KELUARGA
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<Talisa duduk di salah satu sofa ruang rekreasi asrama Slytherin. Ini waktu sengganggnya dan ia harus menulis laporan untuk Megan. Sebenarnya ia bisa memilih untuk tidak melakukannya. Tetapi, bahkan Talisa tak mau membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah itu. Talisa tak mau mengakui ini, tetapi hanya Megan dan manor itu yang bisa menjadi tujuannya pulang. Kecuali, ia bisa menemukan titik cerah dalam pencarian keluarganya. Ia harus bertindak secepat mungkin.
Jam menunjukkan pukul enam dan ia telah selesai dengan suratnya. Talisa beranjak dari tempatnya dan merapikan seluruh alat tulisnya. Lalu ia kembalikan itu semua ke kamarnya. Dengan membawa satu amplop surat dan satu buah note beserta pensilnya, ia siap melangkah keluar asrama. Tentu saja mengirim surat adalah hal pertama yang Talisa lakukan.
Setelah selesai dengan suratnya, Talisa melangkahkan kaki ketujuan selanjutnya. Hari ini ia ingin menghafal sekaligus mencari tempat tempat tersembunyi yang ada di Hogwarts. Menurutnya, itu pasti berguna suatu hari nanti.
Tempat pertama yang ia datangi adalah lapangan Quidditch. Lapangan yang luas, dilingkari ratusan, bahkan ribuan tempat duduk yang posisinya cukup tinggi. Serta ada beberapa menara yang juga memiliki tempat duduk.
Talisa belum pernah melihat pertandingan Quidditch sebelumnya. Yang ia tahu hanya sebetas yang buku tahu.
Talisa memilih duduk di salah satu tempat duduk. Mengambil note yang ada di sakunya, dan mencatat semua hal yang ia dapatkan di sini. Ditengah kegiatannya mencatat, ia menangkap ada seorang anak laki laki yang baru saja memasuki stadion dengan sebuah sapu di tangannya.
Anak laki laki itu menaiki sapunya dan terbang kesana kemari dengan senangnya. Talisa mengamati dan menemukan bahwa itu adalah Harry. Sesaat sebelum talisa memanggil namanya, orang lain memanggil anak itu.
"Hei, Potter. Turun." Harry pun segera turun menuju suara. Talisa mengenali orang itu. Ia adalah Oliver Wood. Kapten daei tim Quidditch asrama Gryffindor. Tapi apa hubungan Harry dengan Wood?
Mereka berdua tampak berbincang. Oliver Wood memperkenalkan jenis jenis bola dalam permainan. Mungkinkah Harry terpilih menjadi pemain Gryffindor? Itulah yang paling masuk akal dipikiran Talisa. Tetapi, anak tahun pertama tidak diperbolehkan main.
>> - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<
"Clarke, Tunggu." Talisa memutar pandangannya ke arah suara. Dan ia menemukan Draco Malfoy yang sedang berjalan ke arahnya.
"Apa yang kau butuhkan, Malfoy?"
"Aku memiliki penawaran menarik untukmu." Ucapnya dengan senyum penuh keyakinan.
"Apa itu?"
"Aku akan memperbolehkanmu bergaul denganku. Tapi dengan satu syarat."
"Bagaimana kau dengan begitu yakinnya aku akan mau berteman denganmu?" Ucap Talisa penuh sarkas. Kalimat itu memunculkan sedikit kerut pada dahi Malfoy.
"Tak ada yang tak mau berteman denganku, seorang yang tampan, kaya, dan darah murni. Kau seharusnya bersyukur aku menawarkan ini."
"Entahlah, mari kita lihat dulu apa syarat dirimu. Jika saling menguntungkan, kenapa tidak." Senyum kembali menghiasi mimik muka Malfoy.
"Bantu aku dalam pelajaran Transfigurasi. Hanya kau yang tak terlalu bodoh dalam hal itu."
"Aku anggap itu pujian."
"Tentu saja, itu pujian tertinggi yang kau bisa dapatkan dariku." Talisa hanya tersenyum tipis. Tawaran ini bukan tawaran yang buruk. Satu langkah menuju tujuannya. Tapi ia tak boleh langsung mengiyakan. Dalam hubungan sosial, ada istilah tarik ulur bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...