14 -Terhina

28.4K 2.3K 240
                                    

⚠️Bacanya jangan di skip-skip !!!!!

***

Author Pov

Arman berlari di sepanjang lorong RS dengan tergesa. Hingga ia melihat Nadia tengah terduduk di bangku dengan suaminya sambil menangis.

Arman menghampiri segera dan memeluk Nadia menenangkannya.

"Kamu kemana aja? Kamu tau kan umur Kira udah nggak lama lagi" isak Nadia dalam pelukan Arman.

"Maaf" hanya itu yang keluar dari mulut Arman.

Arman melirik Hinawa suami Nadia yang hanya bisa pasrah melihat istrinya sedih.

Nadia sepupunya memang telah menikah dengan orang berkebangsaan Jepang. Arman kira dirinya bakal di paksa menikah dengan Nadia oleh perempuan itu sendiri. Mengingat dulu tingkah Nadia yang begitu posesif padanya.

"Dimana Oze?" Arman menanyakan anak kedua Nadia.

"Dia sudah tidur di rumah" jawab Hinawa.

"Saya boleh masuk?" ijin Arman yang diangguki Nadia dan Hinawa.

Arman masuk kedalam ruang rawat Kira keponakannya. Bau obat yang kuat langsung menyeruak di hidung Arman. Ia menatap nanar Kira yang tak berdaya.

Kira gadis lima tahun yang begitu akrab dengan dirinya, Kira seperti duplikat Nadia saat kecil. Sikapnya begitu mirip,  ceria dan baik hati. Arman duduk meraih tangan kecil nan rapuh itu dengan hangat.

"Maaf yah, paman terlambat" gumam Arman mengecup tangan dingin itu.

Kira mengidap penyakit kanker, tapi gadis kecil itu tetap ceria tak tahu jika harinya di dunia tinggal sesaat.

Arman mengecup dahi Kira lalu keluar. Ia menatap pasangan suami istri tersebut "Apa kata dokter? bagaimana keadaan Kira?"

Hinawa menghela nafas, ia melirik istrinya yang tertunduk sedih "Mungkin Kira akan bisa bermain lagi. Tapi kamu tau kan, waktu dia hanya beberapa minggu saja?"

Arman jadi semakin bersalah, harusnya selagi Kira masih di dunia ia harus menghabiskan waktunya untuk keponakannya itu. Arman menyentuh kedua pundak Nadia "Maaf, saya nggak langsung kesini. Saya--

"Its oke Ar, kadang Kira memang terlalu manja sama kamu. Aku juga harusnya ngasih pengertian ke dia kalau kamu juga punya kesibukkan sendiri" sela Nadia dengan senyum tipisnya.

"Kamu udah sarapan?" lanjut Nadia

Arman menggeleng, "Aku buru-buru kesini tadi"

"Ya udah kita ke kantin yok"

Sesampainya di kantin Arman dan Nadia duduk menunggu Hinawa yang sedang memesan makanan.

"Kamu nggak kayak biasanya, aku heran. Maksudku kamu udah baca pesanku semalaman tapi baru samapai pagi ini. Apa semuanya baik-baik saja?"

Nadia menatap perubahan raut wajah Arman, antara gelisah dan sedih atau marah.

"Hei... Kamu bisa cerita sama aku" ujar Nadia menyentuh tangan Arman yang terkepal diatas meja.

Arman membasahi bibirnya sebelum menjawab, ia teringat Daneen. Ia kesal pada Daneen, bagaimana kalau seandainya hari ini ia terlambat melihat Kira untuk terakhir kalinya?.

Daneen harusnya lebih mengerti dirinya, bukan malah egois bertindak seperti semalam.

"Ahh biar aku tebak. Wanita?"

Arman mendongak mendengar ucapan Nadia.

"Kamu nggak marah?" tanya Arman.

Nadia menggeleng, "Justru aku senang, akhirnya kamu nemu juga. Aku sempet khawatir kalau kamu gay"

AR-BOY [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang