✺✺✺
.
.
.
."Sya, tetap jadi sahabat yang baik buat Ira, dia sangat baik untuk mendapatkan kejahatan dari orang lain." Tasya menganggukan kepala berkali kali. Ia terus mengeluarkan air mata nya menatap Nada dengan sendu.
Tasya sangat terpukul melihat kondisi Nada saat ini. "Gue bakal terus jadi sahabat yang baik buat lo. Buat Ira juga, maka nya lo sembuh biar kita bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk bersama." Ucap Tasya sesenggukan menangis. Ia menggenggam erat tangan Nada yang lemas tak berdaya.
Nada mengangguk pelan dan tersenyum. Ia mengelus pelan rambut Tasya yang menundukkan kepala dia samping nya.
"Gue mau tidur, kalau dua menit gue nggak buka mata, lo bangunin gue." Ujar Nada dengan suara lemahnya.
Tasya menatap sendu wajah Nada yang damai. Ia dapat merasakan rasa sakit yang selama ini Nada sembunyikan dari semua orang.
"Nad.." Ucap Tasya menggoyangkan pelan tubuh Nada. "Gue belum tidur sya." Ucap Nada pelan. Ia menatap Tasya dan mengulurkan senyum yang akan Tasya lihat untuk terakhir kali nya.
"Nad.. " Tasya mengerutkan dahi saat tidak mendapatkan jawaban dari sang empu. Dengan refleks Tasya berdiri, ia kembali memanggil nama Nada yang sama sekali tidak ada respon dari sang empu.
Tasya memanggil dokter heboh dengan tangisan nya yang semakin pecah. Nggak, nggak sekarang Nad. Batin Tasya.
Kemudian Dr.Hendra memasuki ruangan dan segera memeriksa keadaan Nada.
Perawat meminta Tasya untuk keluar karena Dokter butuh konsentrasi. Diluar ruangan, Tasya menangis tersedu sedu. Ia sibuk menghubungi Ira yang sama sekali tidak bisa dihubungi.
Tasya berdiri cepat saat melihat Dr.Hendra yang keluar dengan wajah sedih. Tasya terus terusan menyerang pertanyaan pertanyaan kepada Dr.Hendra yang sama sekali tidak mendapatkan respon.
Tasya berlari masuk kedalam ruangan Nada, tubuhnya mematung saat melihat satu perawat menutupi seluruh tubuh Nada dengan kain putih.
Tasya menepis kuat tangan perawat itu. Ia memandang nya dengan tatapan tidak suka, "apa yang suster lakukan dengan sahabat saya. Apa suster nggak lihat Nada lagi tidur. Jangan diganggu, nanti dia bangun!" Teriak Tasya tak terima.
Perawat itu hanya menatap sendu tubuh Nada yang tidak bernyawa lagi. Ia meninggal kan Tasya yang masih setia memarahi nya.
Tasya memeluk erat tubuh Nada. Dr.Hendra mendekati Tasya dan menyentuh pelan bahu nya. "Kami sudah semaksimal mungkin membantu pasien. Tapi takdir berkata lain, Tuhan tidak mengizinkan Nada hidup dengan waktu lama hanya untuk menerima rasa sakit." Jelas Dr.Hendra kepada Tasya. Kemudian ia pergi meninggalkan Tasya yang menangis sesenggukan memeluk erat tubuh Nada.
✺✺✺
Jea membuka mata nya pelan. Ia melihat kedua orang tua nya yang menatap nya dengan tatapan penuh kebahagiaan. Hari ini adalah hari paling bahagia untuk Wisnu dan Resa.
Disaat Jea membuka mata dari tidur panjang nya, disaat itu juga Nada menutup mata untuk tidur panjang nya.
"Hei, Puteri ayah udah bangun.." Ucap Wisnu mengelus pelan rambut Jea.
Resa tersenyum sumringah melihat Jea yang sudah sadar kan diri. Ia teringat Nada saat ini, jika gadis itu tahu kakak nya sudah sadar, pasti ia akan merasa sangat senang hari ini.
"Ma-mama, pa-papa, di-dimana Nada?" Tanya Jea. Suara nya sangat kecil, ia masih sangat lemas saat ini.
Wisnu memutar bola mata nya malas. Setiap kali ia mendengar nama gadis itu, mood nya sangat hancur saat itu juga.
"Nggak usah nanyain dia. Dia baik baik aja kok dirumah." Ketus Wisnu. Resa merasa sedikit bersalah saat menampar Nada di Koridor rumah sakit saat itu.
Ia merasa sangat cemas saat ini. Kenapa pikiran nya dipenuhi dengan nama Nada?.
Belum lama ini juga, Lauren memberi tahu diri nya kalau Nada tidak ada dirumah. Dia pergi, pergi meninggalkan semua orang yang bersedih melihat Jea.
Itu adalah salah satu alasan Resa semakin membenci Nada, ketika kakak nya terbaring lemas dirumah sakit kenapa dengan tega Nada meninggalkan nya saat itu.
Tapi Resa segera menepis semua pikiran nya tentang Nada. Ia kembali melempar senyuman senyuman hangat kepada Jea.
✺✺✺
Al, Marvin dan Vian berlarian di Koridor rumah sakit. Mereka terus mengikuti lari Ira dari belakang. Ira membulatkan mata nya sempurna saat melihat ruangan Nada yang sudah kosong dan rapih.
Ia mengeluarkan ponsel nya dari tas selempang yang ia gunakan. Ira terkejut saat panggilan suara banyak yang tak terjawab dari Tasya, ia sangat khawatir saat ini. Fikiran nya terbayang bayang Nama Nada.
Ira menghembuskan nafas lega ketika melihat Tasya yang duduk di lantai memeluk kaki nya. Tasya langsung berdiri dan memeluk erat tubuh Ira. Ia menunjuk ruang mayat yang terbuka lebar membuat Al, Vian dan mervin terkejut seketika.
Ira menggeleng kuat, ia melepaskan pelan pelukan Tasya lalu dengan langkah yang gontai, ia mendekati salah satu ranjang yang Tasya tunjuk.
Ira menjerit histeris ketika tangan nya membuka sedikit kain putih yang menutupi wajah Nada. Ia melihat wajah Nada yang sangat cantik tak bernafas.
Al mendekati Nada dengan tubuh yang bergetar hebat. Ia menatap Nada dengan tatapan yang penuh dengan penyesalan.
Marvin mendekati Ira yang duduk tersungkur dilantai. Ia memeluk Ira erat mencoba menenangkan nya. Vian juga menangis histeris, dia mengelus pelan punggung Al mencoba memberinya sedikit ketenangan.
" Argggghhhhh... Goblok lo Al. Goblok!" Maki Al kepada diri nya sendiri. Ia memukul dinding rumah sakit sampai mengeluarkan banyak darah dari tangan nya. Al memerosotkan tubuhnya, ia juga mengacak frustasi rambut nya. Sampai kapan pun, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Semua anak manusia itu menangis tersedu sedu kehilangan orang berarti yang pernah masuk ke kehidupan mereka masing masing. Mereka sangat kehilangan dengan kepergian Nada yang sangat tiba tiba.
Keadaan semakin hening, mereka semua sibuk dengan kesedihan nya masing masing. Dengan tangisan yang mereka tumpahkan bersama karna seseorang yang sama.
Al sangat meratapi penyesalan nya saat ini. Dia merasa sangat gagal menjadi orang yang paling beruntung didunia, harus nya Al tidak pernah menyia nyaiakan Nada semasa hidup nya.
Al yakin selama ini saat Nada memperlakukan nya kasar, saat Nada menghindari nya, tak lebih alasan dari semua itu hanya satu. Nada tidak mau memberi harapan penuh kepada Al.
Next?
Wait!
.
.
.
Ohh iya, ini bukan akhir dari cerita ya. Masih ada part part yang akan author publish selanjutnya. Masih banyak rahasia rahasia yang tersimpan rapat, keluarga Nada juga belum tahu kan kalau Nada meninggal. Kalian juga belum tahu siapa dalang dibalik teror teror yang menimpa Risha.Di part selanjutnya, author bakal ngasih double part buat kalian. Tungguin ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE NADA [END]√
Teen FictionBELUM REVISI. Nada Amaro Lexandra. Gadis pejuang kasih sayang orang tua yang gagal mendapatkan keinginan nya. Dia yang harus melawan penyakit mematikan, dia yang harus menerima cacian hinaan bahkan kekerasan dari keluarga nya sendiri. Nada tidak pe...