"Tell Me Why" - SitiUmrotun

3.1K 565 84
                                    


TELL ME WHY

A Short Story by SitiUmrotun


"Gue mampir, ya? Nggak ada kegiatan habis ini, males pulang."

"Lain kali aja, ya, Ga. Tugasku banyak banget, harus dikumpulin hari Senin."

Cowok yang tengah duduk di bangku kayu panjang itu menghela napas setelah mendapatkan penolakan halus dari kekasihnya. Gagal lagi, seperti yang terjadi di malam Minggu sebelumnya. Kaleng minuman di tangannya diletakkan di bangku, sebelum dia membuka suara untuk menimpali. "Nggak bisa banget, nih? Besok, kan, libur. Lo bisa ngerjain tugas itu besok. Sekarang temenin gue, ya? Gabut banget, nih!"

"Nggak bisa, Ga. Nggak bakalan kelar kalau nggak dimulai dari sekarang. Lain kali aja, ya, mainnya. Masih ada banyak waktu buat kamu main ke sini, tapi nggak sekarang."

"Janji, deh. Gue ke situ nggak bakalan ganggu lo. Gue cuma butuh tempat singgah, sebentar aja. Lo bebas ngerjain tugas sepuas lo dan anggap gue nggak ada. Boleh, ya, gue ke situ?" Masih belum menyerah, cowok itu berusaha melakukan negosiasi.

"Raga, tolong ... kamu paham, kan? Bukannya gimana-gimana, tapi aku butuh waktu buat ngerjain tugas malam ini. Sekali pun kamu nggak ganggu, tetep aja keberadaan kamu pasti bikin aku nggak bisa konsentrasi. Lain kali aja, ya?"

"Gitu, ya? Iya udah, gue tutup dulu teleponnya. Jangan begadang, gue hubungin lo besok. Habis ini mau main sama yang lainnya," beritahunya.

"Oke. Pulang, ya, jangan nginep-nginep. Kalaupun mau nginep, kasih tau orang rumah biar mereka nggak khawatir sama kamu."

Begitu panggilan terputus, cowok itu menyimpan ponselnya di ransel yang tergeletak di sampingnya. Pandangannya menyapu sekitar. Sepi. Hanya ada dirinya seorang diri. Teman-temannya sudah pergi lebih dulu sejak beberapa menit yang lalu. Harusnya tadi dia mengiyakan ajakan nongkrong teman-temannya usai latihan basket. Sayangnya tawaran itu ditolak karena dia lebih berat pada kekasihnya. Walaupun pada akhirnya dia tidak bisa menemui seseorang yang dia prioritaskan. Cowok itu bangkit. Ranselnya diraih sebelum melangkah meninggalkan lapangan basket. Dia belum tahu tempat mana yang akan ditujunya, yang pasti bukan rumahnya sendiri. Sejak dulu, rumah bukan tempat dia pulang. Apalagi setelah orang asing datang menjadi bagiannya, rumah semakin asing untuknya.

* * *

"Hallo. Ada apa lagi, Ga?" tanya seseorang di seberang sana begitu panggilan terhubung. Nada bicara yang digunakan sudah menjelaskan secara gamblang jika cewek itu tidak suka—terganggu—panggilan darinya.

"Lagi di mana?"

"Di mana? Kok aneh pertanyaannya. Tadi, kan, aku udah bilang lagi ngerjain tugas. Ini di rumah, di kamar, masih ngerjain tugas. Ada apa?

"Nggak papa. Cuma gue baru tau aja kalau rumah lo udah pindah ke kafe," balasnya tanpa mengalihkan tatapan dari objek yang berhasil meruntuhkan dinding kebahagian yang baru saja dibangun dengan seseorang. Di sana—tidak jauh darinya—kekasihnya tengah duduk berduaan dengan seorang cowok yang sangat dia kenali. Pemandangan yang dia lihat membuatnya tidak bisa berpikir positif lagi. Jika nantinya salah paham dijadikan alibi, rasa-rasanya dia tidak bisa mempercayainya..

"Ra-raga? Kamu di mana sekarang?"

"Di belakang lo, deket pintu masuk," jawabnya lalu menutup panggilan tanpa salam penutup. Dia tersenyum konyol, menertawakan dirinya sendiri yang sudah dibodohi oleh cewek yang selama ini selalu dia usahakan kebahagiaannya.

High School: A Wattpad Stars AnthologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang