Tatapan
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Talisa berjalan mengikuti Profesor Snape didepannya. Langkah pria itu entah kenapa sesuai dengan kaki kecil Talisa sehingga masih bisa menjaga jarak antara mereka berdua.Pepohonan yang lebat dan tampak sama antara satu dengan yang lain membuat Talisa sedikit kebingungan. Untung saja ia tak jadi untuk masuk hutan ini sendirian. Pasti ia akan tersesat jika melakukannya. Entah dari mana keberaniaannya tadi untuk memutuskan masuk sendirian.
Setelah beberapa saat berjalan, ia berhenti saat Profesor Snape berhenti. Talisa menemukan Profesor Quirrell yang ternyata telah sampai terlebih dahulu disana.“ A-aku ti-tidak tahu kenapa kau m-m-mau b-bertemu di sini, Severus…”
“Oh, ku piker kita harus merahasiakan ini.” Profesor Snape membalas dengan suara yang dingin. “Murid-murid kan tak boleh tahu mengenai Batu Bertuah.” Lanjutnya.
“K-kau be-benar.”
“Lalu kenapa kau mengajak anak ini kemari. Apa kau ingin mengumumkan kepada semua orang tentang ini.” Snape berbicara dengan lebih sinis dibandingkan biasanya.
“Bukan, a-aku ada u-urusan dengannya.” Profesor Quirrell berusaha berdalih.
“Lalu apa kau berfikir apa yang akan terjadi jika bukan aku yang menemukannya?” Profesor Quirrell tak bisa menyanggah lagi. Karena itu memang akan menjadi hal yang sangat buruk untuknya.
“Baiklah, kita langsung ke inti. Apa kau sudah menemukan cara bagaimana bisa melewati binatang peliharaan Hagrid itu?”
“T-t-tapi Severus, aku …”
“Kau tak ingin aku menjadi musuhmu kan, Quirrell?” Ucap Profesor Snape sembari melangkah satu langkah mendekat ke lawan bicaranya itu.
“A-aku t-tak tahu apa…”
“Kau tahu persis apa maksudku.”
Talisa diam dan memperhatikan perdebatan kedua Profesornya itu. Ia tak paham mengenai siapa yang akan menjadi musuh siapa. Apakah disini terdapat dua kubu? Lalu siapa dengan siapa? Di sisi mana ia sekarang? Pertanyaan baru memenuhi pikirannya.Tiba-tiba terdengar suara burung hantu yang keras mengagetkan mereka. Seperti memberi pertanda bahwa pertemuan ini harus diakhiri.
“Kita akan mengoblor lagi lain waktu, kalua kau sudah memutuskan akan setia pada siapa.” Professor Snape menyampirkan jubahnya ke atas kepalanya dan mengambil langkah pergi. “Anak ini akan ikut bersamaku.” Lanjutnya.
“T-ti-tidak, urusanku d-dengannya ma-masih b-b-belum selesai.”
“Apa kau sudah lupa dengan yang ku katakan?” Snape memutar kepalanya dan menatap Profesor Quirrell dengan dingin, memberikan tekanan. Dan mau tak mau Profesor Quirrell melepaskan Talisa untuk pergi bersama Profesor Snape.
Talisa ikut berjalan meninggalkan Profesor Quirrell di belakang. Yang masih berdiam diri di tempat.
“Profesor, boleh aku bertanya?” Talisa mengangkat suaranya.
“Tidak.” Balas laki-laki itu dengan singkat.
“Aku ingin tahu siapa dua kubu yang anda maksud tadi.” Talisa tetap menyuarakan apa yang ingin ia ketahui.
“Apa kau tak paham dengan kata tidak.” Setelah kalimat itu, Talisa tak berani untuk melanjutkan pertanyaannya dan memilih diam. Hingga mereka sampai ke depan pintu asrama.
“Terima kasih, Profesor.” Ucap Talisa karena telah di antarkan hingga ke depan asrama. Sedangkan yang ia dapatkan malah tatapan dingin yang dengan segera berbalik dan pergi meninggalkannya tanpa mengindahkan ucapan terima kasih darinya. Talisa tak begitu memikirkannya dan masuk ke dalam asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...