18

1.2K 184 18
                                    

Joohyun masih di tempat yang sama. Kopi yang ia nikmati masih tersisa setengah cangkir dan sudah dingin. Wanita itu menoleh pada kursi kosong di sebelah meja. Kursi yang sebelumnya diduduki oleh Kim Seokjin. Ia menarik sudut bibirnya.

"Tujuanku hanya satu. Membuatmu tersiksa hingga kau harus memohon agar aku melepaskanmu."

Joohyun melirik ponselnya yang berbunyi. Ada panggilan masuk. Si Kaku. Joohyun bukan tipe yang setia dengan satu nama kontak. Ia akan merubah nama kontak tersebut tergantung suasana hati. Termasuk saat ini. Si Kaku yang memanggil Bae Joohyun tak lain dan tak bukan adalah Bae Hyunbin. Ayah kandungnya sendiri.

"Ah malas. Tak akan ada ujungnya berbicara dengan dia."

Joohyun meletakkan ponselnya sembarangan lalu bersedekap.

"Si Kaku dan tak menjawab panggilan. Sungguh manis sekali perilakumu," suara berat yang berada tak jauh dari Joohyun membuat wanita itu terkejut. Papanya sudah ada di sini.

"Hmm.. dasar anak bandel. Bagaimana mungkin kau menamai papamu sendiri si kaku?"

"Sok tau."

"Kau sendiri yang memberi tau. Tentu papa percaya. Kau bergumam saat membaca nama kontak papa. Dasar kekanakan."

"Sudahlah. Apa mau papa kemari?!" Suasana hati Joohyun kembali memburuk.

"Apa papa salah menjenguk putri papa yang sedang kurang sehat?"

"Aku baik-baik saja sampai papa datang. Katakan cepat. Apa yang membawa papa kemari? Tak mungkin orang sesibuk papa kemari tanpa ingin mengatakan hal penting."

Hyunbin tersenyum. Ia meraih kopi milik putrinya yang masih setengah. Meminum hingga hampir habis lalu meletakkan cangkir tersebut ke dekat Joohyun lagi.

"Ini hal yang paling papa tutupi. Sebenarnya, papa ingin membidik dua burung dengan satu batu."

"Hah? Maksud papa?"

"Sebenarnya, kita yang berhutang pada keluarga Seokjin. Bukan sebaliknya."

Joohyun mendecih. "Tidak mungkin. Keluarga kita sudah kaya sejak opa masih hidup, bahkan mungkin sejak papanya opa masih ada. Tidak mungkin kita berhutang. Kita memiliki segalanya. Jangan membual pa."

"No, dear. Kita tidak berhutang materi. Tapi cinta. Sayang. Kita berhutang kedua itu."

"Aku tak mengerti."

"Ini bermula saat kau lahir..."

.

Hyunbin muda menembus hujan dengan membawa sesuatu di dekapannya. Ia sedikit berlari hingga beberapa pengawal yang mengikutinya sedikit kewalahan. Dengan usaha keras, pria itu berusaha melindungi yang ada di dekapannya dari tetesan air hujan.

Tok tok tok

Diketuk pintu dari rumah sederhana yang ada di hadapannya. Tak ada jawaban, ia lalu mengetuk ulang pintu tersebut. Kali ini dengan tenaga yang lebih.

Suara derit pintu mengiringi gerak pintu tersebut ketika dibuka. Sosok wanita cantik dengan balutan dress sederhana muncul dengan tatapan heran. Rambut sebahu yang diikat tak beraturan menambah kesan jika ia baru saja bangun tidur.

"Aku mengganggumu?"

Oh, ayolah Bae Hyunbin. Apa hal seperti ini harus ditanyakan? Hari sudah menunjukkan tengah malam. Semua orang pasti beristirahat di jam itu.

"Sayang, siapa?" Seorang pria lain datang dengan membawa seorang bayi laki-laki yang ikut terjaga.

"Aku mau minta tolong pada kalian..."

HEARTLESS [JINRENE Ver]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang