KEBERANGKATAN
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
"Ia mengambilnya, James!" ucap wanita bermata biru itu pada suaminya dalam isak."Tapi kita tak bisa tinggalkan Harry, Lily." James memeluk Lily erat. Bohong jika ia tak menghawatirkan putrinya yang jauh dari jangkauannya.
"Apa, apa yang harus kita lakukan?" Suara wanita itu melemah, hampir tak berdaya. Mengeratkan cengkraman pada kemeja James.
"Kita akan menjemput putri kita, aku janji Lily." Ucap James sembari mengecup ujung kepala istrinya.
Pandangan James beralih ke seorang bayi laki-laki yang sedang terlelap tenang. Ia tersenyum pilu. Mengingat anak perempuannya yang saat ini sedang di tangan musuhnya. Rasa takut memenuhi hatinya, bagaimana keadaan Talisa sekarang? Tapi ia harus tetap terlihat tenang demi keluarganya, istrinya.
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
Talisa terduduk di lantai yang dingin. Sudah 10 tahun sejak ia datang di rumah ini. Itu yang ia tahu dari yang orang-orang katakan di rumah ini.
Ia meringkuk kedinginan. Kamarnya terlihat kosong, hanya ada sebuah buku dan cermin dengan tulisan aneh yang belum ia pahami. Setiap ia melihat ke dalam cermin itu, ia selalu menemukan dirinya tak sendiri, melainkan terdapat sepasang yang tampak seperti suami istri dan seorang anak laki laki berkacamata yang terlihat seumuran dengannya dan terlihat tak begitu jelaa. Talisa tak mengetahui siapa mereka. Dan kenapa mereka bisa muncul di sana.
"Dasar tidak berguna." Wanita tua bertubuh agak gemuk baru saja masuk ke tempat Talisa berada. "Bagaimana bisa aku berakhir di tempat busuk ini! Severus sialan!" Wanita itu menggerutu dengan membawa sepiring makanan yang bahkan tak bisa disebut makanan lagi. Ia menaruh piring itu kasar ke lantai tak jauh dari pintu.
Talisa memandangnya dengan acuh, walau di hatinya ia ketakutan. Luka dipunggung yang ia dapat dari wanita itu kemarin masih segar dan nyeri. Dan yang bisa Talisa lakukan hanya mempererat pelukan pada kakinya sebagai bentuk perlindungan diri.
"Makanlah! Aku tak mau mengurus mayat." Ucapnya meninggalkan ruangan.
Talisa meraih piring itu, ia harus bertahan hidup. Itulah caranya bisa mengetahui alasan keberadaannya di tempat yang bahkan tak menginginkannya.
Keseharian yang biasa Talisa lakukan hanya membaca buku yang disiapkan oleh Megan, wanita tua yang merawatnya. Dari sanalah ia mengetahui segalanya tentang dunia tempat ia tinggal, dunia sihir. Bukan sesuatu yang mengagetkan untuk dirinya. Karena Megan kerap kali menghukumnya dengan hal hal magis seperti sihir.
Talisa menyerap pengetahuan yang diberikan buku itu dengan mudah. Semua hal tentang sejarah, ramuan, makhluk aneh, mantra, sihir, dan banyak lagi. Ia mengingat setiap kalimat, halaman, dan judul dari semua buku yang ia baca. Tetapi, entah kenapa itu masih kurang bagi Megan. Talisa seperti sedang dipersiapkan untuk suatu hal yang bahkan tak ia ketahui.
Siang itu ia menatap dunia luar dari jendela. Dan Talisa mendapati laki laki dengan rambut pakaian hitam datang, ia tak pernah melihatnya sebelumnya. Ia belum pernah bertemu orang lain selain Megan.
Talisa segera dengan setengah berlari menghampiri pintu kamarnya yang terkunci. Menempelkan telinganya, berharap akan mendengarkan sesuatu untuk membayar rasa penasarannya.
Dan dengan samar ia mendengar laki laki itu membahas sesuatu tentangnya bersama Megan.
"Kita tak bisa mengirimnya, Megan!" Laki-laki itu menaikkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...