"Si Merah" - Sirhayani

5.9K 984 201
                                    


SI MERAH

A short story oleh Sirhayani


Istirahat kedua berlangsung. Mia dan dua temannya, Rara dan Icha, berjalan saling bersisian sembari memegang mukena menuju musala sekolah. Mia tak banyak bicara hari ini. Dia memberi alasan kepada dua temannya itu bahwa dia sedang sakit gigi. Padahal saat ini perasaannya sedang tak keruan. Dia tidak ingin banyak bicara.

"Denger gosip nggak lo? Katanya sekolah ini angker banget. Serem," kata Rara sangat pelan.

Icha menambahkan dengan suara sama pelannya. "Semua sekolah juga serem kali. Sekolah gue dulu, nih, waktu SD ada anak yang main ayunan sore-sore terus dia yang dorong ayunan itu kenceng banget sampai akhirnya dia kena ayunan dan ikut terlempar. Jatuh. Kepalanya kena batu. Hal serem yang terjadi itu...." Icha menjeda kalimatnya lama.

"Apa? Jangan bikin penasaran, dong!" seru Rara tertahan.

"BOONGAN!" teriak Icha, lalu terbahak melihat ekspresi Rara yang langsung berubah.

Rara langsung memukul lengan Icha keras. "Kalau bercanda jangan hal kayak gini, dong! Tapi gue serius, loh, sekolah ini beneran angker. Bahkan desas-desusnya tiap berapa tahun sekali ada tumbal dari siswa sekolah sendiri."

"Tumbal?"

"Iya, tumbal. Katanya pasti ada yang meninggal di sekolah tiap berapa tahun gitu kalau udah waktunya. Katanya, sih, tapi kalau serius beneran ngeri." Rara bergidik. "Hari ini habis ekskul langsung pulang cepet pokoknya. Lo juga pulang cepet! Jangan nungguin Mario mulu."

"Hem?" Mia menoleh sambil menggumam pelan. Mia tidak begitu fokus pada pembicaraan dua teman kelasnya itu. "Tadi ngomong apa?"

"Masa nggak denger? Itu, loh. Gue kok takut, ya. katanya korbannya bakalan meninggal tepat tengah malam. 00:00...." Rara terus bercerita sampai tiba di depan musala. Sementara Mia kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.

Aduh, foundie gue bakalan luntur, batin Mia saat melihat tempat wudu siswi.

Mereka mengambil tempat di dalam musala dengan menyimpan mukena bersisian. Tiba di tempat wudu siswi, Mia hanya memandang lama air yang terus mengalir sementara siswi-siswi mengantre di belakangnya. Mia segera mengambil wudu dan akhirnya membasuh wajahnya hingga alas bedak berbentuk krim itu luntur. Cewek itu tidak menunggu dua temannya dan langsung pergi ke musala mengambil salat sendirian.

Selesai salat, Mia langsung membereskan mukenanya dan langsung pergi dari sana dengan buru-buru. Dia meninggalkan Rara dan Icha. Cewek berambut panjang dan lurus itu sengaja menutupi dua sisi wajahnya dengan rambut hingga wajahnya hampir tak terlihat lagi.

Saat di perjalanan kembali ke kelas, Mia melihat pacarnya yang bernama Mario melihat ke arahnya dengan kernyitan yang dalam. Mia tanpa sadar memelankan langkah hingga nyaris berhenti. Cewek itu gelagapan memeluk mukenanya saat Mario menghampirinya dan menyingkap pelan rambut Mia yang sedang menyembunyikan beberapa lebam bekas pukulan.

"Aku udah bilang lebih baik tutup pakai obat, bukan make up." Mario berdecak, lalu menarik Mia hati-hati dan membawanya ke UKS. Tiba di ruangan serba putih itu, Mia didudukkan di kursi sementara Mario langsung mengambil alat-alat yang diperlukan. Mia tak banyak bicara dan hanya memandang Mario yang cekatan menutupi lebam di wajahnya dengan penutup luka.

"Pulang sekolah nanti aku mau pergi bentar, tapi kamu tunggu aku di sekolah, ya?" ujar Mario memandang lekat manik mata Mia yang sendu.

Mia mengangguk.

High School: A Wattpad Stars AnthologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang