Hukuman
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Karena kejadian yang besar telah Talisa lewati, ia hampir lupa tentang pengumuman hasil ujian. Talisa yakin akan kemampuannya. Ia bahkan telah berlatih giat untuk kelas mantra sihir. Jadi tak perlu terlalu menghawatirkan hasilnya.Nilai ujian akhir telah diumumkan. Tentu saja Talisa mendapatkan nilai terbaik. Disusul dengan Hermione selanjutnya. Hermione akan selalu berbicara tentang kekesalannya jika bertemu dengan Talisa karenanya, bukan memilih membencinya, Talisa bersyukur akan itu.
"Berjanjilah kau akan mengirim surat padaku."
"Kau sudah mengatakan hal itu puluhan kali, Dhapne." Ucap Talisa sambil memasukkan barang barangnya yang tak banyak ke dalam koper. Inilah saatnya ia kembali ke kenyataan, ke manor Megan yang penuh kenangan buruk. Entah apa yang akan Megan lakukan padanya karena misi gagal. Tetapi Talisa tak punya tempat kembali yang lain, tidak untuk saat ini.
"Kau hanya menanggapinya dengan seperti itu, itulah kenapa aku akan mengulangnya sebanyak mungkin." Dhapne tak mau kalah debat untuk kali ini.
"Akan aku usahakan. Tenanglah. Jika aku tak mengirim berarti aku memang tak bisa."
"Itulah kenapa kau harus berjanji untuk setidaknya mencoba."
"Ya, ya.. aku pasti akan mencobanya." Talisa menghembuskan nafasnya.
"Sebenarnya aku tak terlalu puas dengan jawaban mu, apa boleh buat." Dhapne menunjukkan wajah menyerahnya. Dan melanjutkan menata barang miliknya.
Saat mengeluarkan barang lain dari laci, Talisa melihat kotak kecil merah. Sebuah hadiah dari Harry saat malam natal, ia bahkan belum membukanya. Talisa membuka kotak itu secara perlahan. Menemukan sebuah penanda buku cantik dengan logo Gryffindor kecil di salah satu pojoknya. Terdapat motif bunga lili yang menyala perak di tengahnya. Ini indah.
Talisa mengambil salah satu buku tentang muggle yang ia pinjam dari Hermione dan menyisipkan pembatas buku itu di sana. Itu sangat nyaman digunakan. Talisa memandanginya dengan tersenyum.
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Semua siswa berkumpul di halaman sekolah. Mereka saling mengucapkan salam, sebelum mereka pulang. Beberapa dari mereka dijemput orang tuanya, pulang dengan sapu, portkey, ataupun menunggu jadwal kereta.
"Talisa!" Hermione datang menghampirinya. "Kirimkan surat untukku dan laporkan buku apa saja yang kau baca, aku tak akan kalah untuk kedua kalinya."
"Akan aku usahakan." Talisa tersenyum tenang, seperti dirinya yang biasa.
"Hai, Talisa." Sapa Harry dengan agak canggung. Tapi Ron lah yang menunjukkan ekspresi yang paking canggung saat ini. "Aku dengar dari Hermione kau membantuku. Terimakasih banyak. Dan maaf aku pernah berprasangka buruk padamu." Ucap Harry sambil menggaruk tengkuknya.
"Aku mengerti, jangan khawatir."
"Jadi, kirimkan surat kepadaku juga. Akan aku tunggu." Raut wajah Harry berubah sangat ceria.
"Aku tak janji, tapi akan aku usahakan." Untuk sekian kalinya Talisa mengucapkan kalimat ini. Semua tergantung apa keputusan Megan. Jadi ia bahkan tak Berani menjawab 'ya'.
"Aku juga berterimakasih karena kau telah merawat lukaku. Jadi itu bisa pulih dengan cepat." Kali ini giliran Ron. Ia bahkan sedikit menundukkan kepalanya saat berkata seperti itu.
"Ya, bukan masalah." Balas Talisa singkat. Tiba tiba sebuah tangan merangkul leher Talisa dari belakang, membuatnya sedikit terdorong maju.
"Talisa, kau tahu kami telah berhasil membuat kue jerawat seperti yang kau sarankan. Itu ide brilian." Celetuk George tepat setelah ia datang bergabung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...