#21

448 75 5
                                    

Pixie
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<


Seperti yang diduga, hanya satu orang yang berhasil menjawab semua 54 pertanyaan itu dengan tepat. Dan tentu saja itu Hermione. Talisa sangat yakin bahwa itu bukan hanya sekedar ia telah membaca semua buku Lockhart, tetapi anak itu telah menjadi penggemar berat Lockhart.

"Nah sekarang kembali ke pelajaran... " Lockhart menunduk ke belakang meja dan menaikkan sangkar burung yang besar dan tertutup kain.

"Sekarang, kalian perlu berhati hati. Tugas ku lah mempersenjatai kalian untuk menghadapi makhluk paling mengerikan yang dikenal di dunia sihir! Kalian mungkin akan menghadapi ketakutan terbesar kalian disini. Tetapi jangan khawatir, selama aku disini, malapetaka tak akan menimpa kalian. Yang ku minta hanyalah kalian tetap tenang." Ucap Lockhart dengan sangat membanggakan diri sendiri.

Menurut Talisa pribadi, Lockhart adalah orang yang sangat narsis. Apa yang ia tuliskan dalam bukunya memang sangat mengagumkan. Tetapi entah kenapa, semua kekaguman Talisa yang sempat muncul langsung hilang melihat sifat narsisnya. Seperti pria di depan kelas saat ini bukan Lockhart yang ia baca.

"Ku minta kalian jangan menjerit, jeritan dapat memprovokasi mereka." Keadaan kelas mendadak diam. Beberapa tak bisa menyembunyikan ketakutannya.

Lockhart menarik kain yang menutupi sangkar itu, dan menunjukkan puluhan Pixie Cornwall yang sedang histeris ingin keluar dari sangkar.

Dengusan tawa muncul dari salah satu sisi kelas.  Sudah jelas apa yang dipikirkan oleh Seamus saat mengeluarkan tawa itu. Bahwa makhluk kecil itu hanya terlihat seperti lelucon. Sebenarnya itu memang cukup lucu, jika mereka tak liar.

"Baiklah, kita lihat bisa apa kalian menghadapi mereka." Dan dibukanya sangkar itu.

Begitu sangkar dibuka, pixie-pixie berwarna biru itu berhamburan ke segala arah. Kacau balau bisa dilihat di seluruh bagian. Talisa segara melafalkan mantra perlindungan yang Profesor Snape ajarkan. Menciptakan dinding tipis yang cukup untuk menghalang serangan kecil seperti pecahan kaca, tabrakan pixie, botol tinta, serta buku yang berterbangan dalam keadaan tak utuh lagi. Talisa hanya perlu duduk diam bersantai dan menjaga fokus untuk mempertahankan sihirnya.

"Ayo tangkap mereka, kumpulkan, kumpulkan, mereka cuma pixie..." Lockhart berteriak. Dia menggulung lengan jubahnya, melambaikan tongkat dan berseru, "Peskipsi Pesternomi!"

Tak ada yang terjadi. Bahkan salah satu peri berhasil merebut tongkat dan melemparnya keluar jendela. Kekacauan semakin menjadi, bahkan Lockhart hanya bisa bersembunyi di bawah mejanya saat ini.

Bel berbunyi dan semua siswa berebut lari ke pintu. Talisa hanya menyaksikan mereka keluar. Dalam ketenangan yang menyusul, Lockhart berdiri. Ia melihat Talisa yang masih terduduk santai di bangku.

"Nah, kuminta kau yang duduk disana menangkap sisanya dan memasukkannya kembali ke sangkar." Dia melewati Talisa berjalan menuju pintu dan cepat-cepat menutup pintu di belakang.

"Hah, apa-apaan?" Talisa mendengus kesal. Untung saja saat ini ia sedang bahagia karena berhasil melafalkan mantra perlindung dan mempertahankannya beberapa saat lebih lama. Jadi ia tak terlalu kesal.

"Senang sekali bisa menggunakan mantra Imperius untuk membuat mereka berbaris ke sangkar." Talisa menggumam. Tetapi tentu saja ia tak melakukannya, karena tak mau tertangkap basah melakukan sihir terlarang yang di sekolah.

"Petrificus Totalus." Talisa menghentakkan tongkatnya dan seketika semua pixie itu diam membeku.

"Carpe Retractum." Semua peri itu satu persatu bergerak ke arah Talisa yang telah berdiri di dekat sangkar. Talisa meraih pixie yang mendekat dan memasukkannya ke dalam sangkar.

Fatum - Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang