4

1.2K 172 27
                                    

Yoongi terlihat sangat serius ketika berbicara dengan lawan bicaranya. Mereka saling berhadapan hingga Yoongi bisa melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin. Yap, mereka sedang berada di toilet. Suasana toilet sangat sepi karena kebanyakan orang sedang fokus di aula. Yoongi terpaksa menyeret sosok dihadapannya itu hanya untuk meminta kejelasan. Kejelasan atas apa yang sedang terjadi karena berita yang ia dengar sebelumnya tidak begitu jelas.

"Kenapa kau sama sekali tidak menghubungiku? Kau diculik dan dinikahkan?! Ayolah, kau seperti seorang gadis perawan yang menjadi tawanan."

Seokjin hanya terdiam. ia melepas kancing tuxedonya. Membiarkan kemeja putih terlihat. Sangat terasa gerah.

"Oke, lupakan apa yang aku katakan sebelumnya. Sekarang, beri tau aku. Berapa jumlah utang orang tuamu. Aku akan melunasinya."

"Kau tak akan bisa."

"Aku akan mencicilnya."

"Tak bisa dicicil."

"Aku akan mencari pinjaman."

"Min Yoongi!" Seokjin sedikit menaikkan nada bicaranya. "Kau mengatakan hal itu dengan mudah bukan membuatku lebih baik, tapi semakin menyakitiku. Aku ini temanmu, sahabat. Aku bisa pergi darimu kapanpun jika aku ingin. Tapi kau? Kau disini sudah memiliki istri dan anak. Fokuskan uangmu untuk mereka. Bukan untukku."

Yoongi terkejut. Tentu saja. Tetapi ia segera menyadari kesalahannya. Ia mendekati Seokjin. Memeluk sahabatnya itu. "Kau tak sendiri. Ingat itu," Yoongi melepaskan pelukannya. "Aku berlebihan. Aku minta maaf. Aku hanya tak suka kau bersama Joohyun. Dia lebih buruk dari apa yang terlihat. Aku bersumpah apa yang aku katakan ini benar."

"Aku tau," suara Seokjin mulai terdengar rendah. "Aku sudah melihatnya. Ia sangat buruk. Di mataku, seseorang yang tak menghargai orang tua itu sangat buruk. Lebih buruk dari sampah."

Yoongi melirik Seokjin. Dia sudah menebak jika Seokjin melihat secara langsung perilaku Bae Joohyun kepada Hyunbin maupun Yejin. Ya, tentu saja. Mereka pasti melakukan pertemuan sebelum menikah.

"Datanglah ke rumah jika kau penat. Kau juga bisa mempelajari Joohyun dari mamanya Seungyoon."

Seokjin mendesah seperti sedang menahan mati-matian amarah yang sudah memuncak. Yoongi bisa membaca semuanya dari mimik wajah Seokjin. Akan tetapi, melihat Seokjin demikian, ia juga tak bisa membantu lebih banyak. Seokjin hanya butuh support. Dukungan. Bukan rasa iba.

"Akhir pekan aku ada di rumah. Seungyoon pasti ingin bertemu dengan ucle-nya yang tampan. kau juga belum memberi hadiah untuk Seungyoon. Hadiah kelahiran. Seungyoon menunggumu."

"Jangan kebiasan."

"Hmmm?"

"Jangan kebiasaan menjadikan anakmu sebagai alasan. Kalau kau rindu padaku, cukup bilang saja secara langsung," ucap Seokjin sembari menepuk pant*t Yoongi. Pria itu lalu pergi meninggalkan Yoongi yang tertawa tanpa suara.

"Ujianmu berat brother. Kau harus hidup bersama nenek sihir itu. Tapi aku yakin kau pasti bisa."

*HEARTLESS*

"Apa ini?!" seru Sooyoung kesal. Ia menggeser satu per satu gambar yang terambil oleh kameranya. "Bae Joohyun!"

"Aishh...," desis Joohyun.

"Soo," tegur Seungwan yang tentu saja terkejut. Ia sedang berbincang dengan Taehyung dan berusaha mengajak bicara Joohyun, akan tetapi, tiba-tiba Sooyoung merasa kesal.

"Bae, sebagai pengantin itu harus tersenyum. Cerah dan lebar. Senyum lima jari. Jangan ditekuk begini ekspresinya. Astaga! Aku ingin gambar kita berempat perfect. Tapi kamu merusak semuanya. Oh My! Joohyun, ini pernikahanmu. Anggota kepompong terakhir yang menikah. Ayolah tersenyum. Smile..."

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang