Tahun Kedua
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<Talisa menerawang keluar jendela, melihat bangunan yang nampak tua di depannya. Menantikan nanti malam, saat dimana profesor Snape akan memberitahu tentang sosok ibunya. Tentang suatu yang sangat ingin ia ketahui.
Senandung riang keluar dari mulut mungil wanita itu. Ia tak pernah sebahagia ini. Ia tak pernah sebebas ini. Siapa sangka profesor yang terkenal dingin dan tak peduli pada siapapun akan menjadi sosok yang hangat untuknya. Talisa berharap ayahnya akan sehebat profesor Snape
Fokus Talisa kembali ke buku di tangannya. Buku tentang tak tik catur. Setelah kejadian malam itu, ia merasa yang ia ketahui belum seberapa.
Kegiatan yang sebenarnya akan Talisa jalani besok pagi. Dimana ia akan berlatih sihir dibawah profesor Snape langsung. Meracik ramuan, ilmu pertahanan, kutukan, dan lain sebagainya. Kata profesor Snape, itu dasar yang harus di ketahui untuk menjadi pihak ganda. Mata mata bagi profesor Dumbledore dan Dark Lord. Itu adalah keahlian dasar untuk bertahan hidup dengan peran ini.
Tok.. tok.. tok..
Pintu kamarnya di ketuk. Talisa dengan cepat berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Selamat malam profesor." Sapa Talisa.
"Turunlah, aku membawa makanan." Profesor Snape meninggalkan Talisa dengan sikap dinginnya dan acuhnya. Bukankah lucu melihat perilaku yang bertentangan dengan niatnya itu. Talisa mengikuti laki laki itu hingga ke ruang bawah.
Meja kecil, pas untuk dua orang terletak diantara rak buku dan cahaya lampu remang remang. Terdapat roti dan ayam yang masih terbungkus kantong kertas di atasnya.
"Duduk dan makanlah." Talisa mengikuti perintah itu. Ia duduk dan membuka bungkusannya. Mengeluarkan bagiannya dan bagian profesor Snape dan meletakkan di mejanya. Makan malam yang sunyi.
"Anda akan menepati janji kan, profesor?" Talisa membuka pembicaraan. Dan keheningan berlanjut. "Mengenai cerita ibu saya." Lanjut Talisa masih berusaha.
"Ya." Balas profesor Snape singkat. Senyum Talisa merekah dengan indah di bibirnya.
"Jadi siapa namanya?" Tanya Talisa langsung.
"Lily. Ibumu bernama Lily." Balas profesor Snape dengan tatapan menunjukkan kesedihan. Walau ia masih berusaha seperti tak terjadi apapun.
"Itu nama yang indah. Aku yakin dia cantik."
"Ya, dia wanita yang cantik. Matanya sama dengan mu." Talisa memegang matanya perlahan.
"Benarkah?" Bayangan wanita yang cantik dengan mata biru yang indah ada di kepala Talisa. Hatinya merasa seperti kembali bertemu dengan orang yang melahirkannya itu.
Ada satu pertanyaan yang sangat ingin di ketahui. Tetapi ia takut akan jawaban yang akan ia terima. Talisa meyakinkan dirinya. Kalau bukan sekarang, lalu kapan?
"Profesor.." panggil Talisa dengan hati hati. "Apakah.. apakah orang tua saya membuang saya?" Akhirnya perkataan itu terucap.
Ada beberapa detik jeda jawaban untuk pertanyaannya. "Tidak. Ia menyayangimu. Dan aku jamin itu." Air mata Talisa jatuh, untunglah ia tak mendapat jawaban yang ia takutkan. Jawaban bahwa orang tuanya benar benar membuangnya.
"Syukurlah.. saya sangat senang saya disini untuk mengetahuinya. Terimakasih banyak." Air mata terus keluar. Ia benar benar bahagia. "Ah, maafkan saya. Terlalu emosional." Talisa berusaha membendung air matanya dengan mendongak ke atas.
"Ia pandai, baik hati. Kami bersahabat selama lima tahun." Jelas profesor Snape. "Hingga aku dengan bodohnya mengatainya darah kotor." Raut wajah profesor Snape berubah. Ia kecewa dan marah pada dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanficBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...