12

2.5K 238 12
                                    

Cklek krieet

Benedict, Brama, Bara, dan juga Karan mengikuti langkah Arka memasuki rumah kecilnya.

Meski kecil, rumah itu begitu rapi dan nyaman. Barang-barang dan furnitur yang tak seberapa ditata sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri bagi yang melihatnya.

"adek tinggal disini sendiri? " tanya Bara. Arka mengangguk, kemudian memasuki kamarnya untuk mengambil sesuatu.

"nyaman" ucap Benedict tanpa sadar. Karan turut mengangguk meng-iya-kan putra sulungnya.

Brama dan Bara terlihat bingung dengan lemari kayu di dekat dapur. Kira-kira apa isinya? Tanpa pikir panjang mereka langsung membukanya dan...

Rahang kedua bersaudara itu seketika jatuh kebawah. Yakali jatuh ke atas.

Lemari berukuran 2x1x1 itu penuh dengan piala dan juga medali, meski sedikit berdebu, tapi mereka yakin, itu semua milik Arka.

Benedict dan Karan mendekat, mereka hanya bisa terpana melihat semua piala itu.

"papa"

Karan menolah, di sampingnya sudah ada Arka dengan sebuah kotak kecil terbuat dari besi. Karan tersenyum, ia menatap sekilas kotak itu, kemudian kembali menatap Arka.

"udah? " tanya Karan yang dijawab anggukan kecil oleh Arka.

"jadi, sekarang kita ke makam bunda? "

●_●●_●●_●

"tuan, ada yang mencurigakan di sekitar rumah tuan muda Arka"
Haris mengernyit, mencurigakan?

"lanjutkan "

"ada beberapa mobil yang terparkir di area itu, beberapa bodyguard yang berjaga, dan juga beberapa orang yang memasuki rumah tuan muda. "

Haris mendelik, beberapa orang memasuki rumah Arka katanya? Padahal Haris sudah mengirim beberapa orang untuk menjaga rumah Arka, kemana mereka hingga membiarkan orang asing memasuki rumah itu? Ini tidak bisa dibiarkan.

"dimana para penjaga rumah? "

"mereka mundur, tuan. Jumlah mereka tak sebanding dengan bodyguard yang ada. "

"siapa saja yang masuk? "

"kami belum tau, tuan. Mereka memakai pakaian tertutup, tapi saya yakin salah satunya adalah tuan muda. "

Tidak, Arka tidak mungkin diculik kan?

"siapkan pasukan terbaik, suruh Gevan dan Abhi segera pulang, buat penjagaan di wilayah sekitar rumah Arka, beri pasukan khusus untuk mensterilkan tempat itu, jangan sampai ada warga sipil yang terlibat. Dan jaga putraku agar tidak terluka. "

"siap laksanakan, Tuan"

"satu lagi, perketat penjagaan mansion. Aku takut jika mereka akan menyerang kesini. "

"siap, Tuan"

●_●●_●●_●

Karan menengadah beberapa kali demi menahan air mata yang siap meluncur.

Di depannya terdapat sebuah makam yang bersih dengan seikat bunga lili putih kesukaan adiknya. Nama itu tertera dengan jelas, nama adiknya, Karina Dwi Laksmi.

Arka PutraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang