Suara
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<Talisa mengambil langkah untuk memasuki lubang itu.
“Aresto Momentum.” Talisa mengucapkan mantra yang akan membantu memperlambat jatuhnya, sialnya tak terjadi apa-apa.
BLUK, untungnya Talisa mendarat pada suatu yang lunak. Itu tampak seperti tanaman merambat yang ada memang untuk pendaratan. Tetapi, bukankah ini terlalu mudah untuk melindungi sesuatu yang berharga. Akan lebih bagus jika orang yang masuk kesini terluka karena jatuh bukan?
Sulur sulur tanaman itu mulai melilit pergelangan kakinya, tentu saja ia mulai panik.
“Bagaimana?” suara dari professor Quirell berhasil mengalihkannya dari rasa panik. Sebelum sulur sulur itu melilitnya semakin kuat, ia segera meraih dinding lembab disampingnya untuk menghindari sulur itu. Dengan sekali kali ia akan menendang sulur yang berusaha meraihnya dari dinding.
“Terdapat tanaman untuk mendarat, professor. Tetapi aku rasa tanaman ini sejenis tanaman jerat setan.” Balas Talisa mengabari professor Quirell di atas.
“Gunakan suatu yang terang dan hangat. Aku akan turun.” Professor Quirell berteriak dari atas. Memberi isyarat pada Talisa untuk memikirkan langkah untuk menyelesaikan ini.
‘Dasar professor tak berguna, bagaimana ia bisa mempercayakan sihir pada siswa tahun pertama. Apa yang ia harapkan.’ Gerutu Talisa.
Talisa segera mengubur gerutuannya dan mencoba mengingat mantra apa yang bisa membantunya, dan tentu saja mantra yang harus berhasil ia lakukan juga. Dan yang terpikirkan olehnya hanya api.
BLUK, Profesor Quirell telah sampai di dasar, dihadapan Talisa. “Ce… cepat lakukan sesuatu.” Ucapnya setelah merasakan sulur melilit kakinya.
‘Bagaimana orang ini bisa menjadi guru sihir?’ Talisa menyembunyikan rasa tak habis pikirnya.
“Ah…” Talisa mengingat sesuatu. “Incendio." Api kecil muncul dari tongkat Talisa, dan dengan cepat meredup.
"Bisakah kau lakukan dengan benar?"
"Apa yang anda harapkan dari siswa tingkat satu?" Rasa jengkel karena mantra yang belum ia kuasai, ditambah dengan kicauan profesor Quirell.
"Lumos Solem." Profesor Quirell mengacungkan tongkatnya ke arah jerat setan, dan itu berhasil. Tanaman itu menyingkir ketakutan hingga menciptakan jalan untuk mereka turun.
"Tidak berguna." Profesor Quirell terus saja menggerutu.
'Bahkan ia bisa melakukannya sendiri. Kenapa harus aku?' Gumam Talisa.
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan yang ada, hingga sampai pada suatu tempat dimana banyak kunci berterbangan. Talisa tertegun sejenak melihatnya.
"Kau duluan." Ucap profesor Quirell sembari mendorong Talisa. Awalnya Talisa takut jika kunci kunci itu akan menyerangnya saat ia memasuki ruangan itu, jadi sontak ia menutupi mukanya dengan lengan. Beberapa detik kemudian, tak terjadi apa apa.
Ia sedikit tenang, dengan langkah cepat ia sampai ke ujung lain dari ruang itu. Di sana terdapat sebuah pintu.
"Profesor, ini terkunci." Kata Talisa setelah mencoba membukanya. Profesor Quirell menyusulnya.
Talisa telah mencoba membukanya dengan sihir yang ia ketahui tetapi nihil.
"Cari kunci itu dari sana." Profesor Quirell memberi perintah untuk mengambilnya di antara kunci kunci yang terbang.
"Maaf, profesor. Itu diluar kemampuan saya."
"Agr... Kau keluar! Tunggu disana sampai aku selesaikan ini. Kau tak berguna." Professor Quirell kesal dengan semuanya, dan ia mencoba melampiaskannya pada Talisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanfictionBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...