#10

600 85 4
                                    

Naga
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<

“Apa yang kau lakukan disini?” Pria bersurai putih berdiri tepat di depan Talisa, menghalangi jalannya.

“Apa urusanmu?” Talisa cuek.

“Tentu saja ini urusanku.” Malfoy tak mau kalah dengan Talisa.

Talisa mengerutkan dahinya. “Bagaimana bisa?”

“Asrama ini tak bisa kehilangan poin hanya karena kau keluar jam segini.” Malfoy menyilangkan tangannya.

Talisa menghela nafas, sepertinya dia harus mengurungkan niatnya untuk malam ini. Ia tak bisa mengikuti Harry dan yang lain ke rumah Hagrid. Ia sedang tak ingin berdebat.

Talisa memilih berbalik menuju kamarnya. Baru beberapa langkah, Malfoy memanggilnya.

“Tunggu!”

“Apa lagi?”

“Bagaimana dengan bantuanku. Aku masih belum mendapatkannya.”

Ah, Talisa lupa akan itu. Ia perlu menepati janjinya untuk mengajari Malfoy. “Bagaimana dengan besok.”

“Besok tak buruk juga. Baiklah.”

Talisa berbalik lagi dan hendak melanjutkan langkahnya.

“Satu lagi!” Malfoy berteriak lagi menghentikan langkah Talisa.

Talisa menoleh denga nagak gusar dan memberikan tatapan yang mengerikan.

“Jangan biarkan semua tahu bahwa kau membantuku.” Malfoy mengatakan itu denga nagak gugup.

“Ya.. ya..” Talisa berjalan lagi menuju kamarnya.

>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - <<


Talisa berjalan dengan Malfoy yang ada di depannya. Mereka sepakat mencari tempat tersembunyi  untuk belajar. Gengsi Malfoy adalah yang utama, itu masalahnya.

Talisa tak berkomentar untuk itu, mau dimanapun, tak masalah baginya.

“Sebenarnya kau ingin kita kemana? Kau sudah mengajakku berputar tanpa arah.” Talisa mengangkat suaranya karena sudah mulai merasakan sakit dikakinya.

“Kita harus memilih tempat yang paling tepat. Jadi diamlah dan ikuti saja.” Malfoy menjawab dengan nada yang sedikit gusar juga.

Talisa terkekeh. “Ternyata bukan hanya aku yang kesal.” Ia berucap lirih pada dirinya sendiri.

“Kau menertawakan ku?” Tiba tiba saja Malfoy menoleh ke belakang.

“Kapan aku melakukannya.”

“Barusan, aku mendengar kau tertawa.”

“Kau tak bisa menuduh tanpa bukti, Malfoy.”

“Kalau begitu diam dan ikuti aku.” Malfoy kembali menghadap ke arah ia melangkah sebelumnya. Sebelum langkahnya berlanjut, Talisa segera menarik tangannya.

“Kena…”

“Sssttt… diam lah sebentar.” Bisik Talisa dalam usahanya bersembunyi.

Malfoy menggrenyitkan dahinya. Melihat Talisa yang mengintip ke sisi lain, ia pun melakukan hal yang sama.

“Kenapa kita menghindari ketiga idiot itu?” Malfoy mulai menggerutu lirih. “Merekalah yang harusnya minder melihat kita.”

Dari arah yang mereka lihat, nampak Harry, Hermonie, dan Ron yang berjalan dengan sepucuk surat di tangan Harry.

Fatum - Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang