Arka, Abhi, dan Gevan kesekolah dengan diantar suruhan Haris. Padahal rencananya mereka akan berangkat sedikit lebih siang, tapi karena orang-orang itu hanya patuh pada Haris, jadilah mereka bertiga diantarkan pukul 05.45 dan sampai disana pukul 06.05
"ck, bokap lo tuh Gev. " gerutu Abhi setelah memastikan orang suruhan om Haris telah pergi. Gevan hanya melirik Abhi dan melanjutkan perjalanannya ke kelas bersama Arka.
"duh emang like father like son. Gak anak gak bapak sama-sama demen bikin orang emosi" dumelnya saat tau ia ditinggal. "mana dingin banget njir"
Di perjalanan menuju kelas, Arka memeluk dirinya. Dingin. Salahnya sendiri menolak saat Mommy hendak membawakannya jaket. Ia tak menyangka hawa pagi hari akan sedingin ini hingga membuatnya menggigil.
Gevan yang peka Arka sedikit menggigil langsung melepas jaketnya dan menghentikan langkah Arka.
"lepas tasnya" Arka menurut, ia melepas tasnya, lalu Gevan memakaikan jaket yang sebelumnya ia pakai kepada Arka. Gevan tersenyum, jaket itu terlihat seperti menelan tubuh Arka. Tapi tak masalah, yang penting adiknya hangat.
"jangan dilepas" sela Gevan saat Arka hendak membuka mulutnya. Lantas Gevan meninggalkan Arka yang masih cemberut. Jaket ini kebesaran di tubuhnya, tapi rasanya hangat.
"loh Ka? Bwahahahaha" tawa Abhi meledak, Arka dengan jaket kebesaran terlihat lucu dan menggemaskan. Belum lagi raut tak suka Arka yang menambah kadar imut pada dirinya.
"udah jangan mrengut, yok ke kelas" Abhi menyeret Arka ke kelas, dan sesampainya disana Arka langsung melepas jaket itu dan menaruhnya didepan Gevan.
Masih pagi dan Arka masih mengantuk. Ia memilih untuk tidur dibangkunnya. Gevan terkekeh, ia menyelimuti Arka dengan jaket tebalnya tadi lalu mengelus rambutnya pelan.
Nyaman. Rasanya nyaman.
Sejak kecil Arka tidak bisa manja dengan keluarganya, keluarga kandungnya justru menuntut untuk dewasa lebih cepat. Namun sekarang ia justru bertemu dengan orang-orang baik yang menganggapnya keluarga.
Dan Arka sangat amat bersyukur akan hal itu.
●_●●_●●_●
Bruk.
"akh"
Arka terjatuh setelah seseorang yang tengah berlari menabraknya. Ia ingin mengumpulkan ulangan susulannya ke ruang guru, namun seseorang yang berlari menabraknya dari belakang, membuat lutut dan telapak tangannya lecet, serta celananya sobek.
"sorry-sorry, lo gak papa? " tanya orang itu. Arka mengangguk. Ia tak menatap orang itu, terlalu tinggi. Ia malas mendongak. Saat Arka hendak melanjutkan perjalanannya akan tetapi orang itu mencegahnya.
"tunggu. Lutut sama tangan lo berdarah. Ikut gue ke UKS"
Arka menggeleng. "tidak perlu, permisi"
Tapi orang itu tak peduli dengan penolakan Arka. Dia malah menyeret Arka ke UKS dan mendudukkannya pada ranjang yang ada disana.
Orang itu mengobati lukanya dengan telaten. Sesekali Arka mendesis saat merasakan sensasi perih pada lukanya. Setelah selesai orang itu menatap wajah imut dihadapannya.
"sekali lagi, sorry. " Arka mengangguk, ia pamit untuk keluar dan melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru.
"kenapa wajahnya familiar? " orang itu juga merasa manik kembar anak tadi mirip dengan seseorang. Tapi siapa?
Arja tak peduli. Tapi ia penasaran, sepertinya ia akan mencari tau tentang anak itu.
●_●●_●●_●
Pyar
Sepertinya ini memang hari sial bagi Arka. Sudahlah tadi ditabrak oleh orang hingga lecet, sekarang dikantin seseorang yang membawa bakso juga menabraknya hingga kuahnya mengenai baju Arka.
Arka berusaha membersihkan sisa mie bakso yang melekat dibajunya, namun tanpa diduga Si penabrak itu menjambak rambut bagian belakang Arka, membuatnya mau tak mau mendongak menatap wajah garang si penabrak.
"oh, berani lo nabrak gue, HAH!? "
Orang itu memperkuat jambakannya, membuat beberapa helai rambut Arka rontok. Arka meringis, kepalanya terasa sakit.
"MAKSUD LO APAAN BANGSAT! " Dari kejauhan teriakan Abhi terdengar. Tadi ia mendengar ribut-ribut saat Arka memesan, ia penasaran. Dan ternyata disana Arka tengah menahan sakit akibat dijambak.
Abhi berlari dan langsung menonjok wajah si penabrak. Baru sekali tonjokan, beberapa orang langsung melerai mereka berdua. Abhi memberontak, tapi si penabrak tadi langsung pergi begitu saja.
"Arka, lo gapapa kan? " tanpa menunggu jawaban si empu, Abhi menggendong Arka menuju UKS untuk mengobati bekas jambakan itu, tentu saja Arka memberontak, namun urung saat Arka melihat wajah datar Abhi yang menyiratkan kemarahan. Istilahnya senggol bacok. Lagipula tenaga Abhi lebih kuat dari tenaga Arka.
Sesampainya disana, Abhi melemparkan seragam sekolah yang tersedia di UKS kepada Arka
"ganti sekarang" titah Abhi dingin kemudian berbalik membelakangi Arka.
Arka langsung mengganti bajunya yang kotor itu dengan baju yang diberikan Abhi. Setelahnya ia menepuk pundak Abhi pertanda bahwa ia telah selesai mengganti baju.
"tidur. " perintahnya lagi. Arka menurut saja, ia tengkurap diatas kasur dan membiarkan Abhi mengompres kepalanya.
"shh" ringis Arka saat merasa perih di kepalanya. Abhi yang mengompres ikut meringis. Abhi jadi tak tega bersikap dingin pada Arka. Ah, harusnya tadi Abhi saja yang memesan makanan, bukan Arka.
Brak
"ck, lo bisa nyantai gak sih? " Abhi mencibir karena kaget mendengar dobrakan itu, sedangkan pelakunya langsung menggeser posisi Abhi sampai-sampai Abhi hampir saja tersungkur jika ia tak mampu mempertahankan keseimbangannya.
"adek, gak papa kan? Gak ada yang luka kan? Mana tadi yang sakit? "
"gak papa" jawab Arka dengan tenang.
Gevan menghela nafas, syukurlah Arka baik-baik saja. Lihat saja, Gevan tidak akan membiarkan orang itu lepas tanpa balasan yang setimpal.
"dah-dah minggir lo, gue mau ngompres adek dulu" kini gantian Abhi yang menggeser posisi Gevan dengan kasar. Abhi kembali pada aktivitas awal, mengompres Arka dengan hati-hati agar adiknya tidak merasakam sakit.
"ck, diem lu Ka, jangan bikin gue emosi juga" sentaknya pelan ketika Arka hendak mengambil alih kompresannya. Arka kembali menunduk agar Abhi mudah mengompres kepalanya.
"kan tadi udah gue bilang, gue aja yang pesen. Ngeyel sih" omelmya pada Arka. Sebenarnya Abhi bukan marah karena Arka merepotkan, tentu tydac. Abhi kesal karena Arka harus terluka karena memaksa pesan makanan sendiri.
"maaf" cicitnya. Arka merasa tak enak karena membuat sahabatnya khawatir.
"maaf selalu Ngerepotin kalian" imbuhnya dengan suara lirih.
"tu mulut minta ditabok? " Abhi kembali bersuara, menjawab kalimat Arka yang sangat ia benci. Abhi benci mendengar Arka menyalahkan dirinya sendiri, padahal itu bukan kesalahannya, sama sekali bukan.
"sekali lagi ngomong gitu, gue kuncir sekalian mulut lu" Abhi sedikit menekan luka Arka untuk peringatan tapi malah membuat Arka meringis kesakitan.
"GOBLOG!, Arka tambah sakit Nyet! " Gevan men- ceples tangan Abhi yang sudah menekan bengkak di kepala Arka. Udah tau disitu sakit malah ditekan. Dasar Abhi.
"Njing! ya sorry, lagian Arka ngomongnya gak ngotak"
๏_๏๏_๏๏_๏
Agak panjang, karena keknya bakal lama gak up.
PAT chuy. Tiga Minggu! Bhayangkan, betapa tersiksahnya saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka Putra
RandomNO BXB! JUST BROTHERSHIP!!! Luka, penolakan, Kehidupan Arka kecil memprihatinkan, dimana ia tak diterima oleh sang ayah, dan dibenci oleh saudaranya. Berharap disayang tentu, namun apa daya, bagi mereka, Arka hanyalah benalu yang tak seharusnya ada...