Parselmouth
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Talisa berdiri di kerumunan papan pengumuman. Memandang secarik perkamen yang baru saja di pasang, dengan judul Klub duel.
“Bukankan ini tampak berguna?” Daphne berbisik pada Talisa.
“Ya, bisa berguna. Apa kau mau ikut?” tanya Talisa.
“Aku ikut jika aku ikut.” Ucap Daphne yakin dengan masih antusias membaca detail pengumuman.
Kedua perempuan itu setuju untuk mendaftar, jam delapan merea bergegas menuju aula besar. Deretan meja makan telah lenyap. Digantikan dengan panggung keemas an yang muncul di salah satu dinding. Seribu lilin meyang di atas langit menerangi ruangan. Para siswa yang tampak antusias bergerombol disana dengan membawa tongkat mereka.
Dari arah pintu, Gilderoy Lockhart berjalan dengan jubah gemilangnya berwarna merah tua keunguan kea rah panggung. Diikuti dengan pria yang selalu berpakaian serba hitam, yang ta lain adalah Profesor Snape.
Profesor Lockhart melambaikan tangannya, menyuruh anak ana diam dan mulai berbicara. “Mendekat, mendekat! Apa semua bisa melihat ku? Semua bisa mendengar ku? Bagus sekali!”
“Nah, Aku telah mendapatkan izin dari Profesor Dumbledore utnuk membentuk klub duel kecil ini. Untuk melatih kalian, siapa tau kalian perlu mempertahankan diri seperti yang kualami dalam banyak kesempatan. Untuk detailnya bisa baca buku buku ku.”
Profesor Lockhart mengenalan Profesor Snape sebagai asistennya dalam memeberian peragaan duel. Tentu saja hanya cibiran yang mucul dari wajah Profesor Snape.
Kedua professor itu berbalik untu saling berhadapan dan membungkuk. Dimana professor Lockhart dengan gayanya membungkuk bak pangeran, sedangkan Profesor Snapen hanya mengangguk seadanya. Kemudian mereka mengangkat tongkat seperti pedang.
“Seperti yang kalian lihat, kami memegang tongkat dalam posisi tempur.” Jelas Profesor Lockhart. “Pada hitungan ketiga, kami akan melontarkan mantra pertama kami. Tentu saja tanpa niat membunuh.” Lanjutnya.
Talisa tak yakin dengan kalimat terakhir itu, melihat professor Snape yang menyeringai memamerakn giginya.
“Satu… dua… tiga”
Keduanya mengayunkan tongkat dengan tinggi. “Exprlliarmus!” Cahaya muncul dari tongkat professor Snape dan menyambar ke arah lawannya hingga professor Lockhart terangkat, menabra dinding di belakangnya dan jatuh terlentang. Beberapa anak Slytherin bersorak kegirangan.
“Wah Anda berhasil.” Katanya sambil tertaih Kembali ke panggung. “Itu tadi adalah mantra pelepas senjata, seperti yang kalian lihat tongkatku hilang.”
Lavender Brown seketika muncul membawa tongkat dan menyerahkannya kepada Profesor Lockhart. “Ah, terimakasih Ms Brown. Ya, ide yang bagus untuk menunjukkan mantra itu pada anak anak, Profesor Snape. Kalau boleh bilang, tadi Gerakan anda cuup mudah dilihat, dan saba bida dengan mudah menghentikannya. Tapi aku merasa ada baiknya membiarkan merea melihatnya…” oceh professor Lockhart.
Disisi lain, tatapan membunuh muncul dari professor Snape, yang membuat professor Lockhart beralih ektopik lain, yaitu memasangkan para siswa untuk berlatih duel.
Mereka bergera diantara para siswa dan mulai memasangkan partner. Dan professor Lockhart memasangkan Talisa dengan Hannah Abbott, sedangkan Daphne dengan Terry Boot.
Sedangkan professor Snape sibuk memasangkan Ron dengan Seamus Finnigan, Harry dengan Draco, dan Hermione dengan Millicent Bulstrode, seorang anak Slytherin dengan tubuh yang besar dan tatapan menantang yang tak ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...