#6

749 111 6
                                        

Teka-Teki
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<

"Kemana kita akan pergi, Profesor?" Talisa angkat bicara. Mereka telah mencapai jarak yang jauh. Jika tujuan utamanya hanya untuk mencari tempat yang sepi untuk berbicara, Talisa merasa mereka telah melalui banyak tempat seperti itu. Karena hal inilah Talisa bertanya.

Profesor Snape tidak memberi respon berarti. Hanya terus berjalan dan membiarkan anak perempuan dibelakangnya menerka-nerka tujuannya.

"Ruang kepala sekolah?" Talisa mulai menyadari ujung perjalanan ini.

Mereka berdua memasuki ruangan itu. Ruangan sangat luas untuk ukuran kantor, tapi yah memang ini kantor untuk penyihir terbaik di Hogwarts. Memang harusnya sebagus ini, bahkan lebih.

"Ah, Snape, Ms.Clarke. Aku telah menunggu kalian." Ucap Profesor Dumbledore bangkit dari kursi kerjanya.

Ini pertama kalinya Talisa melihat Profesor Dumbledore secara dekat. Ia terlihat lebih tua dari yang ia pikirkan.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Profesor Dumbledore kepada Profesor Snape.

"Anak ini perlu dibatasi."

"Apa ia terlalu mendekati Harry?" Talisa mengernyit mendengar nama Harry disebutkan. Dan kenapa ia harus dibatasi dalam hal sosial? Tak ada alasan yang terpikirkan olehnya.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Talisa mengambil perhatian kedua orang di hadapannya.

"Sebenarnya ada beberapa hal yang harus aku sampaikan padamu, Ms. Clarke. Dengarkan terlebih dahulu. Ini untuk kebaikanmu juga." Kata Profesor Dumbledore.

"Kau tak bisa mendekat dengan Harry untuk beberapa waktu." Lanjutnya.

Talisa memperdalam kerutan di dahinya. "Mengapa?"

"Untuk saat ini aku hanya bisa bilang bahwa itu akan mempersulit misi mu."

"Anda bahkan tahu misi saya, Profesor Dumbledore. Kenapa anda tetap membiarkan saya berkeliaran di sekolah ini?" Talisa tersenyum sinis.

"Ah, aku mohon jangan salah paham. Kau perlu tahu aku kita berada di pihak yang sama. Aku berusaha melindungimu dari hal yang belum kau tau." Lanjut Profesor Dumbledore.

"Anda hanya perlu memberitahu saya, dan saya akan bisa melindungi diri saya sendiri." Balas Talisa, ia tak bisa secara mentah-mentah perkataan orang lain. Itu karena ia belun percaya pada Profesor Dumbledore.

"Belum waktunya. Dengan kepandaianmu, aku yakin kau akan mengerti." Profesor Dumbledore berbalik membelakangi Talisa. "Untuk itu, jadi ku harap kau lebih berhati-hati dalam bersikap dan tentunya terhadap Harry, hanya untuk sementara waktu." Lanjutnya.

"Maaf, Profesor. Tetapi itu adalah hak sanya untuk menerima saran anda atau tidak. Jadi saya tak bisa berjanji. Dan saya juga tak akan menyesal dengan apa yang saya lakukan." Bela Talisa.

"Tentu saja, Ms. Clarke. Aku yakin kau pasti memilih yang terbaik untukmu. Kau sangat pintar."

Percakapan itu berakhir begitu saja. Profesor Snape membawa Talisa keluar hingga depan asrama Slytherin.

>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<

Memasuki bulan november, ini waktunya untuk  pertandingan quidditch. Gunung gunung di sekitar Hogwarts memutih tertutup salju. Bahkan setiap pagi, tak ada tanah yang tak beselimut salju.

"Talisa, kau tau, Harry Potter akan bermain sebagai seeker termuda yang pernah ada." Daphne berceloteh sesaat setelah ia sampai ke perpustakaan. Daphne mengabarkan hal ini kepada Talisa karena akhir-akhir ini ia selalu menemukan temannya ini dengan buku bacaan bertema Potter. Walau dari awal memang Talisa sering membaca buku seperti itu, tetapi sekarang lebih parah.

Fatum - Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang