4

4.3K 306 18
                                    

"sayang? Itu Arka kenapa? "

Riani mengikuti Gevan yang menggendong Arka ke kamar milik Gevan dan membaringkan bocah tersebut agar nyaman.

"ada apa Gevan? "

Gevan menunduk, pandangannya terkunci pada wajah polos Arka. Wajah ketakutan itu masih saja terngiang. Lihat saja, ia tak akan membiarkan siapapun yang telah membuat Arka kembali mengingat masa lalunya.

"Arka dibentak mom.. "

Harusnya tadi Gevan menemani Arka saat ke ruang BK, bukan malah menguping diam-diam. Riani yang menyadari raut penyesalan Gevan, langsung menangkup wajah putra smtunggalnya dan menatapnya lamat.

"kamu tau kan, Arka itu kuat? "

Gevan mengangguk. Tapi rasa penyesalan tetap saja hinggap. Arka sudah ia anggap sebagai adiknya, dan sekarang ia gagal melindungi Arka.

"yaudah, biarin Arka tidur dulu. Kamu pulang sendirian? "

Ah, Gevan baru ingat. Tadi kan ia pulang bersama Abhi. Jadi sekarang mana sikampret?

"sama Abhi, mom. Gevan ke Abhi dulu. "

Setelah Gevan keluar giliran Riani yang memandang Arka dengan sendu. Tangan lembutnya membelai rambut Arka yang lepek akibat keringat.

Riani dan suaminya sudah menganggap Arka sebagai putranya sendiri, namun saat Arka hendak diadopsi oleh pasutri itu, Arka menolak. Katanya ia tak ingin merepotkan orang lain. Padahal mereka justru akan senang jika direpotkan. Arka putra mereka, dan itu tidak akan berubah.

Cup

Riani memberi kecupan hangat sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Arka.

"sleep well baby"

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

"Bhi? " Gevan melihat Abhi masih saja didepan pintu rumahnya. Mungkin masih menghalau zombi yang ingin menyerang Arka.

"ngapain kalian kesini? " Gevan menatap ketiga orang yang tadi berada di ruang BK. Rupanya mereka mengikutinya saat pulang.

"kami ingin bertemu Arka. " jawab Bara cepat.

"memangnya kalian siapa? "

"tau tuh, ngaku ngaku sodara. Sodaranya setan kalik" sinis Abhi. Gevan menghela nafas. Abhi selalu menjadi sensitif jika itu menyangkut Arka.

"kalian saudara kandung Arka? " tanya Gevan dengan sedikit meragukan kata "kandung".

Mereka semua masih diam. Ketiganya saling melirik. Hingga Benendict menjawab yang seharusnya tidak ia jawab.

"iya"

Seketika rahang Gevan mengeras, tangannya terkepal, dan tatapannya semakin tajam.

"jangan. Pernah. Temui. Arka. " ucapnya penuh penekanan.

Blam.

Pintu itu dibanting oleh Gevan. Sedangkan Benedict pun ikut tersulut emosi. Ia hendak mendobrak pintu tersebut sebelum akhirnya Bara dan Brama menahannya.

"bang udah. Kita masih bisa ketemu besok"

Benedict mendengus kesal. Ia pergi meninggalkan kedua adiknya.

Lihat saja besok.

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

"eh eh, mau kemana lo" Gevan menarik kerah belakang Abhi yang membuat sang empu sedikit tercekik dan terjungkal ke belakang.

Astagfirullah. Abhi sabar, Abhi anak baik.

"ke Arka lah! Kemana lagi? "

"Arka masih tidur. Jangan diganggu. "

Abhi memutar bola matanya malas. Kenapa temannya yang satu ini jadi bego?

"tuan muda Gevan, gak mungkin juga gua bangunin dedek Arka tersayang. Dah ah, capek aku menghadapi ketololanmu mas"

Abhi mengayunkan tangannya, dan balik kanan dengan Bohayy. Menirukan bencong jadi jadian yang sering ia temui. Tak lupa pinggulnya yang ia goyangkan saat berjalan, membuat Gevan jijik melihatnya.

"selangkah lo masuk, gua cekik beneran lo"

Abhi masih tidak peduli, ia tetap dengan gayanya menuju kamar tempat Arka tidur, dan Gevan mengikutinya.

"satu"

Abhi masih bodo amad.

"dua"

Selangkah lagi, dan Abhi masih kekeuh.

Tap. Kaki kanan Abhi menyentuh ubin kamar Gevan. Dan...

"tiga. "

"khkkk, le-pas begho"

Dengan teganya, Gevan memiting leher Abhi dan menyeretnya menuju ruang keluarga. Abhi memukul tangan Gevan yang memitingnya, tapi Gevan tak kunjung melepaskannya.

Poor Abhi.

Sabar ya mas.

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

"eungh" lenguhan itu keluar dari mulut mungil Arka. Dilihat sekelilingnya tempat yang begitu familiar. Kamar Gevan.

Cklek

"gitu kek dari tadi" ujar Abhi bersungut-sungut.

Gevan dan Abhi memasuki kamar. Abhi masih kesal soal tadi. Napa ga dibolehin dari tadi coba. Dasar Gevan laknat.

"ya ampun Arka udah bangun lo"

Plak.

Tangan suci Gevan mendarat sempurna di wajah Abhi.

"gak ada gua-lo sama Arka di luar sekolah. Ingat kan? Atau udah pikun? "

Saoloh sadis amat yak

"iye iye" Abhi mah iye aja. Ketimbang kena timpuk lagi ama kawan iblisnya.

Sakit tauk!

"Gev-"

"pake 'Abang' baby" potong Abhi sembari menaik turunkan sebelah alisnya.

Arka mengerucutkam bibirnya. Abhi ini emang pengen ditimpuk beras satu ton.

"gu- Arka bukan babi"

Perlu kalian ketahui, di rum- mansion Gevan ini ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh Arka. Salah satunya adalah dilarang memakai kata lo-gue (kecuali di sekolah), dan harus memanggil Gevan dan Abhi dengan sebutan 'abang'

Arka mengubah posisinya menjadi duduk dan beralih menatap Gevan.

"abang, boleh minta minum?"

"oke, abang ambilin dulu"

Abhi cuma geleng geleng melihat yang dilakukan Gevan.

Di mansion ini terdapat puluhan pelayan, dan Gevan hendak mengambilkan air minum sendiri? Jadi yang pikun Gevan atau dirinya?

Jadi pelayan disini pasti enak. Tinggal rebahan doang, makan gaji buta kayak...

๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏

Mm, agak ragu sih sama part ini..
Tapi yodahlahya. Yaqueen dulu aja.

TBC.

Arka PutraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang