Seokjin memasuki rumah besar milik mertuanya seorang diri. Pada awalnya, Min Yoongi yang tak lain adalah sahabatnya menawarkan diri untuk menemani Seokjin ketika bertemu dengan Hyunbin. Akan tetapi, secara mendadak klien yang seharusnya bertemu dengannya sekitar dua jam sebelum jam makan siang mengubah janji temu menjadi lebih pagi. Mau tak mau Yoongi memilih klien itu dibandingkan menemani Seokjin. Meski demikian, Yoongi masih mengirimkan via surel, bukti rekaman cctv jika ada salah satu pelayan yang sengaja menuangkan sesuatu ke minuman yang akhirnya dibawa oleh Joohyun.
Melihat bagaimana Yoongi menggunakan kemampuan serta orang-orangnya untuk membantu Seokjin, membuat hati pria yang sedang dirundung masalah itu terharu. Ia salah jika merasa sendiri. Sisi positif dari masalah yang mendatanginya adalah, ia paham akan makna kesendirian tanpa siapapun. Dan ia tidak demikian. Yoongi benar-benar mematahkan hal itu. Jika Tuhan mengambil kedua orang tuanya, dengan kebaikan-Nya pula, ia masih diberikan Min Yoongi. Sahabat yang sudah seperti saudara.
Seokjin segera duduk di ruangan Hyunbin. Ruangan tersebut masih kosong. Dalam perjalanan menuju ruangan Hyunbin, Seokjin juga tak menemui ibu mertuanya. Biasanya jika ia datang, Yejin akan terlihat dan menyapa meski sekedar senyum.
"Kau sudah datang," ucap Hyunbin yang baru saja masuk.
Seokjin berdiri untuk menyapa mertuanya. Entah mengapa, ia menjadi seratus kali lebih gugup di pertemuan ini.
"Aku sudah mendengar cerita itu dari Jisoo. Tapi belum lama ini, aku melihat video yang dikirim oleh temanmu. Terus terang, aku kecewa," perkataan Hyunbin tidak berhati-hati ataupun basa-basi.
Seokjin mengangguk. "Maaf pa... aku hilang kendali."
Hyunbin menarik sudut bibirnya ke atas. "Ada rasa lega karena kejadian ini."
"Maksud papa?"
"Awalnya aku pikir, kau terlalu sempurna untuk putriku yang tidak sempurna," Hyunbin terkekeh. "Tapi kau telah membuktikan, kalau kau adalah manusia biasa yang bisa ceroboh dan bodoh. Aku lega memikirkan itu."
"Maaf pa," Seokjin menunduk.
"Terus terang, perasaan papa sekarang ini imbang. Antara marah, kecewa, juga lega. Keadaan Joohyun, bagaimana?"
"Mengurung diri di kamar, pa."
"Hukuman untukmu adalah membuat Joohyun luluh dan percaya lagi padamu. Sedangkan, dari papa...," Hyunbin berdiri dari duduknya. Berjalan perlahan dengan langkah yang tegas menuju Seokjin. Tanpa aba-aba dan tanpa diduga, sebuah pukulan melayang membuat Seokjin terjatuh dari sofa.
"Argg.."
"Itu untuk ungkapan kecewa serta marah dari papa," setelah mengatakan hal itu, Hyunbin mengambil sapu tangan dari sakunya dan melemparkan itu pada Seokjin. "Usap ujung bibirmu yang berdarah."
Seokjin terkejut. Ia tak sadar jika bibirnya mengeluarkan darah. Tapi akhirnya ia berpikir jika itu wajar. Tinjuan dari mertuanya benar-benar sangat kuat. Di usia yang tak muda, tenaganya masih sangat kuat.
"Mungkin mama akan tinggal di sana. Jika kau merasa bersalah, maka ambil kepercayaan orang-orang lagi. Termasuk Jisoo yang kesal denganmu. Yakinkan mereka jika kau tak ada niat jahat pada Joohyun."
"Lalu, pa... apa orang itu sudah ditangkap?"
"Wonbin?"
Seokjin mengangguk.
"Dia ada di ruang bawah tanah. Aku sedang mencarikan tanggal yang pas untuk hari kematiannya."
"Dia akan dilenyapkan?"
Tanpa ragu, Hyunbin mengangguk. "Dia meresahkan. Sudah waktunya untuk beristirahat selamanya. Di penjara tak akan mempan, di kurung di pulau kecil yang terpencil juga bisa kabur. Ya itu jalan satu-satunya. Kenapa? Ingin melihatnya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/224388184-288-k32917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS [JINRENE Ver]√
FanficKisah perjodohan si kaya dan miskin memang sudah sering terjadi. Pria dan Wanita yang tidak saling mencintai, dipertemukan dalam keadaan yang membuat mereka saling membenci. Mengarungi bahtera rumah tangga yang tentu tidak mudah. Panas selalu membar...