang pemiliknya bernama mbok Yem.
"mbok, mi kuah pedes biasa satu ya, sama kopi susu"
"siaap, nak Gevan sama nak Arka gak pesen? "
"mi goreng nya satu deh mbok"
"oke, nak Arka? "
"mi goreng pedes banget, sama es teh"
"oke siap, ditunggu ya anak ganteng"
Arka tersenyum, ia mengeluarkan hp nya dan mulai berselancar di akun ignya. Sesekali ia tertawa kecil mendengar perdebatan dua orang yang duduk di depannya yang sebenarnya unfaedah.
●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●
Bruk
Arka menghempaskan tubuhnya di kasur. Sehari ini tidak terlalu melelahkan, tapi cukup menguras hati. Mungkin tidur adalah pilihan terbaik untuk sejenak mengisi tenaga agar nanti malam ia bisa mengalahkan musuhnya.
Sekarang perutnya mulai terasa panas. Mungkin efek tadi makan mie goreng yang sangat pedas, tapi tak masalah. Hal ini sering terjadi, Arka cukup tidur dan perutnya akan membaik.
Baru saja lima menit memejamkan mata dan bersiap untuk masuk ke alam mimpi, suara ketukan pintu membuatnya kembali terusik.
"shh, siapa sih"
Dor dor dor dor dor
Suara gedoran itu makin keras. Arka agak was was, jangan jangan ini ada yang mau ngerampok. Sebelum menuju pintu ia terlebih dahulu membawa cutter besar yang ada di atas tv. Tangannya membawa cutter dengan posisi siap tikam.
Dan...
Cklek
Sreet
"duh, lama bang-- Eh BUSET KAMPRET ASTAGHFIRULLAHH" Abhi yang hendak mengomel malah dibuat melompat mundur setelah mendapati Arka yang membuka pintu dan tiba tiba menodongkan Cutter di lehernya.
"lo pengen gue mati muda Ka?" ucap Abhi mendramastis suasana. Arka memuat bola matanya malas. Salah sendiri gedor pintu gak bisa selow."ngapain bawa cutter segala? " tanya Gevan serius. Arka mengedikkan bahunya dan melempar asal cutter tadi.
"kirain rampok"
๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏
ToBeContinue
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka Putra
RandomNO BXB! JUST BROTHERSHIP!!! Luka, penolakan, Kehidupan Arka kecil memprihatinkan, dimana ia tak diterima oleh sang ayah, dan dibenci oleh saudaranya. Berharap disayang tentu, namun apa daya, bagi mereka, Arka hanyalah benalu yang tak seharusnya ada...