EPILOG

1.7K 165 49
                                    

Bae Joohyun merebahkan tubuhnya pada tempat tidur yang selalu ia rindukan saat sibuk menyerang. Hari ini launching produk baru dan itu melelahkan. Belum lagi rapat untuk pengangkatan CEO baru di perusahaan furniturenya. Setelah dipikir-pikir, Joohyun harus merelakan salah satu jabatannya. Perusahaan itu tetap miliknya. Ia pemegang saham tertinggi. Itu cukup.

Kenapa Joohyun merelakan posisi itu? Tentu saja alasannya karena ia tak ingin kelelahan. Hyunseok, puteranya harus mendapatkan perhatiannya. Belum lagi, keputusannya dengan Seokjin untuk mulai program kehamilan kedua.

"Mama!" Seorang anak laki-laki datang memasuki kamarnya. Membawa sebuah crown.

"Hi anak tampan mama."

Joohyun memeluknya. Hyunseok memamerkan crown tersebut. "Ini apa boy?"

Joohyun membawa Hyunseok ke pangkuannya.

"Aku tadi bisa menjawab pertanyaan. Lalu diminta memilih box sebagai hadiah. Tapi isinya ini."

"Cantik. Buat mama saja ya?"

Hyunseok menggelengkan kepala. "Ini untuk Kim Aera."

Joohyun tersenyum. Ternyata untuk Aera. "Kenapa tidak dikasih saat di sekolah tadi?"

"Malu mama," ucap Hyunseok manja.

"Aera selalu bersama Aeri. Aku juga sama kak Seungyoon. Aku malu. Ke sana yuk ma."

Joohyun mengangguk. "Nanti kalau papa pulang, kita main ke rumah Aera dan Aeri. Itu kalau papa tidak lelah ya..."

Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar bagi Joohyun. Sepuluh tahun waktu yang lama namun kurang baginya untuk belajar lebih. Di mata orang, Bae Joohyun berubah. Dia menjadi wanita yang lebih peduli dan lebih bebas meluapkan rasa sayang. Beruntung, Joohyun mendapat support system yang bagus. Lingkungan yang posiitif dan sesekali mendapatkan arahan dari Jisoo. Dia bisa bangkit. Bukti dan hasil manisnya adalaah, Hyunseok yang tak mau lepas darinya. Hal itu membuat Joohyun sering bekerja dari rumah. Demi Hyunseok.

Sekarang, usianya sudah sepuluh tahun. Tumbuh menjadi anak SD yang cerdas, pintar, peduli dan penyayang. Joohyun bersyukur puteranya tak mewarisi sifat buruknya. Seokjin juga tak pernah memarahi secara berlebihan. Seokjin begitu telaten memberikan mana yang "do" dan mana yang "don't". Joohyun banyak belajar darinya.

Lalu, membicarakan kehamilan, ketika Hyunseok berusia lima tahun, Joohyun mengutarakan keinginannya untuk hamil lagi. Ia ingin anak perempuan. Ia berjanji akan melakukan kehamilan keduanya dengan sangat baik. Namun, seolah itu hukuman dari Tuhan karena Joohyun dulu pernah menolak apa yang dikasihNya, ia tak bisa hamil. Ada kista di rahim yang membuatnya harus berobat kesana kemari dengann Seokjin yang selalu mendukungnya.

"Kita bertiga cukup. Jangan paksakan dirimu. Aku, istriku yang cantik ini dan Hyunseok."

Kalimat-kalimat itu selalu Seokjin keluarkan untuk menenangkannya. Bukan tenang, Joohyun malah gusar. Merasa bersalah. Seungwan sudah menjalani kehamilan keduanya. Sooyoung masih belum memikirkan karena sudah pusing mengurus dua balita. Jisoo baru saja melahirkan puteri pertamanya. Lalu dia? Joohyun merasa mengecewakan Seokjin.

"Hyunseok itu hadiah terindah dari Tuhan. Jika Tuhan percaya, kita akan dikasih lagi. Jika tidak, mari kita jaga Hyunnie dengan lebih baik lagi."

Joohyun tersenyum. Mengingat kenangan lama yang manis itu. Pengobatan kista memakan waktu hampir tiga tahun. Sekarang, ia harus benar-benar fokus mengurangi kegiatan dan mencoba kembali.

"Mama melamun?"

Joohyun menggelengkan kepala. "Badan mama bau acem. Mama mandi dulu ya?"

Hyunseok menggelengkan kepala. Ia memeluk Joohyun dan menenggelamkan wajahnya di ketiaknya. Joohyun tergelak melihat kelakuan puteranya.

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang