20

1.4K 169 28
                                    

Jisoo terlihat sedang menenangkan Joohyun. Wanita itu hanya terdiam sejak Seokjin dibawa ke kamarnya sendiri. Joonmyun dan Hyunbin yang berada di dalam kamar. Para wanita diminta untuk menunggu di luar. Joohyun juga diminta sang ayah untuk istirahat, akan tetapi wanita itu bersikeras untuk tetap di depan kamar Seokjin dan menunggu hasil pemeriksaan Joonmyun.

"Kakak tenang ya, pasti kak Seokjin baik-baik saja," ucap Jisoo kembali menenangkan Joohyun.

"Iya sayang, mama yakin suamimu akan baik-baik saja. Di dalam ada adikmu. Dokter yang sudah sangat berpengalaman. Percayalah pada Joonmyun ya."

Joohyun mengangguk meski ia masih merasa hampa. Rasa bersalah mendominasi. Tentu saja karena ia telah melukai pria baik itu. SEngaja atau tidak sengaja, tangannya telah membuat tubuh pria yang tak tau apa-apa menjadi berdarah.

Pintu terbuka. Spontan Joohyun berdiri. Ia sedikit berlari mendekati adiknya. Joohyun meraih tangan Joonmyun.

"Joonmyun, bagaimana keadaan Seokjin? Apa kita perlu ke rumah sakit? Apa dia masih kesakitan? Aku harus bagaimana huh? Cepat katakan, Bae Joonmyun!"

"Hishh.. bagaimana bisa aku mengatakan jika kakak menyerangku dengan banyak pertanyaan? Aku harus menjawab pertanyaan yang mana, astaga..."

"Bagaimana keadaan kak Seokjin sekarang?" Tanya Jisoo sembari tangannya menepuk pelan bahu Joonmyun.

"Aku rasa tak perlu ada yang di khawatirkan. Aku sudah menjahit lukanya. Tadi itu perutnya kak Seokjin tergores."

"Tergores? Tidak mungkin. Kau tak lihat darahnya begitu banyak? Aku menusuknya. Tangan ini sudah melukainya," Joohyun membantah apa yang dikatakan Joonmyun. Ia merasa yakin jika itu bukan luka goresan.

Joonmyun mengangguk. "Kakak tak sengaja menggoresnya. Meski goresannya sedikit lebih dalam, jadi tetap butuh dijahit. Kak Seokjin bersikeras tak ingin dibawa ke rumah sakit, tapi kalian tak perlu khawatir. Dia akan baik-baik saja."

"Tapi kenapa tadi dia pingsan?"

"Itu karena shock kak. Kak Seokjin juga lelah. Dia lelah dengan kejadian akhir-akhir ini. Dia lelah pikiran, lalu dari tadi kita sudah istirahat kak Seokjin juga sama sekali belum istirahat. Kakak bilang sendiri padaku. Dia ingin memastikan kak Joo baik-baik saja selama tidur. Jadi dia belum tidur."

"Dan aku menusuknya," Joohyun menutup mulutnya tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia dengar. Ia sekejam itu?

Joonmyun menepuk bahu sang kakak. "Kakak bukan criminal. Jadi itu bukan berniat menusuk. Itu kecelakaan. Sekarang, kakak istirahat. Biarkan kak Seokjin juga istirahat. Besok dia juga harus istirahat total. Tidak kemana-mana."

"Kau yakin tak perlu dibawa ke rumah sakit?" Tanya Hyunbin keluar dari kamar Seokin. "Badannya demam."

"Itu efek luka saja, pa. tak apa. Aku akan siapkan kompres untuk kak Seokjin."

Joohyun mendorong Joonmyun agar menjauh. "Pergilah. Ambilkan apapun yang dibutuhkan. Aku akan menunggu di dalam."

Setelah mengatakan hal itu, Joohyun menerobos masuk dan menutup pintu kamar Kim Seokjin. Wanita itu benar-benar dihantui rasa bersalah. Fokusnya saat ini hanya satu, yaitu tidak membunuh orang lain.

.

Seokjin terkekeh melihat ekspresi Joohyun yang berbeda dari biasanya. Ekspresi itu benar-benar menyiratkan rasa takut dan khawatir. Meski pria itu meyakini Joohyun khawatir dan takut karena merasa bersalah, tetapi itu sudah lebih cukup bagi Seokjin untuk membuat Joohyun mengolah emosi dan persaannya. Dengan rasa khawatir pada dirinya, membuat Joohyun melupakan rasa trauma di pikirannya.

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang