Serangan
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Siswa tahun kedua memiliki hal penting untuk dipikirkan selama liburan paskah, yaitu memilih mata pelajaran mereka untuk tahun ketiga.
“Orang bodoh mana yang mau memilih studi muggle.” Pansi tertawa, melihat daftar pilihan pelajaran yang bisa dipilih.
“Benar benar bodoh.” Draco tertawa setuju.
“Kau tak akan memilihnya kan, Talisa?” Daphne menatap Talisa dengan wajah sedikit cemas. “Kau membaca buku aneh tentang muggle beberapa waktu lalu.”
“Bukankah kalian terlalu berpikiran sempit?” Talisa mendongak ke arah teman-temannya.
“Apa maksudmu?” Draco tampak tak terlalu senang.
“Apapun pelajarannya, itu semua berguna tergantung bagaimana otakmu berpikir.” Jelas Talisa. “Bukan hal yang buruk untuk mengenal musuhmu untuk menjatuhkan mereka.” Lanjutnya.
“Maksudmu, untuk menghancurkan para muggle?” Daphne bertanya terkejut.
“Hanya contoh, aku tak bilang harus seperti itu.” Talisa mengangkat bahunya.
“Itu ide menarik, kadang kau cukup mengerikan. Untung kita di sisi yang sama.” Blaise tertawa kecil.
“Yah, suatu saat nanti penyihir akan menjadi penguasa tertinggi. Itu yang ayahku sering katakana.” Draco kembali melihat daftar kelas.
“Jadi apa yang akan kau pilih?” Daphne mendekat pada Talisa, melihat formulir pemilihan miliknya. “Ramalan dan Perawatan Makhluk Gaib?” Daphne membaca isi formulir Talisa.
“Lihat, kita memilih kelas yang sama!” Daphne teriak riang, dan Talisa hanya tertawa cekikikan mengetahui ketidaksengajaan itu.
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Kondisi perpustakaan sangat sepi. Dimana semua anak lebih memilih untuk menonton pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Hufflepuff, Talisa memilih duduk di salah satu kursi perpustakaan sendirian.
Sebenarnya ia melihat Hermione sedang serius membaca di pojok lain, tapi kasus penyamaran sebelumnya, Talisa memilih untuk membiarkan ketiga anak Griffindor itu. Walau terkadang ketiga anak itu menatapnya di berbagai kesempatan.
Talisa membaca buku mengenai sihir pikiran. Ada suatu topik yang ia anggap menarik pada buku ini, yaitu pertahanan akan sihir pikiran. Bukankah terlihat sebagai hal yang berguna untuk berbohong, hal yang ia perlukan untuk berhadapan dengan Megan.
Sayangnya buku itu tak menjelaskan dengan detail mengenai sihir itu, jadi Talisa berpikir untuk menanyakannya pada professor Snape setelah pertandingan quidditch.
Tiba-tiba, di tengah suasana hening, Talisa mendengar suara pergerakan hewan melata dan samar desisan ular. Seperti yang dulu secara samar juga ia dengar.
Talisa menoleh ke Hermione, yang sudah tak ada di tempat duduknya.
‘Bruk..!! bruuk !!’ suara dentuman barang jatuh terdengar, bukan hanya sekali tetapi dua kali.
Talisa yang penasaran menutup bukunya, dan beranjak ke luar perpustakaan. Ia bertemu dengan Madam Pince yang juga hendak mengecek sumber suara.
Alangkah terkejutnya, ia melihat dua orang siswa yang sudah terbaring kaku di koridor. Dan lebih mengejutkan lagi, salah satu dari mereka adalah Hermione, dengan memegang cermin bundar di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
Hayran KurguBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...