✺✺✺
.
.
.
."Arrrgghhhhhh!... Sial! Tuhan!!! Jemput Nada sekarang!!! Sial! Mati lo Nad! Matii! Mati lo sekarang mati!!... Hiks.. Hiks.. Hiks.." Nada menangis tersedu sedu, ia melukai tangan nya dengan goresan goresan dalam dari cutter yang ia gunakan. Nada mengacak rambut nya frustasi, saat ini ia hancur. Benar benar hancur.
Semuanya hilang, sudah hilang. Kasih sayang seorang ibu yang dengan susah payah ia dapatkan, perhatian baru dari seorang kakak, sahabat pertama yang ia temui, semua nya hilang. Benar benar sudah hilang.
Nada menatap sendu darah yang keluar dari pergelangan tangan nya. Dia tersenyum miring ketika tidak merasakan sakit sedikit pun dari luka yang ia buat. Luka luka itu tidak pernah sebanding dengan luka luka hati nya yang tidak pernah terobati.
Ia menatap kosong jendela kamarnya yang terbuka sempurna, jika ia mau dia akan locat dari lantai dua rumah nya. Ia akan mengakhiri hidup nya yang sudah sangat berakhir. Tapi tidak, dia harus bertahan hidup untuk memastikan bahwa Jea akan selamat.
Nada mengusap kasar air mata nya. Dia berdiri sempoyongan mengambil kertas pertama yang ia Terima dari velyn, kertas yang telah memberitahu nya tentang kehidupan yang sangat singkat ini.
Darah ditangan nya terus keluar tanpa henti. Mata nya sayu, rambut nya acak acakan sempurna. Saat ini Nada sangat lemah dia seperti manusia hidup tanpa nyawa.
Nada tersenyum kecut menatap pantulan diri nya dicermin hias yang begitu besar. Ia menggenggam kuat kertas yang beberapa menit lalu mengalihkan perhatian nya.
"Terima kasih, Terima kasih karena telah memberi harapan yang sangat besar. Dengan kehadiran nya penyakit ini, gue ngerasa sangat beruntung. Waktu yang sering orang tua gue gunakan buat nyiksa gue, sekarang akan tersita penuh untuk takdir." Gumam Nada tersenyum getir menatap kertas yang ia genggam.
✺✺✺
Pagi ini disekolah, kelas yang biasa nya ribut dan berisik itu kini hening seperti tidak ada murid didalam nya. Mereka semua sibuk dengan hafalan hafalan materi untuk ulangan kedepan.
Tidak dengan Nada, sekuat tenaga ia akan tetap memasang wajah ceria nya seperti biasa. Ia tidak mau ada seorang pun yang tahu tentang penderitaan nya selain Ira.
Nada ingin sekali memecah keheningan nya dengan Risha, ia ingin sekali memeluk Risha erat meskipun itu untuk yang terakhir kali nya. Nada meremas rok nya kuat. Sangat mustahil untuk berbicara dengan Risha, saat ia memanggil nya saja Risha dengan sigap langsung meninggalkan Nada tanpa ini itu.
Nada menghembuskan nafas nya pelan. Ia menerbitkan sebuah senyuman hangat. Kemudian akhirnya Suara bu inces itu berhasil memecah keheningan satu kelas.
✺✺✺
Nada mencondong kan sedikit tubuh nya untuk melihat siapa yang menyentuh bahu nya. Al tersenyum hangat menatap Nada lekat lekat.
"Lo nggak makan?" Tanya Al basa basi. Nada hanya menggeleng dan menjauhkan pelan tangan Al yang menyentuh bahu nya.
"Nanti lo sakit Nad," Al berdecak kesal mendapatkan perlakuan Nada kepada nya. Jangan berharap lebih Al! Inget udah mantan.
"Kan emang udah sakit." Jawab Nada santai. Ia tidak mempermasalahkan tentang Al yang sudah tahu pasal penyakit Nada, ia tahu karena sebelum pulang dari rumah sakit kemarin, Dr.velyn sedikit menceritakan tentang Al yang sudah tahu mengenai penyakit Nada.
"Jangan gitu Nad, gue yakin lo bakal sembuh," Ucap Al pelan. Nada hanya bisa tersenyum getir, ia menganggukan kepala mengiyakan ucapan Al.
"Yaudah, kita makan ya." Ucap Al sekali lagi membuyarkan lamunan Nada. Al kembali berdecak kesal saat Nada terus menerus menggelengkan kepala nya.
"Lo jangan keras kepala, gue khawat_" Al langsung menggantungkan ucapan nya. Ia menatap tidak enak mata Nada yang juga menatap nya penuh kesal.
"Lo nggak perlu khawatir sama gue. Hidup gue urusan gue, gue mati atau hidup semua juga tanggungan gue." Jelas Nada lalu meninggal kan Al sendiri didepan kelas mereka.
Al menatap tidak percaya perubahan Nada yang sangat drastis ini. Sekarang Nada sangat kasar, ia terlalu sensitif untuk disentuh.
Didalam kelas, Nada menenggelamkan kepala nya didalam lipatan tangan. Ia mengeluarkan semua air mata yang ia simpan dari tadi.
Ia sangat merasa bersalah telah mengatakan hal sekasar itu kepada Al. Nada hanya tidak mau memberikan harapan kepada Al. Dia tidak mau menyakiti orang orang yang sangat ia cintai dikemudian hari.
Hari dimana takdir yang sudah tuhan takdirkan akan menjemputnya kembali.
✺✺✺
Pulang sekolah, Nada melihat Lauren yang sibuk menyiram tanaman didepan rumah nya. Ia melemparkan senyuman kepada Lauren yang sama sekali tidak mendapatkan respon dari sang empu."Hai miss,.." Sapa Nada hangat. Lauren tidak menghiraukan nya sama sekali, kegiatan nya menyiram tanaman tidak dapat terganggu oleh siapa pun.
Nada tidak bisa menahan diri nya lagi. Ia memeluk erat tubuh Lauren dari belakang, Nada tahu Lauren juga pasti kecewa dengan perlakuan Nada kepada Jea.
Nada bisa mendengar hembusan nafas pelan dari Lauren. Ia sangat merindukan sosok seperti Lauren, belum sempat mata nya yang bengkak kembali sembuh, tiba tiba Nada menangis kembali. Ia sangat butuh sandaran hangat dari Lauren yang selalu ada disamping nya.
Lauren membalikan badan nya pelan. Ia menatap sendu mata Nada dalam dalam, kemudian ia memeluk kembali tubuh ringkih gadis didepan nya.
"Miss minta maaf, miss percaya sama kamu, miss cuma nggak mau lihat kamu dimarahin papa lagi." Ucap Lauren menunjuk mobil yang baru saja pergi dari pekarangan rumah nya.
Nada yakin, Wisnu pasti yang telah mengancam Lauren untuk tidak menghiraukan Nada. Tapi segera ia tepis kuat kuat fikiran itu. Nada kembali memeluk Lauren erat menumpahkan semua rasa sedih yang ia miliki.
Next?
Wait!
.
.
.
.
Follow akun instagram author @niisak08
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE NADA [END]√
Teen FictionBELUM REVISI. Nada Amaro Lexandra. Gadis pejuang kasih sayang orang tua yang gagal mendapatkan keinginan nya. Dia yang harus melawan penyakit mematikan, dia yang harus menerima cacian hinaan bahkan kekerasan dari keluarga nya sendiri. Nada tidak pe...