Selamat membaca!
____________________________________
Eungh
Arka mengerjapkan matanya, tangannya bergerak untuk menucek kedua matanya yang terasa gatal, namun seseorang langsung mencekalnya.
"jangan, nanti merah"
Arka kembali meringkuk di kasur itu, matanya terasa berat, ditambah usapan Benedict di kepalanya membuat Arka semakin berhasrat melanjutkan tidurnya.
"bangun, sarapan dulu Arka. " nada dingin nan lembut itu menyapa telinga Arka. Namun sang empu masih bergeming. Tubuhnya terlalu lemas untuk diajak bangun, Arka ingin tidur...
Sreet
Benedict mendudukkan Arka pelan, tangannya menjadi penyangga tubuh dan Kepala Arka, adiknya itu sungguh kebo sekali.
Arka ingin menjatuhkan tubuhnya ke arah samping untuk melanjutkan tidur, tapi Benedict langsung menariknya, membuat Arka bersandar penuh di dada bidang Benedict.
"ngatuk banget? "
Arka mengangguk. Ia masih sangat mengantuk. Tadi malam ia tak bisa tidur dari pukul 2.30 hingga subuh dan bisa tidur kembali setelah usai melaksanakan sholat subuh.
Jika ditanya kenapa, Arka juga tidak tau. Kadang memang begitu, ia terbangun tengah malam dan tidak bisa tidur hingga subuh, bisa tidur kembali setelah ia melaksanakan sholat subuh.
Itu sih elu disuruh solat tahajud Ka - author
Benedict mengangkat tubuh Arka dan menggendongnya. Sontak Arka terkejut, kadua matanya langsung terbuka lebar, kantuk itu seolah hilang tanpa jejak.
"abang"
Arka berusaha turun, namun tentu saja tidak bisa, tenaga Benedict tidak main-main.
"diam."
Arka langsung diam mendengar nada dingin itu. Kedua tangannya mengalung leher Benedict, dan ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher abangnya tersebut.
Benedict membawa adik kecilnya itu ke kemar mandi, menemani Arka yang sedang mencuci muka dan menggksok gigi. Setelah selesai, ia kembali menggendong Arka dan membawanya turun.
Di bawah sudah ada Karan, Haris, Brama, Bara, Gevan, Riani, dan Abhi. Memang Gevan, Abhi, Riani, dan Haris semalam menginap di manison Karan. Berbekal alasan sudah terlalu malam, jadi dengan terpaksa Karan memperbolehkan rakyat jelata itu menginap.
Melihat pemandangan Arka dalam gendongan Benedict membuat ketiga remaja SMA itu panas. Ditambah setelah Benedict duduk di kursinya, ia memangku Arka, tanpa mengizinkan adiknya turun. Mereka benar-benar mendidih. Tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Arka kembali memberontak, ia ingin duduk sendiri, malu tau. Apalagi di depan Gevan, Abhi, juga Mommy dan Daddy-nya. Tapi apa daya, wajah datar Benedict membuat Arka berpikir 2 kali untuk memberontak. Maka, kali ini ia menurut.
Sarapan berlangsung dengan begitu khidmat, meski ada beberapa pihak yang mendidih di meja makan itu.
"adek, habis ini berangkat sekolah bareng abang yuk" ajak Bara, mencoba merayu Arka agar lepas dari cengkraman kakak sulungnya itu.
Arka yang hampir menyelesaikan sarapannya itu terhenti sejenak. Benar juga, hari ini sekolah, bagaimana Arka bisa lupa? Arka langsung buru-buru menghabiskan sisa sarapannya.
"jangan terburu-buru. " Benedict bersuara setelah menyudahi sarapannya. Ia menatap Arka yang sedang mengunyah makanan terakhirnya.
"hari ini Arka ijin. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka Putra
RandomNO BXB! JUST BROTHERSHIP!!! Luka, penolakan, Kehidupan Arka kecil memprihatinkan, dimana ia tak diterima oleh sang ayah, dan dibenci oleh saudaranya. Berharap disayang tentu, namun apa daya, bagi mereka, Arka hanyalah benalu yang tak seharusnya ada...