11 -Penyok Spesial

36.4K 2.3K 143
                                    

Piye kabare ?

***

Author Pov

"Bunda sama ayah mau ke Italia. Nanti malem berangkat"

Arman mengangkat kepalanya ketika sang bunda membuka topik. Mereka tengah sarapan saat ini.

"Okay" balas Arman

Mera dan Aldari saling lirik, lalu Aldari berdehem "Ayah minta tolong, urus perusahaan ayah selam ayah pergi" ujarnya.

Arman menghentikan suapannya "Tapi yah, Arman kan juga ada perusahaan sendiri terus masih ada pemotretan. Kenapa nggak om Agler aja yang--

"Mau sampai kapan ayah ngandelin orang lain terus buat kamu?" sela Aldari

"Ayah, Arman rasa kita udah pernah membicarakan ini"

"Kenapa kamu nggak fokus saja mengurus bisnis? Dari pada modeling seperti itu"

Mera menyentuh lengan Aldari ketika suaminya itu mulai terlihat emosi.  Arman memejamkan mata sebentar sebelum dirinya bangkit dari duduknya.

"Arman udah selesai. Assalamualaikum"

"Waalaikummussalam"

Di perjalanan, Arman diam memikirkan perkataan ayahnya. Bukan satu atau dua kali mereka berdebat masalah profesi sampingan Arman ini.

Sesampainya di kantor Arman masuk dengan wajah yang sedikit mendung, itu hal yang baru bagi para karyawannya. Arman sudah terkenal dengan sifat friendly nya.

Hingga Arman sampai di ruangannya, sekretarisnya segera memberi persiapan meeting tiga puluh menit lagi.

"Pak Andi? Andi yang--?"

Tika sekretaris Arman mengangguk, mengiyakan pertanyaan Arman.

Arman menghela nafas lalu menutup dokumen yang ia baca. Arman tak terlalu suka dengan rekan bisnisnya satu ini. Andi dan teman-temannya cenderung pria yang menurut Arman arogan dan tak sopan.

"Baiklah ayo" Arman dan Tika berjalan menuju ruang meeting.

Setibanya disana, semua anggota sudah kumpul. Mereka memulai meeting dengan lancar,  hingga meeting selesai pintu terbuka dan beberapa office boy masuk membawa minum untuk semua anggota.

Arman tersenyum sopan ketika melihat Herman lah yang masuk membawa nampan dengan beberapa gelas.

Tapi sial bagi Herman, saat ia hendak menaruh gelas untuk bagian Arman ia tak sengaja menumpahkannya karena tangannya gemetar.

Arman bangkit dengan celana yang basah. Semua shock melihat kejadian itu.

"What the hell !" Andi bangkit dan menatap Herman yang sedang menunduk mengucapkan maaf berkali-kali.

"Maaf pak maaf, saya tidak sengaja" Herman berkali-kali mengucapkan maaf.

"Tidak apa-apa pak, saya--

"Arman, dimana kamu mendapatkan office boy seperti dia? Dia sudah tua Arman, tidak becus mungkin dia sudah linglung"

"Hei pak tua, harusnya kamu sedang duduk di kursi malas sambil membuka album foto keluargamu diteras" lanjut Andi di susul gelak tawa yang lainnya.

Arman menatap Andi dan yang lainnya yang tengah menertawakan Herman. Jika saja mereka bukan bagian penting perusahaannya, mungkin Arman sudah membogem mereka satu-satu. Sementara Herman hanya bisa menunduk mendapatkan penghinaan yang menyentil harga dirinya.

AR-BOY [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang