"sayangnya mommy sudah bangun?"
Riani duduk disamping Arka dan memeriksa keningnya.
Tidak demam.
Syukurlah. Biasanya setelah kejadian itu Arka akan mengalami demam hingga tiga hari.
"mom, Arka mau pulang, habis ini sekolah"
"No baby, tidak ada sekolah untuk hari ini. "
"tapi mom--"
"Tidak ada tapi boy"
Ucapan Arka terpotong dengan suara tegas nan berat milik Haris, suami Riani sekaligus ayah Gevan.
Riani permisi keluar untuk membiarkan anak-ayah itu melepas rindu. Ia tau bahwa suaminya juga merindukan Arka. Bahkan sudah hampir 1 bulan mereka tak bertemu.
"ayo turun boy, sudah waktunya sarapan. "
Kedua kaki Arka hendak menapak lantai, namun tiba tiba tubuhnya melayang.
Siapa lagi pelakunya kalau bukan Haris, si Genter berjalan.
Haris menggendong Arka seperti menggendong anak umur 5 tahun. Maklum, tubuh Arka itu minimalis dibanding tubuh Haris dan Gevan yang seperti titan.
"Daddy~ turuninn" rengek Arka yang membuat Haris terkekeh.
"lihatlah, kau merengek seperti bayi, tapi berlagak dingin di sekolah. "
Arka menelungkupkan wajahnya di ceruk leher Haris. Malu. Ternyata Haris juga tau yang ia lakukan disekolah.
Sesampainya dibawah, Riani menyambut suami dan putranya dengan senyuman hangatnya.
Cup cup
Riani mencium kedua pipi chubby Arka dengan gemas, ingin rasanya menguye-uyel bakpao mini itu.
"bang Gevan mana Mom? " tanya Arka saat tak mendapati batang hidung Gevan.
"abangmu itu berangkat pagi pagi sekali. Katanya ada ulangan"
Raut Arka menjadi sedih. Arka kan juga sekelas dengan Gevan, itu artinya ia juga ada ulangan hari ini.
Jika ia tak mengikuti ulangan, lalu nilainya kosong, setelah itu beasiswanya dicabut? Ia harus membayar uang sekolah dengan apa? Apalagi iuran SMA Galaksi tidak berjumlah sedikit.
Padahal Haris juga selalu mengirim uang bulanan untuk Arka. Hanya saja Arka yang enggan memakainya. Dipakai sih, itupun kalau Arka benar benar dalam keadaan terdesak.
Lebih baik ia menggunakan uang hasil kerja dan balapannya daripada merepotkan orang lain, begitu katanya.
"Daddy, hari ini Arka juga ada ulangan, Arka boleh sekolah kan? "
"makanlah sarapanmu sebelum dingin boy. Atau ingin Daddy suapi? "
Arka menggeleng. Sudahlah, sekeras apapun ia meminta kalau Daddy nya tidak mengijinkan ya percuma.
Arka segera menghabiskan sarapannya. Jika tidak boleh sekolah, setidaknya ia ingin pulang.
"Arka selesai. Dad, Mom, Arka mau pamit pul-"
"setelah ini ikut Daddy ke kantor"
Arka mengerucutkan bibirnya. Daddynya ini dari dulu suka memaksa.
"enggak deh Dad, Arka di rumah aja sama Mommy"
"Mommy ada urusan ke toko sayang, kamu sama Daddy dulu ya? "
Cup
Riani mencium kening putranya dan melambaikan tangan.
"Mommy berangkat dulu"
●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●
"cari informasi anak itu. SEKARANG! "
Di ruang kantornya Benedict dibuat geram lantaran ia mendapat laporan bahwa bocah yang kemarin sempat ia buat traumanya kambuh sedang tidak masuk.
Benedict memijit pelipisnya, bertahun tahun ia berusaha mencari mereka, namun tiada satupun hasil yang memuaskan.
Dan Benedict takkan berhenti sampai ia menemukan mereka.
"bang? "
Kepala Brama muncul dari balik pintu. Dilihatnya Benedict sedang duduk di kursi kebanggaannya dengan wajah sedikit... Merah padam?
"kenapa? " tanyanya kepada Benedict.
"anak itu, dia tak sekolah. "
Brama menghela nafas, apakah abangnya lupa bahwa adik tertampannya ini adalah seorang hacker?
Brama mengambil laptop yang ada didepan Benedict. Dengan cekatan ia mengutak atik laptop itu, sesekali terlihat kening Brama yang berkerut.
Benedict pasrah saja. Ia tau Brama sedang mencari anak itu. Hingga 30 menit berlalu, wajah yang tadinya fokus kini berubah menjadi penuh kegirangan.
"ketemu! "
Benedict mendekat ke arah adiknya dan di laptopnya sedang menampilkan 'loading', lalu muncullah sebuah data.
"eh? Cuma ini? "
Brama mencoba mengutak atik lagi, tapi hasilnya tetap sama.
Nama : Arka Putra.
Orang tua : -
Tinggal bersama : sendiri.
Wali : Harris Eldrick Andreson
Riwayat sekolah :
TK : -
SD : SD Gemilang
SMP : SMP Garuda
SMA : SMA GalaksiApa apaan ini? Seakan identitasnya disembunyikan. Apa yang sebenarnya terjadi? Hal ini semakin membuat Brama curiga, memangnya apa yang disembunyikan?
"apa yang terjadi? " Benedict angkat suara setelah melihat wajah kebingungan sang adik.
"gak tau bang, tapi cuma itu yang bisa didapat" Brama menggaruk tengkuknya. Ia jadi sungkan, padahal Brama sudah optimis akan mendapatkan semua datanya.
"tak apa, anak buah abang juga sedang mencarinya"
๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏
TBC
Selamat malam Epribadih.
Buat yang muslim (kecuali yang berhalangan) :
"Tarawih woy, Tarawih. Maen hp muluk lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka Putra
RandomNO BXB! JUST BROTHERSHIP!!! Luka, penolakan, Kehidupan Arka kecil memprihatinkan, dimana ia tak diterima oleh sang ayah, dan dibenci oleh saudaranya. Berharap disayang tentu, namun apa daya, bagi mereka, Arka hanyalah benalu yang tak seharusnya ada...