20

486 51 7
                                    

H A P P Y  R E A D I N G

Arka memeluk erat Riani yang hendak menaiki pesawat pribadinya. Haris mendekat, lantas ia mengelus pelan puncak kepala putranya.

"hey baby, Mommy sama Daddy hanya satu bulan di sana. Sudah hm? "

Arka menunduk tak menjawab, ia berganti memeluk Daddynya.

"kalau ada apa-apa langsung ke bang Gevan, okey? Kalau Abangmu tak ada langsung hubungi Karan."

"t-tapi arka boleh tinggal di rumah bunda kan? " ucapnya dengan mata memohon. Pasalnya sudah seminggu ini ia tak berkunjung ke rumah itu.

"NO" ucap mereka serempak. Arka kembali lesu.

"nanti siapa yang akan menjagamu, hmm? Sesekali berkunjunglah. Tapi jangan tinggal sendiri"

Arka mengangguk saja. Toh satu lawan empat orang, ia tak mampu menolaknya.

"yasudah. Kami berangkat dulu" keduanya menjauh sembari melambaikan tangan. Begitu juga Arka. Ia melambaikan tangan, menatap keduanya hingga benar-benar hilang.

●_●●_●●_●

Arka menatap langit malam hari ini. Senyum tipisnya terbit. Mungkin ini waktu yang tepat untuk melakukan...

Balapan?

Arka melangkah masuk, sudah beberapa minggu sejak ia bertemu Paman kandungnya, ia tak pernah menginjakkan kaki di tempat haram tersebut.

Boro-boro balapan, Arka mau beli jajan di pasar malem aja harus ada pengawasan. Tentu saja Arka tak berani pergi ke tempat haram itu. Takut dimarahi.

Tapi hari ini mungkin Arka memiliki sedikit kebebasan. Daddy-nya berada di luar negri, sedangkan hari ini Arka beruntung sekali bisa menginap di rumahnya sendiri. Meski ia tak sendiri, tapi untungnya yang menemani Arka adalah Gevan dan Abhi.

"abang"

Keduanya menoleh, Gevan menaikkan satu alisnya dan Abhi menampakkan senyum manisnya.

"Arka mau balapan, kalian ikut? "

Keduanya saling menoleh. Balapan? Tentu ingin. Tapi mereka sudah membayangkan apa yang akan terjadi jika ketahuan. Amukan Benedict yang mengerikan, masih ada Karan dan Brama. Belum lagi kalau Harris tau hal ini. Ntah apa yang akan mereka dapatkan.

"adek, jangan dulu ya? Nanti kalo om Karan tau gimana? Adek mau dihukum? Belum lagi kalo bang Ben juga dengar masalah ini"

Seketika Arka cemberut. Aih, benar juga apa yang dibilang Abhi. Ia bisa dapat masalah. Tapi memangnya apa benar jika dia akan dapat hukuman? Mungkin tidak? Atau mungkin Arka harus berangkat sendiri?

Sudahlah, lupakan. Memang lebih baik tidak perlu ke sana. Lagipula ia juga takut jika ketahuan nanti motornya akan disita Haris.

Arka berlalu menuju kamarnya. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Sungguh, sudah lama sekali ia tak menikmati zat nikotin ini. Rasanya benar-benar nikmat.

●_●●_●●_●

"Mom? Dad? " alis Rey berkerut. Sejak kapan orang tuanya sampai di rumah? Bahkan mereka sudah bersantai di ruang keluarga.

Arka PutraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang