12

1.1K 176 7
                                    

Joohyun berkemas dengan ekspresi yang kesal. Setelah Hyunbin menelepon Seokjin, pria itu berlanjut menghubungi putrinya agar cepat berkemas. Tanpa memberi tau alasan yang pasti kenapa mendadak pulang, Joohyun merasa kesal. Kesal pada siapapun. Termasuk Kim Seokjin.

"Tunggu," gumam Joohyun. "Apa dia yang memberi tau papa tentang kegilaanku semalam?" Joohyun berkacak pinggang dengan mata melirik tajam ke arah pintu yang masih tertutup. Seokjin masih berada di luar bersama Eric.

"Dasar. Ternyata, selain picik, dia juga tukang adu. Brengsek Kim Seokjin!" kesal Joohyun sembari menendang koper Seokjin yang ada di sebelahnya. Koper yang tak tertutup rapat itu terguling dan isinya ada yang beberapa keluar dari koper.

Cklek

Kim Seokjin masuk setelah berbincang cukup lama dengan Eric. Eric mengatakan akan menunggu mereka di mobil. Kapanpun mereka siap, Eric tetap menunggu untuk mengantarkan mereka ke Bandara Velana. Setelah beberapa pertimbangan, dibandingkan melanjutkan menunggu di penginapan, mereka lebih memilih menunggu di bandara sampai pesawat yang menjemput mereka tiba.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Seokjin ketika melihat kopernya tergeletak dengan isi yang terlihat berantakan.

Joohyun diam. Ia tak menjawab, bahkan menolehpun tidak. Ia mengabaikan Seokjin.

"Aku bicara padamu."

Suara Seokjin masih terdengar normal. Datar. Dan Joohyun masih pada pendiriannya untuk tidak menoleh atau merespon apa yang Seokjin katakan, juga lakukan.

"Bae Joohyun, aku bertanya padamu!" suara Seokjin terdengar naik dengan tangan menarik lengan Joohyun agar berbalik padanya.

Joohyun cukup terkejut dengan apa yang sedang ia hadapi saat ini. Seokjin terlihat sangat kesal. Joohyun tak merasa tertekan atau takut, ia lalu menepis kuat tangan Seokjin. Memperlihatkan keberaniannya, Joohyun bersedekap, menatap tepat ke mata Seokjin.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kau lakukan, picik?!"

Seokjin menaikkan sebelah alisnya. Kebodohan apa lagi yang akan Joohyun sampaikan.

"Itu pasti kau!" Joohyun menunjuk dada Seokjin sedikit lebih keras membuat Seokjin sedikit bergerak. "Kau mengadu pada papa kan? Kau katakan pada papa kalau aku gila?! Iya, kan?! Dasar tukang adu."

"Omong kosong macam apa yang kau katakan sekarang?"

"Alah, tak perlu pura-pura. Kau pasti mengadu pada papa. Aku kira kau berbeda. Ternyata sama saja. kalau kau tidak mengadu, papa tak mungkin menyuruh kita pulang."

Joohyun meraih handuk yang sudah ia siapkan. Ia ingin mandi sebelum benar-benar meninggalkan penginapan.

"Lanjutkan punyaku. Aku mau berendam sebelum pulang," titah Joohyun pada Seokjin. Maksud wanita itu adalah, meminta Seokjin untuk melanjutkan mengemasi barangnya. Tanpa menunggu jawaban dari Seokjin, Joohyun berjalan santai menuju kamar mandi.

*HEARTLESS*

Hari telah berganti. Seokjin dan Joohyun terlihat berada di bandara dengan membawa koper yang sebelumnya mereka bawa saat pergi. Tak ada cerita berkesan, tak ada bulan madu yang manis, dan tak ada kenangan apapun. Semua sama saja bagi keduanya.

"Dimana yang menjemput kita? Aku ingin hibernasi seharian ini."

Joohyun mengambil kacamata yang menutupi mata indahnya. Menoleh kesana kemari mencari mobil yang familiar di matanya.

"Sopir papa yang menjemput," jawab Seokjin secara singkat. Ia baru saja memasukkan ponsel ke dalam saku. Terlihat jelas jika ia baru saja menerima pesan dari ayah mertuanya.

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang