AKU SENDIRI

2.3K 264 5
                                    

Untuk berbagi kebahagiaan, aku rasa Sudah lebih dari cukup. Bukan Karna tidak percaya
Untuk berbagi derita dengan kalian.
Aku hanya tidak mau dianggap beban kedua
Selain dari keluargaku.

✺✺✺
.
.
.
.

"Arggghhh.. " Marvin dan Vian ter lonjak kaget mendengar suara Al menggema ditelinga mereka.

Mereka sekarang berada dirumah Vian. Lebih tepatnya kamar Vian. Rumah yang tidak begitu besar, mereka semua lebih sering berada dirumah Vian yang kecil daripada rumah Al yang besar.

Karna ayah Al yang selalu menekan kan Al untuk selalu belajar, belajar dan belajar. Untuk cowok yang apalah seperti Vian dan Marvin ini mereka selalu mengadu kepada Al tentang sifat ayah nya. Mereka tidak segan segan mengatakan terus terang kepada Al kalau mereka tidak suka dengan ayah nya.

Saat itu juga Al mengangguk dan tersenyum miring mendengar celoteh dua anak manusia ini, bagaimana tidak? Orang lain yang hanya sekedar teman Al saja tidak betah dengan ayah nya yang terobsesi menekan kan anak. Apalagi Al yang setiap hari nya harus bertatap muka dengan nya.

"Ada apa lagi sama Nada? " Tebak marvin yang Sudah tau arah pikiran Al. Vian mengangguk setuju dengan pertanyaan Marvin Pasalnya setelah kejadian Al dan Nada didepan kelas Hari pertama mereka sekolah, Al selalu senyum senyum sendiri tidak jelas. Gue suka Nada ungkap Al santai saat Marvin dan Vian mendesaknya untuk berbagi cerita saat itu.

"Tadi gue ketemu dia di lapangan basket. Gue lihat dia batuk Vin." Jelas Al kepada dua kutu badak itu yang berstatus sebagai sahabatnya.

Vian yang mendengar penjelasan Al, kini tersedak mi rebus yang dia buat beberapa menit lalu dengan Marvin. Marvin menatap tajam Vian. Marvin tahu, sebentar lagi Vian pasti akan mentertawakan Al.

"Ck! boss bos, batuk doang lo sampai kepikiran?!" Tanya Marvin tidak habis fikir. Kenapa Al sepanik ini? Cuma batuk woy batuk.

"Dia ngeluarin darah Vin! Dia selalu nutupin hal itu dari gue!" Mendengar ucapan Al, Marvin dan Vian yang terlihat ncelneh tadi kini terkejut. Lalu dengan bersamaan mimik wajah mereka langsung datar dan biasa. Instan kayak masak mie .

"Lo mau bos, dianggap dia penting?! " Tanya Vian antusias. Al mengangguk dan menatap serius mata Vian dalam dalam.

"Pacarin! " Celetuk Vian seenak jidat.
"Ck!.. " Decak Al tak habis pikir.
"Tapi bener juga kata Vian. Lah gimana lo mau dianggap penting, kalo status lo sama dia aja cuma temen. Temenan juga baru kemarin - kemarin," Jelas Marvin yang mendapat anggukan dari Vian.

Al bingung harus berkata apa.
"Toh keliatan juga tuh si Nada kayak suka sama lo." Tambah Vian menatap tajam bola mata Al.

"Lo inget nggak kejadian dikantin?! Pas Nada manggil lo terus nyuruh lo duduk bareng dia? Sumpah gue nahan ngakak," Ucap Marvin.

"Aelaaah ngaku aja lo seneng kalo bos mau maju. Disitu kan ada Ira. Mantan kesayangan lo! " Sembur Vian tajam.

"Urus aja tuh si Risha. Balas perasaan dia, kasian anak orang lo sakiti terus!" Celetuk Marvin tak kalah tajam.

Mereka bertiga terkekeh bersama dan melanjutkan kegiatan nya masing masing. Memikirkan gebetan baru, main game diponsel, dan bimbang mau ngechat mantan tapi gengsi.

GOODBYE NADA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang