"One in a Million" - InnayahPutri

3.3K 676 175
                                    


 ONE IN A MILLION

A Short Story by InnayahPutri 


Satu.

Dua.

Tiga.

Keisha otomatis menahan napasnya. Sesuai dugaannya, tepat pada hitungan ketiga, pintu besar Perpustakaan dibuka. Di baliknya seorang cowok beralis tebal masuk bersama seorang temannya, dan langsung mengisi absensi dari komputer Perpustakaan. Kemampuan mata Keisha sudah tidak lagi sempurna, tapi untuk cowok yang satu itu, bahkan dari jarak sejauh ini, Keisha bisa mengenalinya. Namanya Ares. Ares Pamungkas.

Kalau Keisha diminta untuk mendeskripsikan Ares, maka dengan lancar ia bisa merinci sejelas-jelasnya bagaimana sosok Ares di matanya. Tinggi cowok itu mungkin sekitar 170 centimeter, di samping Ares, Keisha pasti nampak seperti seekor kuraci kerdil. Seperti yang tadi Keisha bilang, Ares punya alis tebal yang memayungi dua mata cokelatnya. Sorotnya selalu tajam, tapi teduh disaat yang bersamaan. Jangan minta Keisha untuk mendeskripsikan bentuk tubuh Ares. Ares seorang atlet taekwondo, jadi semua orang tentu bisa membayangkan sendiri pundak lebar dan punggung tegapnya.

Tapi di antara semua itu, yang paling Keisha suka dari Ares adalah senyumnya. Lengkungan bibir yang jarang terlihat di raut Ares yang biasanya selalu tampak serius.

Dan sebuah keberuntungan; Keisha pernah mendapatkannya.

Ares pernah tersenyum padanya.

Sesuai dugaan Keisha, Ares mengambil buku di rak khusus, mengambil tempat di meja tengah ruangan. Tempat paling sempurna untuk mendapat cahaya matahari dan pendingin ruangan yang cukup, dan jarak yang sempurna juga untuk mejaga cowok itu dalam jarak pandang Keisha, tanpa menimbulkan kecurigaan.

"Berarti ini udah hari ke... empat belas ya Kei, kamu dateng ke Perpustakaan cuma buat fangirling ke Ares," di samping kanannya, Mimi—sahabat sekaligus teman semejanya berkata pelan.

"Jangan lupa, cuma ke Perpustakaannya yang ke-empat belas. Kalau dihitung hari di mana Kei stalking Ares di kantin, ruang latihan, sama lapangan basket. Kalau dihitung totalnya, udah... kebanyakan—gue nggak bisa hitungnya." Kali ini Vino yang menambahkan.

"Udah 565 hari," jawab Keisha, membuat Mimi dan Vino kontan menganga.

"Kamu beneran hapal Kei?"

Keisha mengangguk polos. Dia tidak berbohong ketika ia menyebut angka tersebut. Tepat dan akurat. Keisha memang menghitung hari demi harinya, tanpa terlewat sedikit pun, dan memang benar, sudah 565 hari sejak kali pertama Ares tersenyum padanya.

"Apa sih, bagusnya Ares? Oke, dia pinter dan anak taekwondo and just it, kan? Ganteng juga masih gantengan gue." Kalimat Vino tentu saja berhasil membuat Keisha dan Mimi melotot kompak.

"Enak aja kamu!" Keisha berseru tak terima. "Nih ya, Ares itu ganteng, baik, sopan, kamu tahu nggak, dia itu meski pun harus belajar dan ikut lomba, dia tetap nggak pernah absen nganterin adik kembarnya ke sekolah, dia juga rajin jagain mamanya di rumah sakit, dia itu dewasa dan sangat menghargai orang lain. Kamu lupa dia juga orang pertama yang senyum ke aku selama aku sekolah di sini."

Vino memutar bola matanya, lalu mengangkat kedua bahunya. "Yeah, orang pertama dan orang terakhir. Tapi Kei, please, itu cuma senyuman. Ares aja mungkin udah lupa kalau dia pernah senyum sama lo, mana sadar dia kalau senyuman singkat kayak gitu bisa bikin pathetic girl kayak lo jungkir balik jatuh cinta sama dia, dia bahkan mungkin nggak tahu kalau lo ada di muka bumi ini."

High School: A Wattpad Stars AnthologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang