"Love The Past" - DhetiAzmi

4K 678 28
                                    


LOVE THE PAST

A Short Story by DhetiAzmi 


Apa yang indah di dunia ini selain keberadaan kita diakui. Aku, perempuan yang dulu pernah merasakan kerasnya hidup. Dihina dan dimaki-maki oleh mereka. Aku, si gendut yang dibully mirip dengan binatang. Aku, perempuan yang bermimpi mendapatkan balasan cinta dari seorang yang jauh dari jangkauan tangan.

Aku Ardina Pratiwi. Perempuan yang kini duduk di Sekolah Menengah Atas. Memutuskan untuk mengikuti klub bela diri yang pernah aku ikuti di SMP dulu. Kini, aku sudah berubah. Aku bukan lagi si gendut yang sering dimaki-maki. Aku, bukan lagi perempuan lemah yang akan menangis ketika mereka dengan tidak punya belas kasih membully kelemahanku. Membandingkan fisik seseorang seperti batu dan permata.

Semua sudah berubah, apa yang terjadi di masa lalu berhasil membuatku berambisi untuk bisa seperti ini. Menjadi perempuan dengan tubuh tinggi dan langsing yang di puja-puja. Kulit putih bersih dan cantik. Bukan hanya karena bully itu yang membuatku seperti ini, tapi juga karena laki-laki yang pernah menolak cintaku dengan jahatnya. Laki-laki yang kini tidak hentinya mengejarku.

Apa ini hukum karma? Jika ia, aku sangat ingin menertawakan roda yang berputar begitu cepat.

Dia, Satria. laki-laki Tampan yang di idolakan banyak perempuan di SMP dulu. Orang yang memiliki image santun, baik, ramah tanpa memandang fisik seseorang. Aku begitu sangat memujanya, semua pribadinya sangat mirip dengan seorang pangeran. Bahkan aku semakin yakin, ketika tanpa sengaja dia menolongku saat beberapa orang membully, merebut paksa makanan yang aku beli. Menginjaknya dan memaksaku untuk memakan makanan yang sudah hancur.

"Gak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Satria saat itu.

Aku diam, jujur saja aku bahagia. Sekian lama aku mengaguminya, memendam cinta kepadanya. Dia menyapaku, menolongku bahkan bertanya tentang keadaanku yang saat itu benar-benar berantakan.

Dengan air mata yang masih mengalir di kedua pipiku. Aku menggeleng, meski bully yang aku dapat membuat tubuhku terasa sakit. Tapi aku tidak menyesal itu terjadi, karena dengan insiden itu Satria mau menyapaku.

Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku yakin tidak akan ada kesempatan kedua kali jika aku tidak memanfaatkan situasi seperti ini, pikirku.

Belum melakukan apa pun, Satria menolongku lagi. Dia membopong tubuh gendutku, memapahku hingga masuk ke dalam UKS.

"Kayaknya guru yang jaga udah pulang. Kamu bisa obatin lukanya sendiri 'kan? Aku phobia sama darah," ucapnya, sedih.

Aku mengerjap, dengan cepat menggeleng. Phobia darah? Kenapa aku tidak tahu akan itu? Padahal sejauh ini aku selalu mencari tahu apa pun tentang Satria.

"Ga─gak apa-apa, aku bisa sendiri," balasku tergugup.

Satria mengangguk, lalu tersenyum. Senyum yang sering kali aku lihat di kejauhan kini terlihat di depan mata.

"Oke, kalau gitu aku pergi dulu."

Satria membalikkan tubuhnya, ketika melihat itu aku tidak rela. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, aku harus segera mengatakan apa yang aku rasakan kepadanya.

"Satria!" teriakku.

Satria yang masih berada dekat denganku membalikkan badannya. Menatapku dengan tatapan bingung.

"Ada apa?"

"Aku...."

Aku gugup, nyali yang sedari tadi membakar semangatku menciut begitu saja. Aku menunduk, meremas jari jemariku dengan gelisah.

High School: A Wattpad Stars AnthologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang