Kubu
>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<"Permisi, Profesor Snape?" Talisa telah sampai di depan kantor yang ia tuju. Pintunya tak tertutup dengan rapat, jadi ia mengetahui bahwa orang yang ia cari ada di dalam. Talisa mundur satu langkah setelah mendengar langkah kaki mendekat ke arah pintu. Dan tak butuh waktu lama Profesor Snape muncul dari balik pintu.
"Aku tak ingat bahwa aku mencarimu, Ms Clarke." Sambut Profesor Snape dengan nada datarnya seperti biasa.
"Saya ingin menanyakan sesuatu, Profesor. Menurut saya lebih baik di bicarakan di dalam."
Profesor Snape menajamkan pandangannya pada Talisa, seperti ia keberatan dengan itu. Tetapi pada akhirnya, ia menyampingkan tubuhnya untuk membuat jalan lewat Talisa. Dan tanpa perintah, Talisa melangkah masuk.
"Jadi apa kali ini?" Tanya Profesor Snape langsung ke intinya.
"Anda tahu misi saya, Profesor. Dan saya yakin anda juga tahu untuk siapa saya melakukannya. Tak seperti saya yang tak mengetahuinya." Raut muka Profesor tampak sulit.
"Entahlah." Hanya satu kata itu yang Talisa terima.
"Seseorang meminum darah unicorn kemarin malam. Terlihat sangat kebetulan untuk dikatakan tak berkaitan dengan misi ini. Saya hanya ingin tahu alasan misi ini. Saya mohon Profesor." Talisa merasa frustrasi. Yang bisa ia tanyai di sini hanya Profesor Snape dan Profesor Quirell, tetapi sayangnya Profesor Quirell terlah masuk ke dalam orang yang ia waspadai saat ini.
"Ikuti aku." Profesor Snape berjalan keluar dengan cepat, Talisa harus mengikutinya dengan setengah berlari. Ternyata tujuannya kali ini adalah ruang kepala sekolah.
Apakah Talisa akan mendapatkan masalah besar? Kehidupannya hingga saat ini sudah cukup menekannya, jangan menambah masalah. Pikiran Talisa semakin rumit.
"Snape, sangat jarang menemukanmu menghampiriku seperti ini." Sambut Profesor Dumbledore setelah mempersilahkan mereka masul. "Ah, Ms Clarke bersamamu ternyata. Ada yang bisa ku bantu?" Lanjutnya dengan lembut.
Talisa tampak ragu dengan ini dan beralih memandang Profesor Snape meminta bantuan. Tetapi yang ia dapatkan adalah tatapan angkuh pria berbaju hitam itu.
"Jangan khawatir, Snape mengajakmu kesini pasti untuk membahas masalahmu dengan ku. Kamu bisa menceritakannya dengan nyaman."
"Apakah anda tahu tentang saya, Profesor?" Itu pertanyaan Talisa untuk memastikan sesuatu.
"Jika yang kau maksud kau adalah penyihir muda yang sangat cerdas dan berbakat, aku sangat mengetahuinya. Itulah kenapa Hogwarts memilihmu." Sahut Profesor Dumbledore dengan senyuman.
"Bukan begitu. Maksud saya, ini tentang tujuan saya kemari."
"Setiap orang punya tujuannya, Ms Clarke. Dan itu tak salah. Mungkin memang terlihat seperti hal buruk, tetapi orang lain tak akan mengerti sudut pandang kita, bukan?" Profesor Dumbledore menjelaskan hal yang bukan Talisa harapkan menjadi jawabannya. Tetapi, dari situ ia mengetahui satu hal.
"Jadi anda tahu, Profesor. Dan anda membiarkannya terjadi." Talisa mengerti semua sekarang. Itulah kenapa ia belum mendapat masalah berarti dalam misinya.
"Kau pasti paham bahwa yang bisa kita lakukan hanya berencana dan berusaha yang terbaik. Tapi belum tentu aku tak pernah salah tentang suatu hal." Lanjut Profesor Dumbledore.
"Apa peran saya di rencana anda? Apa yang anda harapkan dari saya untuk lakukan?"
"Kamu sangat pandai. Dan situasi saat ini diluar dugaanku. Aku tak menyangka kamu akan mengetahuinya secepat ini. Jadi ada beberapa hal yang harus ku pikirkan dahulu." Profesor Dumbledore berjalan ke arah tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatum - Harry Potter Fanfict
FanficBagaimana jika saudara kembar Harry Potter yang dianggap telah mati bersama insiden itu masih hidup? Talisa Lily Potter yang hidup dalam kegelapan. Hingga ia bahkan tak bisa mengharapkan cahaya. Yang membuatnya hidup dalam bayangan. Apa yang akan te...