17

1.6K 149 8
                                    

"Papa yakin mau ngasih tau? "

"bagaimanapun dia berhak mengetahui keberadaan Arka. Kamu tau kan dia tidak seperti saudara Arka yang lain? "

"iya tapi kan Pa-, bagaimana kalau dia beritau yang lain dan merebut Arka? "

"itu tidak akan terjadi, percaya sama Papa"

"huft, baiklah"

●_●●_●●_●

"Putra Papa sudah siap? "

Arka mengangguk, ia mengambil tas sekolahnya kemudian berjalan menyambut kedua tangan Karan yang merentang. Arka memeluk Papa-nya erat, begitu juga dengan Karan.

"sekarang, ayo kota turun"

Pria itu mengangkat tubuh Arka ke dalam gendongannya. Perbedaan proporsi badan yang sangat jauh itu membuat Arka terlihat persis seperti seorang balita yang sedang digendong  oleh papanya.

Mereka berdua turun ke bawah menggunakan lift yang telah tersedia. Disana trio B sudah menunggu di meja makan.

Ting!

Karan keluar dari lift dan langsung dihampiri oleh Bara.

"ini anak SMA atau anak TK sih? Imut banget perasaan" pekik Bara gemas dengan mencubit pipi adiknya.

Arka yang malu memilih untuk menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Karan. Mereka tersenyum simpul. Arka mereka telah berubah. Dulu Arka sangat ceria, tapi sekarang tidak banyak bicara. Mungkin Arka masih canggung, pikir mereka.

Maka sudah menjadi tugas mereka untuk mengembalikan Arka yang ceria seperti dulu. Apalagi Bunda Karin juga menitipkan Arka pada mereka.

"sudah sudah, nanti kalian berdua terlambat"

Mereka pun memulai sarapan dengan khidmad, sesekali bercanda untuk mengundang tawa dan keceriaan Arka. Setidaknya agar Arka tidak lagi canggung dengan mereka.

Seusai acara sarapan, mereka mulai berangkat. Benedict ke kantor dengan mobil mewahnya, Brama kuliah dengan motor kesayangannya, Bara ke sekolah dengan mobil sport-nya, dan Arka diantar oleh Papa-nya dengan mobil mewah milih Karan sendiri.

Arka duduk di depan, menemani Karan yang menyetir. Namun mobil itu tak kunjung bergerak. Arka-pun menoleh ke Papa-nya yang ternyata juga menatapnya.

"udah? Ga ada yang ketinggalan? "

Arka mengangguk,

"coba cek lagi, siapa tau ada yang lupa"

Arka mulai membuka tasnya, ia melihat-lihat buku yang ia bawa dengan mengingat satu persatu apa saja yang dibutuhkan untuk hari ini.

"e-eh? "

Karan menaikkan satu alisnya, "ada yang ketinggalan?"

"i-iya, buku tugas Arka" Arka berniat membuka pintu mobil untuk mengambil bukunya sendiri, tapi tangannnya dicekal oleh Karan yang menyuruhnya untuk tetap duduk. Kemudian pria itu menyuruh salah satu bodyguard-nya untuk mengambilkan buku tugas Arka.

Karan menyerahkan buku tugas milik Arka yang ia terima dari bawahannya, "ini"

"makasih Papa" ucapnya dengan tersenyum kecil.

Karan menggusak rambut legam Arka, putranya begitu menggemaskan. Tentu saja. Jadi mana mungkin ia akan menyerahkan Arka begitu saja. Arka putranya, hanya putranya.

Mobil mulai melaju, membelah jalanan yang mulai macet di pagi hari. Hari ini cukup cerah, cahaya matahari tak terlalu menusuk, membuat Arka semakin betah menatap jalanan dari jendela mobil.

Arka PutraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang