2

1.5K 178 45
                                    

Matahari mulai kembali ke peraduannya. Dan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri itu masih enggan untuk kembali ke rumah besarnya. Ia merasa muak jika harus bertemu dengan orang-orang di rumah. Papa yang seenaknya sendiri, mama yang tak pernah didengar suaranya dan seorang adik yang tak peduli. Sungguh-sungguh keluarga yang kacau.

Ting

Bunyi garpu yang menyentuh piringnya membuat Joohyun berjengit kaget. Wanita itu sudah beberapa waktu melamun. Ia melirik piring yang sudah terisi dengan daging yang dipotong-potong. Pria tampan dihadapannya telah melakukan hal itu untuk dirinya ketika ia sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Thanks," lirih Joohyun.

"Kau memikirkan pernikahanmu?" pria itu memasukkan sepotong daging ke mulutnya.

Joohyun berdecak kesal. Mereka berdua seharusnya bisa membahas hal lain. Bukan malah membahas masalah pernikahan. Ya, aneh memang. Ia sedang bersama kekasihnya namun topik pembicaraan mengenai pernikahannya dengan orang lain. Ralat. Orang asing.

"Kau tau, hubungan kita tak akan berhasil karena terhalang restu papamu. Dia tak akan membiarkan kita menikah. Aku sudah melihatnya sejak dua tahun lalu."

Joohyun menusukkan garpu ke potongan terbesar. Tanpa merasa malu atau harus 'jaga image', dia memasukkan potongan daging itu ke mulut. Entah mengapa, hari itu ia sedang malas berbicara. Ya, setiap hari ia memang tak banyak bicara tapi untuk hari yang berat ini sangat berbeda. Dia semakin irit bicara.

"Apa aku diundang?"

"Kalau di kotak suratmu ada undangannya berarti iya. Kau diundang."

Park Hyungsik. Pria tampan kekasih Bae Joohyun selama dua tahun terakhir itu tertawa. "Bae, kau pasti tau. Aku jelas diundang. Papamu pasti akan mempertegas hubungan kita. Lalu, apa yang kau inginkan?"

Joohyun paham apa yang dimaksud Hyungsik tanpa harus bertanya apa maksudnya. Tentu saja yang ditanyakan adalah perihal hubungan mereka. Apakah memaksa lanjut dengan harapan rumah tangga Joohyun hancur di tengah jalan atau berhenti dan mencoba menerima takdir masing-masing. Menurut kalian, apa yang akan dipilih oleh Bae Joohyun?

Joohyun masih terdiam. tak menjawab pertanyaan Park Hyungsik. Ia mengambil gelas wine yang ada dihadapannya lalu menyesap minuman beralkohol tersebut.

"Bae, sepertinya waktu kita tinggal sedikit?"

Joohyun mengangkat sebelah alisnya. Ia mengikuti arah pandangan Hyungsik. Menoleh ke belakang, dan surprise. Benar-benar mengejutkan. Wajah-wajah yang Joohyun kenal datang dengan dipandu oleh manajer restaurant. Mereka menuju kearah Joohyun. Jelas terlihat dari arah langkah kaki mereka.

Park Hyungsik membersihkan mulutnya dengan tissue. Mencoba bersikap tenang lalu berdiri menyambut kedatangan orang yang seharusnya ia segani. "Selamat Sore tuan Bae, Nyonya Bae," sapa Hyungsik dengan begitu ramah.

Son Yejin tersenyum cerah mendengar sapaan Hyungsik. Lain Yejin lain pula Hyunbin. Pria paruh baya itu hanya mengangguk tanpa memberikan senyum sedikitpun.

"Joohyun, kau tidak membaca pesan yang papa kirim?"

Joohyun akhirnya berdiri dari tempat duduk. Ia melirik remeh pada pria yang sedari tadi hanya diam di belakang Hyunbin. "Papa tau aku orang sibuk. Notifikasiku ratusan dan aku selalu memprioritaskan notifikasi bisnis. Jadi, maaf jika pesan dari papa bukan prioritas."

Pria yang tak Joohyun kenal terlihat sedikit terkejut mendengar ucapan Joohyun. Hyunbin tentu saja kesal. Tapi ia memilih diam dan mengangguk. "Karena kau sudah ada disini, dan ada Hyungsik juga, papa akan mengenalkan dia," Hyunbin menarik tangan Seokjin agar pria itu berdiri di sampingnya. "Kim Seokjin. Calon menantuku yang berarti calon suami Joohyun. Dan Seokjin," Hyunbin menoleh pada Seokjin. "Ini putriku, Bae Joohyun dan pria itu mantan kekasihnya. Park Hyungsik."

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang