7

3.4K 284 9
                                    

"SELAMAT PAGI TANTE CANTIK"

Riani tersenyum, ia melanjutkan aktivitasnya untuk memasak. Meski masih terlalu pagi, tapi tak apa. Setidaknya Riani bisa nyicil agar nanti bisa selesai cepat.

Oh iya, Pagi ini mansion Haris dibuat heboh dengan kedatangan sahabat kedua putranya, Abhi. Tak tanggung-tanggung, Abhi datang ke mansion pukul 04.30, katanya sekalian biar bisa sholat subuh berjamaah.

"SELAMAT PA~gi om galak hehe" Abhi hanya bisa nyengir saat Haris menatapnya tajam. Walau salah dirinya juga sih, sudah membuat keributan di rumah orang.

Haris dibuat geleng geleng dengan kelakuan Abhi. Padahal sifat Gevan dan Arka sangat bertolak belakang dengan Abhi. Entah darimana mereka nemu teman se-bobrok ini.

"masuklah, Gevan dan Arka masih di kamarnya"

"siap om"

Abhi menaiki tangga mansion indah itu satu-persatu hingga ia sampai di lantai 2, tempat Gevan dan Arka bersemayam. Tangannya terulur membuka pintu bertuliskan Arka dan mendekati sang pemilik yang pulas dalam nyenyaknya.

Ingatannya terlempar pada masa lampau dimana awal pertemuan mereka ditemani dengan perdebatan dirinya dan Gevan, namun Arka mengakhiri dengan begitu mudahnya.

Saat itu Abhi hendak menuju rumah Gevan, orang tuanya ingin menitipkannya pada keluarga Gevan lantaran mereka akan melaksanakan bisnis diluar negri selama seminggu.

"dah mami, dah papi" Abhi melambaikan tangannya. Orang tuanya hanya mengantar sampai gerbang saja. Selebihnya, mereka sudah menelepon Haris.

Saat berjalan melewati taman depan, tak sengaja ia mendapati sosok anak kecil imut yang sedang bermain sendirian. Abhi mendekatinya dan menepuk pundak anak itu.

"eh, kakak siapa? "

"dia temen abang, namanya Abhi" sosok Gevan tiba tiba muncul dari arah samping mereka.

"uwahh, jadi dia adek yang kamu ceritain?" tanyanya antusias. Gevan mengangguk singkat.

"kalo gitu Abhi mau dong jadi abang juga" lanjutnya, lantas abhi menyejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu.

"dedek namanya siapa? "

"n-nama adek, Arka" jawab anak itu malu-malu.

"adek Arka mau kan jadi adeknya abang? Oh iya, panggil aja abang Abhi" tangannya terulur untuk bersalaman, tapi sebelum Arka membalas tangannya sudah ditepis oleh Gevan.

"kalo mau adek cari aja sendiri, Arka cuma adeknya Gevan!" ucap Gevan bersungut-sungut. mendengar itu Abhi merubah wajahnya menjadi sebal.

"ih, tapi kan Abhi juga mau jadi abangnya Arkaa"

"gabolehh! "

"Gevan peliiit"

"biarin!"

"nanti kuburan kamu sempiiitt, cuman muat sebiji biting!"

"abang abang" tangan mungil itu menarik ujung baju Gevan dan Abhi bersamaan.

"kalo gitu Arka jadi adeknya bang Gevan sama bang Abhi aja"

"adek kok gitu sih" Protes Gevan tak terima.

"soalnya biar bang Gevan sama bang Abhi ga tengkar. Kata bunda tengkar itu dosa"

Ucap Arka dengan polos diiringi tawa indahnya yang mampu mengundang bahagia bagi Gevan maupun Abhi. Dan semenjak saat itu, keduanya berjanji akan selalu menjaga adik mereka, Arka Putra.

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

Sekarang Haris, Riani, Gevan, Abhi, dan Arka sedang sarapan bersama. Sarapan hari ini cukup pagi, yakni pukul 05.30. Hendak menolak, tapi ya bagaimana, sudah titah dari baginda Haris. Semua makan dengan tenang, hingga Arka teringat sesuatu dan menghentikan acara makannya.

"Daddy, kunci motor Arka mana? "

"motor kamu Daddy sita selama seminggu full"

"loh kok--"

"kalian kira Daddy tidak tau kelakuan kalian selama daddy tidak di rumah? "

Haris menatap ketiga pemuda dihadapannya. Senyum sinisnya terbit, memangnya ia sebodoh apa sampai meninggalkan mereka tanpa pengawasan.

"lompat pagar sekolah, balapan tengah malam, ada lagi?"

Suasana tiba-tiba saja menjadi dingin mencekam. Aura Haris tak main-main, ketiganya seakan kelu untuk sekedar mengelak.

Sebenarnya Haris tak mempermasalahkan bolosnya mereka bertiga. Toh mereka memang sudah berprestasi dari awal. Namun Haris selalu khawatir ketika mereka melompati pagar, itu terlalu berbahaya. Mereka bertiga bilang agar murid lain tidak merasa iri.

"Gevan juga. Motor kamu Daddy sita 1 minggu"

"Dad-" Gevan hendak protes, tapi tatapan elang dari Daddynya mampu membuatnya bungkam. Ia memalingkan mukanya kesal.

"ck, iya"

Abhi meneguk ludahnya. Jika Gevan saja dibuat tunduk dengan begitu mudahnya, apa kabar dengan nasib diri sendiri? Alamak, alamat kena juga nih. Mending kabur dulu daripada kena semprot juga.

"o-oh iya om, A-Abhi ada piket hari ini, sa-saya pam-"

"kamu juga Abhi. " potong Haris dengan suara berat plus dinginnya.

Nah kan. Saat namanya disebut, tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak. 'kok gue jadi kebelet anjeng! ' teriak batin Abhi penuh ronta.

"om masih ingat, kemarin lusa papi kamu telepon. Katanya mau nitip anak semata wayangnya ke om. Jadi... "

Abhi tahan nafas sendiri saat Haris menggantungkan kalimatnya. Kakinya bergerak gelisah, keringatnya sudah bercucuran. Memang dari luar tak terlihat, namun siapa sangka di dalam kemeja sekolahnya seolah sudah menjadi sumber air yang mengalir tanpa henti.

"..motor kamu juga om sita. "

Mommy? Cekikikan dong, xixixixixi

๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏

Next?


Please sorry born bathin 🙏🙏🙏

Arka PutraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang