Extra Part 1

33.9K 2.1K 147
                                    

Sopo sing kangen ARNEEN?! 🙋

***

Author Pov

“Jadi  kamu kapan pisah sama Daneen?”

“Sabar sayang, kita harus tunggu sampai dia melahirkan dulu. Aku gak tega kalau ninggalin dia pas lagi keadaan hamil besar begitu”

“Ck, kamu selalu begitu Man. Sifat mu itu bikin dia jadi berharap, atau jangan-jangan kamu yang sudah berharap sama dia?”

“Apa? Gak mungkin lah. Aku Cuma suka sama kamu”

“Maaf ya, aku gak bisa kamu anak. Andai saja keadaaanku gak kayak gini, pasti kamu gak usah repot-repot berurusan sama wanita lain”

“Gak papa, semua sudah takdir. Yang penting aku sayang kamu. Kalau dia sudah melahirkan, semuanya akan kembali seperti semula”

Daneen menutup mulutnya tak percaya mendengar percakapan dari dalam ruang kerja Arman. Ia mengelus perut besarnya dengan air mata yang mengalir. Tak lama dari itu ia mendengar suara desahan dari ruang kerja Arman, membayangkan hal yang  terjadi didalam membuat Daneen mual. Perutnya sakit, Daneen menunduk dan melihat darah segar keluar dari sela kakinya.

“T-tolong...tolong” Daneen berusaha berteriak sekuat mungkin meminta bantuan.

“Arman..Arman” rasa sakit diperutnya semakin menjadi.

“ARMAN!!!!”
Daneen terbangun dari tidurnya, keringat mengucur deras dengan degup jantung yang begitu cepat. Daneen segera turun dari ranjangnya mencari keberadaan suaminya.

“Arman!!”
Pelayan menatap ngeri Daneen yang berlari menuruni tangga dengan keadaan perut besar.

“Duh neng Daneen, jangan lari-lari begitu kasihan dedek bayinya” ujar si mbok.
Daneen dengan nafas yang ngos-ngosan dan tangan yang memegang  punggungnya yang terasa pegal, “A-arman mana mbok?”

“Den Arman didepan , tadi---
Belum sempat si mbok menyelesaikan ucapannya, Daneen sudah berlalu dengan lari yang terlihat kesusahan.

Ketika Daneen sudah sampai didepan, ia melihat Arman tengah tertawa sambil memegang selang air dengan seorang wanita muda yang  Daneen ketahui adalah salah satu pelayan dirumah Arman .

“Sayang...” sapa Arman  ketika melihat istrinya datang dengan perut besarnya, tapi melihat ekspresi wajah Dneen membuat Arman gusar.

Daneen tiba-tiba merebut selang dari tangan Arman, lalu menyemprotkannya ke wajah suaminya. Arman yang tak siap dengan apa yang Daneen lakukan, sontak saja kaget. Pelayan wanita disamping  Arman tak berani menolong bosnya itu.

“Sayang...! stop!” Arman kesusahan berbicara karena Daneen menyemprot wajahnya.
Daneen menyudahi aksinya karena tak tega melihat wajah suaminya yang sudah memerah. Daneen memutar pandangnnya pada pelayan perempuan tadi yang terlihat ketakutan menatapnya.

“Kamu kenapa sih?” tanya Arman. ia masih berusaha sabar dengan tingkah aneh Daneen, mungkin saja ini pengaruh kehamilan. Karena Daneen akhir-akhir ini sering  bertingkah aneh.

Bukannya mendapat jawaban dari Daneen, wanita itu malah terlihat ingin menangis. Hidungnya sudah kembang-kempis dengan wajah yang memerah. Arman memberi kode pada pelayan perempuan tadi untuk pergi meninggalkan mereka. Lalu ia membawa Daneen masuk kedalam.
Saat ia sudah mendudukan Daneen ditepi ranjang, Arman meraih handuk kecil untuk mengelap wajahnya terlebih dahulu. Lalu ia berjongkok didepan Daneen.

Daneen tak mau menatapnya, istrinya itu malah menangis tanpa suara. Arman menghela nafas, memang diawal kehamilan dirinyalah yang bertingkah aneh. Tapi setelah menikah justru Daneen lah yang sekarang bertingkah aneh. Moodnya itu sering membuat Arman harus extra sabar. Pernah saat itu, di tengah malam Daneen membangunkan Arman dari tidurnya hanya ingin menyuruh Arman membuatkan rujak jambu untuk Daneen. Sudah susah mencari jambu malam-malam, saat rujaknya jadi Daneen malah tak mau memakannya. Arman hampir marah pada Daneen saat itu, tapi ia selalu mengingat wejangan dari ayahnya untuk tetap sabar dalam menghadapi wanita hamil.
Tangannya terulur menghapus air mata Daneen, “Kamu kenapa hmm...?”

AR-BOY [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang