17

1.2K 174 14
                                    

Yejin membenarkan letak selimut putrinya. Ia tersenyum melihat bagaimana Joohyun bisa tidur dengan nyenyak. Wanita itu membiarkan putrinya makan malam lebih awal dan istirahat setelahnya. Tak ada hal yang benar-benar terlihat mengkhawatirkan.

"Kakak sekarang sudah dewasa, ma. Kakak bukan anak usia sembilan tahun yang belum bisa mengendalikan dirinya."

Joonmyun sudah berdiri di ambang pintu kamar milik Bae Joohyun. Yejin menoleh, ia tersenyum dan menghampiri puteranya itu.

"Mama merasa lega. Ya, Jisoo mengatakan, ada luka di hati Joohyun. Jisoo tau ketika ia melakukan konseling dengan Joohyun. Tapi, setidaknya, Joohyun masih bisa mengendikan diri, mama merasa lega dan bersyukur."

Joonmyun mengangguk setuju. "Sudah dibilang, kakak bukan anak kecil lagi, ma. Lagipula, kakak sudah terbiasa bersikap tenang, angkuh, menyendiri dan hal-hal semacam itu. Jadi mama jangan khawatir. Ibaratkan tubuh manusia, kakak sistem imunnya sudah kuat. Jadi lebih tahan banting."

"Semoga Joohyun akan selalu begini. Bisa mengendalikan dirinya."

"Ayo makan, ma. Jisoo sudah menunggu."

"Seokjin?"

"Oh, menantu mama? Masih di kamarnya. Aku panggil dulu ya ma?"

Yejin menggelengkan kepala. "Biar mama saja."

"Uhmmm, baiklah kalau begitu. Tapi ma..."

"Hmm?"

"Kakak tak seperti dulu. Tidak histeris seperti dulu. Apa mungkin, meski dalam pengaruh obat, kak Seokjin melakukannya dengan lembut ya?"

Bugh

"Aggshh," rintih Joonmyun sedikit tertahan ketika tangan Yejin mendarat di punggungnya dengan sedikit keras.

"Bisa-bisanya kau menanyakan seperti itu dalam situasi seperti sekarang? Sudah sana. Turun. Mama akan panggil Seokjin dulu."

.

Yejin memasuki kamar Seokjin. Wanita itu meneliti setiap sudut kamar. Terlihat memang kamar tersebut milik Seokjin. Barang-barang Seokjin yang tidak banyak, masih bisa dilihat oleh Yejin. Ia teringat, di kamar putrinya tak ada barang Seokjin sedikitpun. Mereka tak pernah tidur bersama hingga kesalahan di malam itu terjadi.

"Mama?"

Yejin sedikit kaget ketika ada suara yang menyapanya lebih dulu. Ia menoleh, melihat Seokjin yang baru keluar dari kamar mandi, dengan handuk kecil tersampir di bahunya.

Yejin tersenyum tipis. "Kau baru selesai mandi?"

Seokjin tersenyum. Ibu mertuanya sudah mau kembali menyapa. "Iya, ma. Ada apa, ma?"

"Waktunya makan malam."

"Mama dulu saja ya. Ini masih..."

"Ayo makan."

Yejin tidak ingin dibantah. Seokjin tau akan hal itu. Ia akhirnya meletakkan handuknya di sofa. Lalu berniat mendekati Yejin untuk mempersilahkan wanita itu keluar lebih dulu.

"Mari ma."

"Seokjin..."

"Iya ma?"

"Apa kau akan meninggalkan Joohyun?"

Seokjin terlihat sedang memikirkan jawaban yang pas. Ia tidak mau salah dalam menjawab pertanyaan ibu mertuanya.

"Kalau memang kau ingin bertahan, bertahanlah. Jika tidak, tinggalkan dia secepat mungkin. Mama sedang berusaha untuk merelakan semua yang terjadi. Mama berusaha untuk melupakan semua yang terjadi karena Joohyun kali ini cukup kuat. Jadi, keputusan ada di tanganmu."

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang