Seokjin tiba di sebuah gerbang besar. Joohyun sudah berada tepat di depan gerbang tersebut. Seokjin hanya memandangi istrinya dalam diam. Ia tak mengerti mengapa ketika hari sudah gelap, Joohyun mengajaknya ke tempat seperti ini. Seokjin melihat ada seseorang yang berlari dari dalam. Ia memberi hormat pada Joohyun, menyapa nyonya Kim itu dan membukakan gerbangnya.
"Non, eh maksudnya Nyonya Joohyun kemari kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu?" Tanya pria itu begitu pintu gerbang sudah dibuka.
Joohyun menoleh pada sopir yang membawanya. "Tetap di sini saja. aku tak lama. Seokjin," Joohyun berganti menoleh pada suaminya. "Ayo masuk."
Seokjin hanya menuruti perkataan Joohyun tanpa membantah sedikitpun meski ia merasa sangat penasaran. Mata Seokjin melihat ada sebuah rumah dan di bagian lain ada tempat seperti gazebo. Ia sangat penasaran karena halaman di sana sangatlah luas.
"Ini. . . tempat apa?"
"Pemakaman keluarga. Sejak kematian orang tuanya opa, mereka tak ingin dimakamkan di tempat lain selain tanah milik leluhurnya."
Seokjin membelalakkan matanya. "Malam-malam kau mengajakku kemari?! Lagi?"
Tidak heran Seokjin bertanya demikian karena sebelumnya mereka juga mengunjungi pemakaman. Hanya saja, pemakaman yang Joohyun kunjungi sebelumnya merupakan pemakaman umum. Sedangkan saat ini, mereka berada di pemakaman khusus milik keluarga Bae Hyunbin.
.
Joohyun memandang lekat wajah wanita cantik yang terpampang secara jelas di bingkai foto yang berada di dekat batu bertuliskan Song Hyekyo. Ia meletakkan bunga yang ia bawa. Menunduk beberapa detik untuk memberikan hormat pada mertua sekaligus orang yang mengasuhnya ketika ia baru lahir.
Ia tersenyum tipis. "Selamat sore menjelang malam. Aku tidak mengenal anda secara pasti. Tapi anda sudah merawatku dengan penuh kasih saat aku baru lahir. Aku tidak tau bagaimana caranya untuk berterimakasih. Tapi, aku mencoba untuk menyapa anda saat ini."
Joohyun tersenyum. Kali ini benar-benar senyum yang tulus. Matanya berkaca-kaca dibalik kacamata hitam yang ia kenakan.
"Aku tak bisa menerima kehadiran putera anda di sisiku. Tapi aku juga tak kuasa menolak. Anda tenang saja. putera anda tak akan kekurangan apapun. Kebutuhannya akan dipenuhi papa, bahkan jika papa tak bisa aku akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Yah, saaat ini sebagai seorang istri, aku hanya bisa memberikan materi untuk dia. Bukan cinta. Aku minta maaf tidak bisa menerima dia sebagai suami secara utuh. Hatiku sudah beku."
Joohyun melirik ponselnya yang bergetar. Ia tertawa pelan. Menunjukkan nama kontak yang menghubunginya.
"Putera anda sangat konsisten untuk menerorku. Aku akan kembali suatu saat nanti. Aku hanya ingin menyapa saja. sekali lagi, aku juga minta maaf tak bisa memberikan cinta dan kasih untuk putera anda seperti yang telah anda lakukan padaku. Aku rasa, cukup untuk saat ini. aku pamit. Aku, Bae Jihyun, pamit."
Joohyun pergi meninggalkan tempat yang berarti bagi Seokjin. Tempat dimana raga kedua orang tuanya berada. Joohyun berjalan menuju tempat parkir pemakaman umum tersebut. Ia mendapati Seokjin sibuk dengan ponselnya. Wajahnya khawatir.
"Mencoba menghubungiku?" Tanya Joohyun sedikit mengejutkan Seokjin.
"Kau mengunjungi makam siapa huh? Apa harus malam-malam kemari? Kenapa aku tak boleh ikut masuk?"
Joohyun mendecih. "Kau tampak seperti suamiku. Sungguh-sungguh seperti seorang suami. Kau menikmati peranmu huh? Ayo masuk," Joohyun masuk ke dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari Seokjin.
![](https://img.wattpad.com/cover/224388184-288-k32917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS [JINRENE Ver]√
FanficKisah perjodohan si kaya dan miskin memang sudah sering terjadi. Pria dan Wanita yang tidak saling mencintai, dipertemukan dalam keadaan yang membuat mereka saling membenci. Mengarungi bahtera rumah tangga yang tentu tidak mudah. Panas selalu membar...