Desisan
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<“Talisa, apa yang akan kau lakukan malam ini?” Dhapne berkata dari kursi seberang Talisa.
“Entahlah, apa kau punya ide?” tanya Talisa.
“Bukankah kau biasanya bermesraan dengan para buku mu itu?” Blaise datang dari arah kamar laki laki dan bergabung dengan kedua wanita itu.
“Aku tak sekutu buku itu. Bukannya aku suka buku, tapi itu sudah kebiasaan ku untuk membaca.” Talisa menggerutu agak pelan. “Kebiasaan yang sudah kulakukan dari aku membuka mata, bagaimana aku bisa meninggalkannya.”
Blaise terkekeh mendengarnya, sedangkan Dhapne menerawang ke langit langit dan bergumam. “Andai saja dulu aku percaya dan mengikuti perintah ibuku untuk rajin membaca, pasti aku lebih pandai dari mu.”“Percayalah padaku, itu membosankan.” Tentang Talisa.
Mereka berbincang dengan bahasan bahasan kecil dan terkadang tertawa. Ini adalah suasana yang sangat mewah bagi Talisa. Untuk sejenak, ia ingin menikmati ini semua sebisa dan sebanyak mungkin.
“Dia terlihat sangat menjijikkan.” Riuh tawa muncul dari arah pintu masuk asrama. Segerombol anak laki laki dengan mengenakan baju Quidditch Slytherin dan sapu yang tampak baru dan sama. Sontak pandangan mereka bertiga beralih ke arah gerombolan yang baru saja masuk itu.
“Weasley memang selalu tampak bodoh dan tak berguna.” Ucap salah satu siswa yang dikenal Talisa sebagai Marcus Flint, kapten quidditch asramanya.
Talisa mengernyit mendengar nama Weasley muncul. Pasti ini ada hubungannya kenapa tadi Weasley memberikan tatapan yang lebih menakutkan dari biasanya.
Di antara gerombolan itu, terlihat Draco yang tertawa dengan lebarnya, menikmati percakapan yang penuh hinaan itu.
“Oke, sekarang kalian pergilah. Akan ku kabari lagi untuk latihan selanjutnya.” Ucap Flint. Dan mereka semua berpencar ke berbagai arah. Draco yang entah dari kapan diikuti Pansy di belakangnya.
“Kalian akan menyesal tak melihat apa yang ku lihat tadi.” Ucap Draco bangga.
“Memang kenapa?” Dhapne bertanya ingin tahu.
“Weasley dengan bodohnya memantrai dirinya sendiri hingga muntah ratusan siput berlendir.”
“Bagaimana bisa?” Dhapne dan Blaise tak bisa menahan tawanya. Bayangan dari kejadian itu berputar di kepala mereka.
“Tongkatnya sangat murahan, jadi tak berfungsi. Ditambah lagi dengan kebodohannya. Bukankah itu kombo yang sangat cocok untuk nya?” Pansy menjelaskan.
“Orang tuanya kekurangan uang untuk membesarkan anak sebanyak itu.” Balas Draco.
Talisa mengangguk angguk dan tak memberi respon lain.
Perbincangan masih berlanjut, dan berkembang ke berbagai topik. Entah sejak kapan, mereka sudah menjadi sedekat itu. Waktu terus berjalan.
Ditengah percakapan dan waktu yang semakin malam, tiba tiba Talisa mendengar sesuatu.Terdengar suara desisan ular yang cukup lirih tapi jelas di telinganya.
“Apa kalian mendengar sesuatu?” Ucap Talisa memotong pembicaraan Pansy.
“Apa?, aku tak mendengar suara apapun.” Balas Dhapne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...