21 -Haus tan?

32.9K 2.4K 111
                                    

Piye kabare lur??

-Pencet tombol 🌟
-comment banyak²
-Share ke temen kalian.

Selamat membaca💛

***

Author Pov

Efek putusnya hubungan dirinya dengan Arman ternyata berpengaruh pada hidup Daneen. Ia jadi tak semangat, padahal dirinya sendiri yang meminta berpisah dari pria itu.
Arman benar-benar menurut. Hampir tiga bulan Arman sudah tak menghubunginya sama sekali. Herman juga tak pernah mengungkit sesuatu yang berhubungan dengan Arman.  Daneen juga nekat stalking media sosial Arman, tapi pria itu seperti tak beraktivitas di sana. Membuat Daneen rindu saja.

Hari ini ia ingin mengantar Herman ke RS, ayahnya itu mengeluh perutnya sakit. Daneen bersiap-siap dandan. Uang hasil jualannya juga sudah terkumpul cukup untuk membeli sesuatu yang ia maupun Herman mau.

"Daneen, ayah sudah siap ayok"

Daneen keluar dan melijat ayahnya sudah duduk diatas jok motor bututnya.
"Ayah ngapain di motor? Ayah lagi sakit loh. Daneen pesen taxi aja"

Setelah taxi datang, mereka berangkat.
Herman menatap putrinya disamping yang nampak tak bersemangat. Dia jadi faham seberapa berharganya Arman bagi putrinya itu. Tapi memang hal ini harus dilakukan.

Herman memang mendorong Daneen untuk mengakhiri hubungannya dengan Arman. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu, nalurinya sebagai seorang ayah seakan memberontak untuk memisahkan anaknya dengan Arman. Hal itu terjadi semenjak dirinya memergoki Daneen berciuman di kantor Arman. Herman menduga pasti mereka sudah ketahap yang lebih jauh dari sekedar ciuman.

Dan juga, mereka belum cukup dewasa dalam menangani masalah dalam suatu komitmen. Jadi jika memang Arman mau serius dengan Daneen, ia perlu melakukan hal seperti sekarang.
Tapi melihat Daneen yang sering murung jadi membuatnya tak tega.

Ketika sudah sampai di RS, Daneen menunggu di luar sementara ayahnya sedang di check didalam. Ia memainkan game di ponselnya beberapa menit. Fokus Daneen teralihkan ketika tiba-tiba didepannya berdiri bocah kecil yang ia kenal tengah bersusah payah menggendong balita.

"Oze!" kaget Daneen.

"Tante Neen tolongin Oze, dek Rara berat"
Oze kesusahan membopong balita yang terlihat menggemaskan, balita bernama Rara itu menggeliat tak tenang. Membuat Daneen langsung mengambil alih dari tangan Oze.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Daneen.

"Kak Kira lagi kontrol"

"Terus ini siapa? kok sama kamu?" Daneen memainkan pipi Rara yang gembul merah alami.

"Ini anaknya tante Dinda temennya mama, Rara minta ikut mama kesini. Tadi Oze jagain Rara sebentar main-main keliling tapi dek Rara berat. Oze capek"

Daneen tertawa melihat Oze yang menyeka keringat di dahinya. Daneen menunduk melihat balita yang begitu imut tengah berontak ingin turun ke lantai. Pantas saja Oze kualahan menangani Rara.

"Tante Neen nggak jenguk paman ganteng?"

Daneen terkejut mendengar pertanyaan Oze. Apa ini? Apa Arman sakit?.

"P-paman ganteng? emang lagi sakit?"

Oze mengangguk, "Katanya sininya sakit. Pas di tanya katanya gara-gara tante Neen" Oze menunjuk area dadanya.

AR-BOY [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang