✺✺✺
.
.
.
."Gue bakal bayar kalian berapa pun semau kalian. Asalkan, kalian berdua berhasil mengelabuhi tiga serangkai itu!" Jelas seorang gadis kepada dua orang siswa didepan nya.
"Oke! Bakal gue lakuin sekarang juga." Sahut salah satu dari mereka membuat gadis itu tersenyum miring.
✺✺✺
"Nad, lo ditungguin Vian di belakang sekolah. Kata nya dia mau ngomong sesuatu sama lo," Ujar satria menepuk pelan bahu Nada.
Nada mengerutkan dahi, Vian? Tumben sekali. Tanpa berfikir panjang, Nada segera menuju belakang sekolah yang satria maksud. Dia tidak mau membuat Vian menunggu lebih lama.
Nada mengedarkan pandangan ke sekitar. Dia mencari cari sosok Vian yang tadi menunggu nya disini. Apa mungkin dia harus menunggu? Mungkin sebentar lagi.
Akhir nya Nada mendudukan diri nya diatas kursi panjang yang biasa nya menjadi tempat favorit dia. Tidak menunggu waktu lama, Nada mendengar suara langkah kaki mendekati nya.
Dengan semangat Nada membalikan badan nya dan membulatkan mata ketika pandangan nya melihat Risha yang sudah menangis tersedu sedu dengan penampilan acak acakan nya.
Ira juga tak kalah menatap nya tajam. Seperti ada kekecewaan penuh yang tertanam di pandangan nya. "Risha, lo kenapa?" Tanya Nada pelan.
"Nggak usah sok khawatir deh lo! Dasar munafik!" Bentak Risha menepis keras tangan Nada. Nada ter lonjak kaget dengan respon yang Risha berikan. Ada apa ini?
"Gue nggak nyangka Nad, gue nggak nyangka ternyata orang yang selama ini gue percayai, orang yang selama ini gue bangga bangga kan sebagai sahabat gue, ternyata nggak lebih dari seorang munafik berhati iblis kayak lo. Lo punya dendam apa sih Nad sama gue, gue salah apa sama lo sampai sampai lo tega menjadi dalang di semua teror teror yang gue terima." Keluh Risha dengan tangis nya yang pecah.
Ira hanya menggeleng tak percaya dengan perlakuan Nada selama ini, dia tidak menyangka Nada akan melakukan hal buruk kepada sahabat nya sendiri.
"Gu-gue nggak tau apa apa sha. Maksud lo apa?? " Tanya Nada. Nada sangat terkejut dengan tingkah Risha yang terus terusan menyalahkan nya, memang nya apa yang Nada lakukan.
"Ini!" Bentak Risha memberikan kertas ancaman yang ia terima.
Bunyi surat:
Hai sha. Lo masih terkejut kan sama kejadian kemarin sore? Tentang papa lo yang kecelakaan itu! Ututututuu gue ikut prihatin ya sama lo. Nasib lo emang udah buruk dari kecil. Anak korban broken home, miskin, nggak tau diri, semua itu ada di diri lo sendiri. Lo tau apa alasan gue ngelakuin semua ini ke elo? Yaa gue fikir lo udah tau maksud gue apa. Lo itu beban sha, lo beban buat semua orang orang didekat lo! Buat pacar lo! Shabat lo! Dan gue!. Gue nggak punya alasan apapun buat benci sama lo. Gue nggak suka aja sama orang berisik kayak lo! Gue juga nggak tau kenapa gue bisa benci banget sama lo. Aduh-aduh Terima nasib lo aja ya sha. Gue ikut prihatin.
N.A
Nada meremas kuat kertas yang ia baca. Jelas saat ini ia sedang dijebak, dia tidak pernah merasa benci, dendam atau sejenis nya kepada sahabat nya sendiri. Jelas tidak pernah.
"Sumpah. Gue nggak pernah ngelakuin ini sha, gue juga nggak pernah tau tentang teror teror yang lo maksud." Bukan nya mengelak, Nada memang tidak pernah menyangka diri nya akan dijebak seperti ini. Siapa yang sudah menggunakan nama nya untuk berbuat jahat.
"Selama ini, gue sama papa sibuk buat nyelesaiin kasus kasus teror ini Nad. Itu alasan kenapa gue jarang kumpul sama lo berdua. Tiap malam, rumah gue selalu diganggu orang. Kaca rumah gue banyak yang pecah karna lemparan baru yang berbalut kertas berisi kata kata kasar! Dan gue puas hari ini, akhir nya dalang dari semua masalah gue itu elo! Lo Nad. Elo yang udah gue anggap sebagai saudari gue sendiri." Bentak Risha menunjuk tepat didepan wajah Nada.
"Sumpah sha, sumpah gue nggak tau apa-apa. Gue juga nggak tau tentang ini semua."tangis Nada kini pecah. Ia tidak bisa menahan air mata nya lagi yang sedari tadi memaksa keluar.
Risha tidak menghiraukan Nada yang menangis histeris didepan nya. Saat ini hati nya terluka, dia sangat membenci Nada. Kebencian yang tidak pernah ada didalam hati nya, hari ini tertanam baik dilubuk hati
nya.Flashback On..
"Ra, Nada kemana kok nggak keliatan tuh anak?" Tanya Risha menatap Ira yang masih sibuk dengan ponsel nya. "Entahlah. Kata tadi ke toilet," Sahut Ira tanpa menatap Risha.
Pandangan Risha teralihkan saat melihat kertas terlipat rapih didalam tas Nada yang terbuka lebar. Kemudian ia mengambil nya dengan berat hati, Risha tau ini sangat tidak sopan tapi.. Rasa penasaran nya lebih besar dari keberatan hati nya.
Risha membulatkan mata setelah membaca tulisan yang tertulis sempurna dikertas itu. Tubuh nya melemas saat membaca kalimat demi kalimat yang tertulis disana.
Ira ter lonjak kaget saat melihat Risha yang tiba tiba menangis. Lalu ia mengambil kertas yang tadi Risha baca dan membuat nya menangis. Ira juga tidak kalah terkejut nya dengan Risha.
Dia tidak menyangka Nada akan melakukan hal serendah ini.
Kemudian Risha mengambil kertas itu dari Ira dengan kasar. Tatapan nya nyalang dia mempertanyakan semua murid yang ada koridor kelas X dimana Nada saat ini.
"Nada ada di belakang sekolah sekarang." Ujar salah satu siswa tersenyum sinis.
Flashback off..
" Gue bakal selalu ada buat lo Nad, tapi setelah gue tahu lo adalah dalang dari masalah sahabat gue sendiri. Gue nggak bisa lagi ngasih sandaran buat lo, gue nggak nyangka Nada, gue kecewa sama lo." Gumam Ira tepat ditelinga Nada. Kemudian Ira pergi meninggalkan Nada sendiri yang menangis histeris.
Melihat kejadian langka yang amat teramat langka, seorang gadis tersenyum sinis dibalik semak semak. Ia terkekeh penuh kemenangan melihat lawan nya lemah tak berdaya.
Next?
Wait!
.
.
.
.
.
Follow akun instagram author @niisak08
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE NADA [END]√
Teen FictionBELUM REVISI. Nada Amaro Lexandra. Gadis pejuang kasih sayang orang tua yang gagal mendapatkan keinginan nya. Dia yang harus melawan penyakit mematikan, dia yang harus menerima cacian hinaan bahkan kekerasan dari keluarga nya sendiri. Nada tidak pe...