03 April 2021
Seokjin terjaga dari tidurnya. Ia merasa jika Joohyun tidak ada di sisinya dan itu membuat matanya terbuka. Benar saja, tepat di sebelahnya tak ada siapapun. Hanya ada guling yang digunakan sebagai pembatas. Bae Joohyun tidak nampak.
Melihat itu, Seokjin segera duduk. Ia sedikit demi sedikit mengumpulkan kesadaran dan berniat mencari sang istri. Tepat pukul satu dini hari. Disingkapnya selimut yang menutupi bagian kakinya, mengenakan sandal yang memang khusus dipakai di rumah, ia segera berjalan mencari sang istri.
Pria itu tertarik mengecek kamar mandi terlebih dahulu karena sayup-sayup terdengar suara dari sana. Mungkin Joohyun sedang mual seperti yang biasa terjadi pada kehamilan muda pada umumnya. Ia mendekatkan telinga pada daun pintu kamar mandi. Ada suara-suara yang menandakan istrinya di kamar mandi. Seokjin memilih untuk diam sejenak. Ia berniat memberikan ruang agar istrinya itu menyelesaikan urusannya.
"Kenapa lama sekali," gumam Seokjin.
Seokjin mulai tak tenang. Jantungnya berdegub kencang. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan Joohyun. Ia meraih knop pintu dan mencoba membukanya. Terkunci.
"Joohyun, buka pintunya!" seru Seokjin. Ia memaksa agar pintu terbuka, tapi nihil. "Joohyun!!!"
Pria itu mundur beberapa langkah. Ia mengambil awalan untuk membawa seluruh berat tubuhnya menabrak pintu tersebut agar terbuka.
Brak
Pintu terbuka setelah dorongan ke tiga.
"Joohyun!" Seokjin terkejut melihat istrinya sudah dalam posisi duduk dan menekuk lututnya. Kedua tangan di perut seolah sedang menahan sesuatu. Wajahnya penuh dengan keringat dan begitu pucat.
Joohyun hanya menangis tanpa suara. Bibirnya merintih.
"Apa yang terjadi?" Seokjin membawa tubuh ringkih Joohyun ke pelukannya.
"Sa...kit...," rintih Joohyun.
"Iya, iya," panik Seokjin. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tahan ya," ucap Seokjin lalu mengangkat tubuh Joohyun.
Keluar dari kamar mandi, melihat Joohyun yang hanya mengenakan kimono tidur membuat Seokjin meletakkan tubuh istrinya di atas sofa secara perlahan. Ia berlari menuju walk in closet dan mengambil jaket untuk dia dan Joohyun. Geraknya cepat karena tak ingin Joohyun menunggu lama. Ia lalu berlari menuju meja kecil di samping tempat tidur untuk mengambil ponsel juga dompet.
"Dompet... dompet... dompet...," gumam Seokjin sambil membuka laci paling atas. Nihil. "Bukan di sini," Seokjin berniat menutup laci paling atas tersebut karena di sana tak ada dompetnya. "Ini...," pandangan Seokjin terhenti pada sebuah botol yang terlihat berisi obat, entah obat apa.
"Seokjin....," kembali terdengar rintihan Joohyun.
"Iya sebentar," Seokjin kembali tersadar jika ia harus cepat. Diambilnya obat itu untuk dimasukkan ke dalam saku lalu menutup laci dan membuka laci bagian bawah untuk mengambil dompet.
"Sakit..."
Seokjin kembali lari dan memakaikan jaket untuk istrinya. "Dingin?"
Joohyun hanya bergumam dan tak jelas di telinga Seokjin. Pria itu segera mengangkat tubuh istrinya dan berjalan cepat menuju mobil.
*HEARTLESS*
Bae Joonmyun meregangkan ototnya yang terasa kaku. Ia baru saja selesai operasi. Menjadi dokter ahli bedah muda memang tidak mudah. Ia harus siap sedia jika diminta untuk membantu operasi dokter senior. Meski ia sudah beberapa kali memimpin operasi, tapi untuk kasus yang rumit, seringkali ia menjadi asisten dokter bedah yang lebih senior hingga tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS [JINRENE Ver]√
FanficKisah perjodohan si kaya dan miskin memang sudah sering terjadi. Pria dan Wanita yang tidak saling mencintai, dipertemukan dalam keadaan yang membuat mereka saling membenci. Mengarungi bahtera rumah tangga yang tentu tidak mudah. Panas selalu membar...