Seokjin tak bisa berpikir tenang selama dalam perjalannya bersama dengan Eric. Ia baru saja mengurus dua orang asing yang hampir melecehkan Joohyun. Akan tetapi, baik perjalanan pulang ataupun saat berangkat, Seokjin merasa penasaran. Ia yang awalnya seperti masa bodoh dengan dunia Joohyun menjadi penasaran akan kehidupan wanita tersebut.
Mengalami depresi berat...
Memiliki nama lain saat masih kecil...
Pernah tinggal di rumah sakit jiwa...
"Ada yang dipikirkan, Tuan?"
Seokjin tergagap. Ia hanya menggelengkan kepala. Lalu Eric mengangguk. Eric akan diam dan membiarkan Seokjn tenggelam dalam pikirannya. Menyadari bahwa dirinya hanyalah orang luar dalam kehidupan Seokjin, maka ia akan tetap dalam batasan.
"Sudah lama bekerja dengan papa?"
Eric menoleh ke arah Seokjin, lalu kembali fokus ke depan. Ia mengangguk. "Dulu saya nyaris menjadi sekertaris beliau, tapi saat itu, saya merasa belum mampu untuk menjadi sekertaris beliau. Dengan pekerjaan saya waktu itu saja masih keteteran, apalagi menjadi sekertaris. Tapi, saya cukup dipercaya. Ada yang ingin tuan tanyakan?"
Seokjin mengangkat sebelah alisnya. Ia ragu apakah Eric tau atau tidak. "Tau tentang Joohyun?"
Eric menggelengkan kepala. "Tidak begitu tau, Tuan. Saya fokus di kantor. Urusan kantor. Hanya itu."
"Baiklah kalau begitu," Seokjin kembali melihat ke arah luar jendela. Membiarkan pikirannya menguap ketika ia melihat pemandangan yang indah. Ya, ia berharap demikian.
*HEARTLESS*
Son Yejin tengah berdiri di hadapan sebuah foto dari seorang wanita yang memamerkan senyuman indahnya. Tertera nama Song Hyekyo disana. Yejin dengan mata tertutup kacamata hitam terlihat tersenyum tipis.
"Maaf aku baru datang atau mungkin tidak seharusnya aku datang," Yejin membuka pembicaraannya. "Aku masih cemburu padamu bahkan ketika kau sudah tak ada disini lagi. Aku minta maaf untuk itu."
Jisoo yang berdiri di samping Yejin mengusap punggung calon ibu mertuanya itu dengan penuh kelembutan. Berniat untuk menenangkan.
"Kita sekarang besan. Putramu menjadi menantuku. Melihatnya saja membuat rasa cemburuku membara. Jujur, aku belum sepenuhnya menerima putramu. Tapi, aku juga ingin menyampaikan rasa terimakasih. Terimakasih telah mendidiknya menjadi pribadi yang baik. Aku yakin, putramu bisa menjadi suami yang baik."
Yejin menoleh ke arah Jisoo. "Dia calon menantuku. Lebih tepatnya tempat curhat suamiku. Lucu, bukan? Suamiku lebih percaya padanya dibanding padaku. Dia menceritakan banyak tentang Seokjin padanya, bukan padaku. Jisoo, beri salam."
Jisoo tersenyum. "Hallo, aunty. Aku Kim Jisoo."
Yejin tersenyum. "Aku datang untuk mengatakan berbahagialah disana. Selama aku tau dirimu, aku tak pernah berpikiran baik tentangmu, aku minta maaf. Jadi, berbahagialah disana dan aku akan berusaha menjaga putramu disini bersama dengan suamiku."
Setelah mengucapkan apa yang diinginkan, Son Yejin bergegas membalikkan badan dan pergi dari tempat tersebut diikuti dengan Jisoo.
Jisoo yang mendapatkan libur setelah mendapat shift malam di rumah sakit, dengan semangat menemani Yejin ketika calon ibu mertuanya itu mengajaknya untuk pergi. Ketika mengikuti Yejin, Jisoo tak banyak bicara. Ia banyak mendengarkan. Sulit menjadi seorang Son Yejin.
"Mama hebat," ungkap Jisoo. ia lalu menggenggam tangan Yejin. Mereka sudah berada di mobil.
"Mama tidak sehebat itu Karena mama masih menyimpan rasa cemburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS [JINRENE Ver]√
FanfictionKisah perjodohan si kaya dan miskin memang sudah sering terjadi. Pria dan Wanita yang tidak saling mencintai, dipertemukan dalam keadaan yang membuat mereka saling membenci. Mengarungi bahtera rumah tangga yang tentu tidak mudah. Panas selalu membar...